Manja

1.3K 99 14
                                    

.

.

Sebelum hubungannya naik pangkat menjadi sepasang suami-'istri', Gun pernah melakukan penelitian. Ia bertanya beberapa kali kepada orang terdekatnya tentang kekasih tampannya, Mark. Hasil penelitiannya ternyata mendapatkan satu kesimpulan yang sama.

Mark itu tampan.

Mark itu pintar.

Mark itu mapan.

Mark itu penyayang.

Mark itu perhatian.

Mark itu dewasa.

Dari enam hal yang telah disebutkan, Gun tidak bisa mengelak bahwa yang dikatakan orang-orang terdekatnya memanglah benar. Wajah Mark yang tampan ditambah kecerdasan otaknya yang di atas rata-rata serta kesuksesan yang diraihnya benar-benar menjadi point plus untuk Mark menarik perhatian Gun. Namun bukan karena Mark tampan, pintar, juga mapan Gun bisa mencintai lelaki itu. Seiring hari berganti dengan waktu yang terus berjalan, rasa sayang dan perhatian serta kedewasaan Mark-lah yang mampu membuat Gun tidak berpaling dari siapa pun. Namun sayangnya, kadar kedewasaan Mark sepertinya sudah mulai berkurang sejak malaikat kecil yang begitu menggemaskan hadir sebagai pelengkap rumah tangga mereka.

Aroon. Itulah nama yang Mark dan Gun berikan untuk bocah lucu berusia 5 tahun. Awalnya Mark tidak pernah mempermasalahkan sang buah hati yang kerap menempel pada 'istri' tercinta. Ia berpikir, ikatan batin antara seorang anak dan Ibu pastilah sangat kuat yang berefek samping pada kedekatan keduanya. Namun ternyata, rasa tidak pedulinya itu kini justru berimbas pada pemikiran konyol yang kerap muncul ketika sang buah hati sedang bermesraan dengan sang 'istri'.

Tidak. Mark tidak mungkin membenci anaknya sendiri. Hanya saja, ia benar-benar tidak bisa mengatur ekspresi wajahnya ketika Aroon sudah mulai bermanja-manja dengan lelaki manis bernama Gun itu. Sialnya, Gun benar-benar tidak peka jika ia sudah mulai cemburu dengan Aroon. Dan karena hal ini pula yang menyebabkan Mark melakukan satu hal konyol sepanjang hidupnya. Catat! Sepanjang hidupnya.

.

.

"P'GUUUUUN!"

Gun berjengit dan terdiam sejenak saat suara bass dengan intonasi tinggi itu menyapa indra pendengarannya. Matanya menatap wajah tampan putranya dengan kening yang mengerut setelah keterkejutan berhasil lepas dari tubuhnya.

"Sayang, kau dengar itu?" tanya Gun pada Aroon yang sedang sibuk memakan roti tawar dengan banyak selai cokelat mengotori sekitar sudut bibirnya.

Aroon mengerjabkan kedua matanya sejenak seraya menjauhkan roti yang ada di depan mulutnya kemudian mengangguk-nganggukkan kepalanya dengan imut.

"Itu suala Daddy, Papa..." jawabnya.

"Sudah selesai sarapannya? Mau ikut Papa melihat Daddy?"

Sekali lagi Aroon mengangguk imut kemudian menghabiskan segelas susu yang ada di samping piring sarapannya. Kedua tangannya lantas bergerak, menunjuk bibirnya untuk memberitahukan pada Gun bahwa bibirnya benar-benar kotor.

Gun yang melihat kebiasaan sang putra setelah sarapan hanya dapat terkekeh tanpa suara sebelum meraih tisu yang ada di meja kemudian mengusap bibir sang putra dengan lembut. Setelah bibir sang putra bersih dari noda cokelat, Gun dengan cepat mendaratkan satu kecupan manis di bibir sang putra yang menghasilkan tawa riang dari bocah berusia 5 tahun tersebut.

"Ayo Papa kita lihat Daddy," ajaknya pada Gun seraya turun dari kursi yang didudukinya. Gun mengangguk kemudian menggenggam salah satu tangan mungil Aroon sebelum melangkah menapaki anak tangga guna menuju kamar sang suami.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang