nol | 10

1.9K 382 17
                                    

🐻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐻



Yunseong menggaruk tengkuknya. Bingung mau ngomong apa sama Deera yang lagi fokus ngeliatin jalanan. Gara-gara omongannya yang ceplas-ceplos kemarin, dia jadi canggung sendiri.

"Eng- Dee?" panggil Yunseong pelan.

Deera nengok, bikin Yunseong makin bingung dia harus bilang ini apa enggak. Bodoh banget rasanya, padahal tadi udah semangat jemput Deera pulang sekolah.

"A-anu.... enggak deh."

Yunseong makin dibikin canggung karena Deera enggak ngerespon sama sekali dan malah balik natap jalanan lewat kaca mobil. Persis, kesukaannya Deera memang begini.

Dibanding tujuan, Deera emang lebih suka ngabisin lebih banyak waktu di perjalanan. Apalagi kalau sama orang istimewa.

"Lo ada waktu enggak minggu ini?" tanya Deera tiba-tiba.

"Mau ngapain?"

"Jawab dulu, ada apa enggak?"

Yunseong cengengesan, lebih santai daripada dia terus yang berusaha mulai pembicaraan. "Ada. Tapi gue enggak janji. Siapa tau nanti tiba-tiba malah ada urusan mendadak. Nah, sekarang kenapa nanya gitu? Mau ngajak gue jalan?" kekehnya.

Deera langsung ngangguk, "Gichan yang suruh. Dia mau ngajak ceweknya, katanya biar gue enggak jadi nyamuk,"

"Lah, ada cewek dia? Gue kira homo,"

"Gue kira gue doang yang mikir begitu," jawab Deera terus ketawa.

"Oh iya, Dee," Yunseong sedikit ragu. "Yang kemarin, waktu gue bilang gue naksir elo, a-anu... lupain aja, ya? Kayaknya gue cuma ngelantur, gue enggak yakin itu beneran,"

Deera menatap Yunseong nanar. Ini bahkan belum 24 jam, kenapa Yunseong berubah secepat itu? Ah, mungkin Deera lupa. Kemarin, Yunseong ngomong apa yang ada di otaknya, bukan hatinya.

Kalau kata 'pura-pura' enggak ada di dunia ini, Deera mungkin enggak tau dia harus apa. Selain senyum terpaksa dan nahan air mata, memangnya Deera bisa apa lagi?

"Santi kali ah lo. Lagian, gue juga enggak baper," Deera ketawa.

Selain Yunseong, orang-orang pasti tau itu bukan ketawa bahagia. Itu ketawa sakit, ketawa yang sebenernya nangis, ketawa yang enggak baik-baik aja, ketawa yang minta pengertian buat biarin tangisnya lepas.

Yunseong senyum lega. Lega, seenggaknya enggak ada perasaan yang bikin dia harus bertanggung jawab nantinya.

"Syukur, deh. Enggak enak gue nanti lo kira pembohong lagi,"

Bagian Satu: NolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang