2. Bintang dan Bulan

126 16 0
                                    

   "Ewh, Bwintwang, iwini uwdah mwaskhmpttt," Rebecca berujar dengan mulut yang penuh dengan mie ayam, hingga kuahnya muncrat kemana - mana. Bahkan hingga mengenai wajah Rega.

    Rega jijik? Tentu saja tidak. Ia sudah terbiasa dengan tingkah Rebecca yang satu ini. Dengan sabar, Rega mengelap mulut Rebecca yang belepotan.

   "Udah berapa kali aku bilang, kalo makan jangan sambil ngomong." peringat Rega.

    Rebecca lagi - lagi hanya bisa menyengir. Satu suapan lagi datang, namun Rebecca meggelengkan kepalanya, membuat Rega menyerngit bingung.

   "Aku bisa makan sendiri. Lagian ini juga udah masuk. Nanti kalo ada yang liat apa kata mereka? Masa ketos Bima Sakti malah berduaan di kantin pas kbm?" oceh Rebecca tiada henti. Mencoba membujuk Rega agar segera meninggalkannya di kantin.

    Gemas, Rega pun menaruh mangkok yang ia pegang dan mencubit kedua pipi Rebecca.

   "Enggak. Nanti yang ada malah kamu bolos, kalau aku tinggal." jawab Rega tepat sasaran. Rebecca memang tengah berencana untuk meninggalkan kelas hari ini.

   "Ih, siapa bilang!" sanggah Rebecca memprotes.

   "Mending cepet selesein sarapan kamu dulu, terus aku anter ke kelas. Oke?" putus Rega pada akhirnya.

    Mendengar jawaban Rega, Rebecca mengerucutkan bibirnya. Jujur, Rebecca benar - benar malas masuk kelas hari ini. Karena hari ini ia akan belajar fisika selama tiga jam penuh. Hah, tentu saja ia enggan.

    Bukan karena pelajarannya yang Rebecca tak suka. Namun, karena guru yang mengajar. Ya, Bu Naning. Wanita dengan umur kepala tiga yang masih perawan itu, selalu saja berhasil membuat telinga Rebecca memanas. Bukannya memberi materi, guru itu malah asik mengomeli Rebecca tanpa henti. Itu lah yang membuat Rebecca enggan sekali mengikuti pelajarannya.

    Aha, Rebecca mendapat sebuah ide!

   "Aku ngunyahnya lama. Kamu, gak takut ketinggalan materi?" tanya Rebecca memelas, berharap kali ini Rega luluh.

   "Enggak. Semua materi semester ini udah aku pelajari." papar Rega.

   "Tap—" belum selesai berbicara, Rega kembali menyela.

   "Udah, Bulan nurut aja. Aaaaaa. Pasti tadi dari rumah belom sarapan." bujuk Rega sembari menyuap sesendok mie ayam lagi. Jika sudah seperti ini, maka Rebecca hanya bisa diam dan menurut.

    Di lain sisi, seorang gadis dengan tangan terkepal menatap marah kearah dua sejoli yang tengah duduk di seberang sana.

   "Iiih, liat deh, Tar. Rebecca lengket banget ya sama Rega," ujar seorang siswi dengan menepuk pundak bosnya.

   "Iya, bener banget, Tar. Liat deh, gatel banget kan si Rebecca!" ujar siswi lain dengan suara menggebu - gebu.

   "Lo, nggak cemburu, Tar?" tanya siswi lainnya lagi.

    Sementara orang yang mereka panggil "Tar" itu, menggeram kesal menatap pemandangan di depan mereka.

    Namanya, Mentari Elrasya. Ia adalah ketua geng cabe abal - abal di sekolah Rebecca. Bersama para dayangnya, yaitu Jenny, Rika dan juga Zeera. Mereka berempat adalah siswi yang disegani di sekolah, setelah Rebecca dan Rega.

Bulan untuk BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang