•2

1.2K 230 20
                                    

Sekolah berakhir seperti biasa dan Ai akan pergi ke tempat kerjanya, sebuah kafe di dekat stasiun. Ai meraih tasnya dan berjalan keluar kelas. Dari tempatnya, Arata melihat gadis itu melangkah keluar. Tak ada yang berbeda, harusnya. Hanya saja hari ini ada yang berubah antara dirinya dan Ai. Mereka bukan hanya teman sebangku ternyata.

Arata akhirnya bangkit dari duduknya, sekilas ia bisa melihat kata-kata kasar di meja milik Ai. Mulai dari kata bodoh hingga pelacur. Arata tak tahu kenapa Ai harus menerima kebencian seperti ini. Kebencian anak perempuan menurut Arata sangat menyeramkan. Ya sudahlah, itu bukan urusan Arata.

"Oi, bos, kenapa wajahmu begitu?" Shiba Yuuki, temannya yang berambut merah bertanya. Tangannya bersandar di bahu Arata. "Ada sesuatu ya? Kudengar kau dan Takamiya ada hubungan."

Maki Kento mendecih, lelaki berambut hitam pendek itu langsung memukul leher Yuuki. "Jangan bicara sembarang. Mulutmu itu benar-benar tak bisa dijaga, Yuuki."

"Aku hanya bertanya." Sahut Yuuki tak terima.

Tamaki Ryosuke tertawa mendengarnya. "Sudahlah, itu biar menjadi rahasia bos saja."

Arata mendengus, lelah dengan ledekan temannya. "Memang anak itu terkenal ya?" Tanya Arata dan Yuuki langsung mengangguk.

"Dia sering keluar masuk motel. Aku juga pernah melihatnya." Yuuki mengingat kembali saat ia melihat Ai keluar dari motel sendirian. "Dia keluar motel pukul 9 malam."

"Padahal dia terlihat seperti gadis baik." Yuuki menambahkan.

"Hanya terlihat." Sahut Kento. "Tapi gosip tentang anak itu memang tidak wajar sih. Semua perempuan di sekolah seperti menjauhinya. Sudah kuduga, pertemanan antar perempuan itu menakutkan."

Arata bahkan tak bisa lebih setuju dari itu. Ryosuke menatap Arata, "baru kali ini kau bertanya tentang perempuan? Kau menyukainya?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Arata melongo kemudian mendecih. "Jangan bercanda. Sudahlah. Ayo, main."

"Oke, oke!" Yuuki langsung menyambut dengan senang. "Kudengar ada game station baru di dekat stasiun. Ayo, ke sana!"

Arata hanya mengikuti, sementara Ryusoke menyadari jika ada sesuatu yang disembunyikan oleh temannya. Mungkin Arata belum mau menceritakannya.

❇❇❇

Mungkin karena dekat dengan stasiun, kafe tempat Ai bekerja tak pernah sepi pengunjung. Padahal sudah pukul delapan, namun masih banyak pelanggan yang menunggu untuk memesan secangkir kopi. Entah minum di tempat atau dibawa pulang.

"Selamat datang!" Sapa Ai dengan riang. Atau begitu yang terdengar karena wajahnya tetap datar. "Untuk berapa orang?"

"Oh! Arata, ada Takamiya!" Yuuki berteriak, menarik Arata agar berdiri di sampingnya.

"Tolong untuk empat orang ya," Kento menjawab pertanyaan Ai. Gadis itu mengangguk kemudian berjalan terlebih dulu untuk menunjukkan tempat.

"Ini menunya,apa anda ingin memesan sekarang?"

"Ya! Aku mau pancake special dan parfait cokelat dengan tambahan stroberi di atasnya." Yuuki langsung memesan. Sejak di game station dia memang sudah melihat menu tempat ini di salah satu situs internet. "Oh! Aku juga mau burger cheese. Untuk minumnya aku mau air lemon dingin."

"Aku spaghetti daging bakar dan lemon tea." Ujar Kento.

"Aku spaghetti bolognese dan orange juice." Ryosuke tersenyum pada Ai dan gadis itu hanya mengangguk.

i wish you were mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang