nol | 8

2K 379 33
                                    

🐻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐻



Hari ini hari terakhir pekan olahraga. Deera enggak tau gimana perasaannya sekarang. Bukan karena sekolahnya dibantai habis sama SMA 101, tapi karena dia enggak bisa lagi ketemu sama orang di hadapannya ini tiap hari.

"Nanti penutupan, mau nonton bareng gue enggak?" tanya Yunseong yang sejak kapan jadi deket banget sama Deera.

Deera kelihatan mikir. Bukan mikirin jawaban dari pertanyaan Yunseong, tapi pertanyaan di otaknya yang masih berupa teka-teki.

Kenapa Yunseong bisa segitu baiknya sama gue?

Kenapa Yunseong mau aja dijodohin sama gue?

Kenapa Yunseong enggak ngerasa terbebani buat selalu deket sama gue?

Apa Yunseong juga naksir gue?

Apa Yunseong juga tertarik sama gue sejak pandangan pertama?

Apa Yunseong serius sama gue?

Gue enggak mimpi, kan?

Terlalu banyak pertanyaan yang bikin dia penasaran. Meskipun bertanya ke Yunseong mungkin jadi satu-satunya jawaban, tapi Deera ngerasa itu enggak mungkin. Selama ini, Yunseong jadi deket sama dia cuma karena rencana pertunangan mereka, bukan murni dari Yunseong sendiri.

"WOI! Ngelamun terus lo."

Deera mengerjapkan matanya. Ah, dia lupa. Orang yang mengisi pikirannya itu lagi ada di hadapannya sekarang.

Kalau biasanya dia bakal mencak-mencak ke Nadine atau Minkyu, sekarang yang dia bisa cuma senyum tipis. Rasanya aneh. Kenapa Deera harus ngerasa kehilangan padahal sesuatu itu belum jadi miliknya?

Deera memainkan kotak susu coklatnya, "Gue sedih. Besok pasti mulai belajar lagi. Gue cuma... males,"

Yunseong mengernyitkan sebelah alisnya. Seharusnya, bukan itu jawaban dari pertanyaannya. Dia cuma butuh 'iya' atau 'enggak'.

Bagian Satu: NolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang