ㅡDelapan

5.3K 734 38
                                    

Readers yang baik pasti tau cara menghargai kami,para penulis :')

×××

"Nih,diminum dulu,biar seger." Younghoon yang baru datang dari dapur lantas menaruh tiga gelas jus jeruk diatas meja.

"Widih,makasih loh,Kak. Tau aja gue lagi haus." Ungkap Rose seraya mengambil salah satu gelas,dan langsung menenggaknya.

Jantung Jiho sontak berdetak lebih cepat begitu melihat Rose menenggak minuman buatan Younghoon dalam sekali tenggak.

Younghoon diam-diam menyeringai,namun ia segera menyembunyikannya dengan mulai membahas beberapa materi berkaitan dengan mata kuliah yang ditugaskan,sementara Rose dan Jiho mendengarkan dengan seksama.

Namun tak lama kemudian Rose menguap lebar,tiba-tiba saja rasa kantuk menyerangnya. Benar-benar berat,bahkan Rose tak dapat melawannya.

Bruk!

Tubuh Rose ambruk,tergeletak di lantai dengan kedua matanya yang terpejam. Melihat hal itu,Jiho dan Younghoon sesaat saling melempar pandang.

Sebuah senyuman miring terbit di bibir Younghoon,dan berhasil membuat bulu kuduk Jiho berdiri. Saking menyeramkan senyuman itu.

Tangan Younghoon terulur,ia menyingkirkan helaian rambut Rose yang menutupi sebagian wajahnya.

Pria itu lantas menggendong Rose,berniat membawanya ke dalam kamar. Namun tiba-tiba saja ia berbalik,menatap Jiho yang merupakan Adiknya.

"Kunci pintunya." perintah sang Kakak.

Jiho ingin menolak,namun tatapan tajam dari mata Younghoon membuatnya takut.

Gadis itu akhirnya hanya bisa menurut,dengan langkah ragu ia melangkahkan kakinya ke arah pintu utama.

×××


Younghoon mengunci pintu kamarnya,berjaga-jaga agar tidak ada orang nanti yang masuk dan malah mengganggu aktifitasnya mendatang.

Dengan hati-hati ia membaringkan tubuh Rose di dalam ranjang kamarnya.

Sejenak ia terdiam,memperhatikan wajah cantik Rose dengan seksama. Tangannya kini terulur membelai lembut pipi Rose.

"Mari kita lihat seberapa hancurnya dokter Jung sialan itu begitu tau ada benih gue dalam rahim lo nanti."

Younghoon tertawa sarkas seraya mulai melucuti pakaiannya sendiri hingga menyisakan celana jeansnya,membuat tubuh bagian atasnya polos dan menampakan otot perutnya.

Tak berhenti disitu,ia lantas sedikit menunduk dan mulai melepaskan satu-persatu kancing kemeja Rose.

Sebuah senyuman penuh kepuasan muncul di wajah Younghoon melihat dengan jelas tubuh semi-naked Rose yang berhasil membuat libidonya meningkat.

BRAK!

Tepat saat akan berbuat lebih jauh,pintu kamarnya berhasil didobrak.

Baru saja Younghoon menoleh,sebuah pukulan keras dan telak mendarat tepat di tulang pipinya.

"BUKAN GINI CARANYA NUNJUKIN RASA CINTA LO BANGSAT!"

Pukulan demi pukulan membabi buta terus mendarat di wajah Younghoon,bahkan ia tak sempat melihat siapa sosok pria yang memporak-porandakan rencananya.

"June! Udah! Younghoon bisa mati kalo lo terus pukulin kayak gitu!"

Sesosok gadis lain memasuki kamar dan mencoba menenangkan Juneㅡsi pelaku yang terus memukuli Younghoon yang sudah hilang kesadaran di bawahnya.

Mina ingin mendekat,menjauhkan June dari Younghoon namun melihat June yang sekarang sudah mirip orang kesetanan,nyalinya seketika ciut.

Di tengah bingung serta takutnya,Minghao datang,dan berhasil menyeret June menjauh dari Younghoon.

Mina langsung bergerak mendekati ranjang,menyelimuti tubuh Rose dengan selimut guna menutupi tubuh sahabatnya yang sudah nyaris telanjang. Dengan tangan bergetar dan mencoba menahan tangis,ia mengambil ponsel Rose guna menghubungi Jaehyun.

×××

Firasat buruk Jaehyun terjawab sudah. Nyatanya Younghoon memang memiliki niat buruk sedari awal mendekati istrinya.

Disela isak tangis,Jiho mengungkapkan semuanya. Mulai dari dendam keluarganya,sampai rasa yang dipendam Younghoon pada Rose.

Jaehyun menghela nafas,kepalanya terasa pening akibat berusaha menahan emosinya yang terus membuncah.

Karena kesalahpahaman yang terjadi antara dirinya dengan Kakak-beradik Kim,malah istrinya yang menjadi korban.

"Jiho,saya tegaskan. Tidak ada kesalahan prosedur operasi,saya dan tim yang melakukan operasi sudah melakukan apa yang seharusnya kami lakukan dengan semaksimal mungkin," Jaehyun menjeda kalimatnya,sejenak melirik Jiho yag masih terisak.

"Tapi,kami bukan Tuhan yang menentukan hidup dan mati. Kami hanya berusaha membantu dengan ikhtiar semampu kami."

"Tuan Kim meninggal bukan karena adanya kesalahan dalam operasi,tapi memang sudah waktunya beliau berpulang."

"Kalo kamu dan Kakak kamu masih tidak percaya,saya siap memberikan seluruh bukti yang ada jika saya dan tim melakukan semua prosedur dengan yang seharusnya."

"Jika masih ada yang ingin ditanyakan,ini kartu nama saya." Jaehyun menyodorkan kartu nama miliknya.

"Terimakasih sudah mencegah Kakak kamu untuk berbuat lebih jauh terhadap Rose,saya permisi." Jaehyun bangkit berdiri,dan meninggalkan Jiho dengan tangisnya yang semakin meledak-ledak.

×××


ㅡFlashback

"Kunci pintunya." perintah sang Kakak.

Jiho ingin menolak,namun tatapan tajam dari mata Younghoon membuatnya takut.

Gadis itu akhirnya hanya bisa menurut,dengan langkah ragu ia melangkahkan kakinya ke arah pintu utama.

Cklek!

Langkah Jiho terhenti saat menangkap suara pintu terkunci dari kamar Kakaknya.

Tinggal beberapa langkah lagi Jiho mencapai pintu,namun gadis itu perlahan mundur dan berbelok memasuki kamarnya.

Jiho meraih ponselnya yang tergeletak diatas meja,dan dengan sedikit terburu-buru mencari kontak Mina yang merupakan sahabat terdekat Rose.

Dengan harap-harap cemas,Jiho menghubungi Mina. Beruntung,tak butuh waktu lama telefon tersambung.

"Mina,sekarang lo dimana?"

"Ini gue di sekitaran kampus,biasa mauㅡ,"

"Lo bareng anak cowok?"

"Ada,gue lagi bareng June sama Minghao. Kenapaㅡ,"

"Ke rumah gue sekarang please! Ngebut,ya! Gue takut terlambat!"

"Apanya yang terlambatㅡ,"

"Rose! Dia dalam bahaya! Sekarang dia ada di kamar Younghoon,gue takut terjadi sesuatu yang gak diinginkan!"

"Gue kesana sekarang,lo siap-siap bukain pintu."

Begitu sambungan terputus,wajah Jiho langsung tertunduk lesu. Ia tak menyangka Kakaknya benar-benar akan melakukan rencana bejatnya.

Terpaksa Jiho mengkhianati Kakaknya sendiri. Ia tak bisa membiarkan Kakaknya menyeret Rose ke dalam permasalahan mereka.

Masalah mereka dengan Jaehyun,bukan dengan Rose. Tidak seharusnya ia terlibat,bahkan menjadi korban.

Dalam hati,Jiho berharap semoga saja ia tidak terlambat.

×××


Kalo sukak book ini jangan lupa pencet tombol bintang di pojok kiri bawah ya!

ㅡsalam penghuni kapal jaerose✨

[2] Kak Jae : New Life✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang