18. Leave Me

1.8K 253 28
                                    

Rubby mengetikkan sesuatu didepan laptopnya, matanya menyipit setiap kendala terjadi, keningnya berkerut setiap dia berpikir keras. "Ah...brengsek...brengsek..." umpat Rubby di rumah lama milik ayah dan ibunya sebelum mereka semua pindah ke Mansion yang menjadi kenangan buruk itu.

Setelah berpamitan kepada Betty dia akhirnya meninggalkan Flatnya. Rubby harus pergi demi ketenangan hatinya.
Saat berpikir tentang Betty yang memeluknya untuk menguatkan dia kembali murung, andai dia bisa membawa Betty bersamanya. Tapi itu semua mustahil, dia tidak ingin Betty ada di dunia yang tidak bisa Rubby jauhkan ini. Menjadi anak dari ayahny adalah takdir baginya, dan percuma saja dia lari dari ini semua tidak ! Rubby tidak akan lari lagi, dia akan menjalani kehidupan yang seharusnya dia jalani serta mencari siapa pembunuh keluarganya sebelum dia yang terbunuh.

Ron mengetuk pintu kamar Rubby dengan remote kontrol Rubby membuka pintu itu dan terlihat lah Ron yang memegang sebuah nampan berisikan makanan.
"Ron, kau tidak perlu melakukan itu."
Ron menundukan kepalanya meminta maaf.

"Maaf nona tapi anda tidak makan apapun sedari tadi. Saya tidak ingin anda sakit." Rubby menghela napas lalu berdiri mengambil nampan berisikan susu serta daging asap dan potongan kentang rebus itu.

"Aku akan makan diluar Ron, dan terimakasih." Ron keluar lalu tak lama Rubby pun keluar kamar. Dia melihat seorang pria memasuki area dapur dengan seragam koki, dia memanggil pria itu yang berhenti lalu menatapnya dengan terpesona.

"Wait...wait..apa kamu sudah lama bekerja disini?"
Pria itu masih diam memandangi wajah Rubby membuat Rubby menaikkan alisnya.

"Ehem...." pria itu langsung tersadar dari kekaguman akan wanita didepannya. Sungguh sangat cantik.

"Ah maaf Nona saya Eldier, saya anak dari koki Agustaf Moxel. Saya menggantikan ayah saya yang hari ini tidak bisa kesini karena dia sedang sakit." Rubby mengangguk lalu pergi dari hadapan pria yang masih memandangi tubuh Rubby serta gerak-geriknya.

"Tuhan...kenapa ada wanita secantik ini." Ungkap Eldier dihatinya.

"Apa?" Tanya Rubby saat pria itu masih ditempatnya.

"Ah maaf nona, saya pikir anda butuh sesuatu." Rubby menggelengkan kepalanya lalu Eldier pergi.
Dengan cepat Rubby memakan makanannya lalu meninggalkan sisa makan itu begitu saja diatas meja, bukan karena malas tapi dia harus segera mengerjakan sesuatu sebelum ingatannya akan hilang begitu saja.

Rubby membuka pintu bawah tanah dan menatap sebuah mesin yang berada disamping kirinya.
Sensor mesin itu mendeteksi mata Rubby lalu kaca pembatas yang tak terlihat itu terbuka.
Rubby melihat betapa canggih ruangan itu, dia duduk dan membuka laptop yang ada diatas meja.
Memasukkan nama ayahnya dan juga namanya. Deteksi laptop itu juga sama mengambil foto wajahnya serta sensor mata dirinya.

"Dobro pozhalovat' ledi Haslyn." Suara dari mesin deteksi itu menyambutnya, dan lampu berwarna biru menerangi ruangan berwarna serba putih itu. Dibelakang meja Rubby sebuah pancaran dari laptop terbuka memperlihatkan angka-angka dan tulisan. Rubby mengarahkan jarinya kelayar lalu berbicara.

"Ya iskal posledniye dannyye iseldolvaniya moyego ottsa."
(Aku mencari data riset terakhir ayahku.)
Rubby berbicara kepada monitor canggih itu dengan bahasa Rusia. Setahu Rubby memang ayahnya selalu memakai bahasa Rusia untuk semua perintah di benda-benda canggihnya salah satunya adalah ruangan ini. Semua sistem menggunakan bahasa Rusia dan terkadang Rumania. Itu semua karena ayahnya begitu mencintai ibu Rubby yang berasal dari Rusia.

Perintah Rubby langsung terlihat dan dia terkejut dengan sebuah gambar yang terlihat dan beberapa catatan penting ayahnya.

Rubby menganga melihatnya, dia mundur beberapa langkah saat sesuatu dalam ingatannya muncul.
Jari lincah Rubby mengunci serta mematikan monitor dan laptop itu lalu beranjak keluar dari sana.

"Apakah ayah berencana membuat sebuah nuklir?"
Tanya Rubby didalam hatinya, dia menunduk dibalik pintu kamarnya.
Rubby mengambil ponselnya lalu menelpon Ron.

"Ron, aku ingin kau berikan semua data dan informasi siapa saja yang bekerjasama dengan ayahku selama setahun terakhir ini. Ah...satu lagi Ron, aku akan keluar sebentar, kau tidak perlu mengikutiku."
Setelah mengatakan hal itu Rubby keluar dari kamarnya, dengan memakai jaket bulu berwarna merahnya. Rubby melewati Eldier yang juga ingin kembali kekedai miliknya Rubby memanggil Eldier yang berada didepannya.

"Eldier," panggil Rubby menghentikan langkah pria itu.
Dia berbalik dan menatap Rubby.

"Eldier kau mau kembali ke rumah mu?"

"Ah tidak nona, saya ingin ke kedai saya."

"Oh begitu," Rubby mengangguk tapi Eldier masih melihatinya.

"Ada yang bisa saya bantu nona?"
Rubby tersenyum mantap.

"Ada," lalu dia menarik tangan Eldier menuju pintu rumah.

"Nona kita kemana?" Tanya Eldier saat Rubby memberikannya kunci mobil.

"Stop panggil aku nona, panggil aku Rubb_" ucapan itu tertahan "Haslyn. Ya panggil aku Haslyn. Aku minta tolong temani aku ke Zo Bar and Club, ada yang harus aku lakukan."
Eldier mengangguk dengan senang hati menemani nona cantik nya itu.

Mobil Rubby keluar dari pagar yang menjulang tinggi, lalu seorang pria menelpon bosnya.
"Nona Rubby pergi dari rumahnya Sir."

****

Rubby berbicara dengan Andreas yang tidak menerima pengunduran dirinya dengan alasan Rubby tidak profesional.
"Terserah kata mu Andreas, tapi aku tidak lagi bisa bekerja. Maafkan aku." Rubby keluar dari ruangan Andreas dan menabrak tubuh yang dia ingin hindari melihatnya.
Tahu akan harum tubuh pria itu Rubby memilih tidak melihat wajahnya dan pergi, Kenan tidak mencoba menghentikannya meski dia ingin mendekap Rubby tapi apa yang dilakukan wanita itu jelas kalau dia tidak lagi ingin berurusan dengan Kenan.

Eldier tersenyum melihat Rubby yang datang kearahnya. Tapi anehnya Rubby merangkul tangannya lalu tersenyum manis.
"Ayo pergi, urusan ku sudah selesai disini." Semua itu tak luput dari penglihatan Kenan yang masih berdiri memperhatikan Rubby.

Dia tidak suka saat Rubby menyentuh lengan pria yang dia belum tahu siapa, dan memiliki hubungan apa dengan Rubby, tapi dia merasa pria itu menyukai wanitanya.
Kenan mengeraskan rahangnya saat Rubby pergi tanpa melihat kearahnya.
"Bagaimanapun juga Rubby adalah wanitanya, tidak ada yang boleh menyentuh miliknya."

"Chris, selidiki pria itu. Aku ingin tahu dia siapa, lalu membunuhnya."

Bersambung....

HALF YOU {Tersedia versi Buku}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang