Taktik

2.8K 169 22
                                    

.

.

Kata 'sepasang kekasih' yang sering terlontar dari mulut orang lain merupakan persepsi atas kedekatan Mark Siwat dan Gun Napat. Keduanya tidak pernah membenarkan kata 'sepasang kekasih' itu karena pada kenyataannya mereka bukanlah sepasang kekasih.

Jika ada orang yang bertanya, "Kalian bersahabat?", maka Mark akan mengangguk dengan mantap diikuti anggukan Gun setelahnya.

Mark dan Gun bersahabat sejak Sekolah Menengah Atas. Pertemuan pertama mereka terjadi saat Gun tidak sengaja menginjak simpul tali sepatunya sendiri yang terlepas dan menyebabkan tubuhnya yang kurus itu limbung. Gun hampir tersungkur ke depan jika tidak ada sepasang lengan yang tiba-tiba saja melingkari pinggang rampingnya.

Untuk beberapa detik Gun terdiam dengan ekspresi terkejut yang tidak bisa ia sembunyikan di wajah manisnya. Namun beberapa detik setelahnya ia tersadar dan segera menolehkan kepalanya. Indra penglihatannya menangkap sosok lelaki tampan dengan warna rambut hitam pekat sedang tersenyum ke arahnya.

Lima menit terlewati begitu saja dengan keduanya saling bertatapan. Hingga sepasang lengan yang sedang melingkari pinggang Gun sedikit bergerak, Gun lantas tersadar dan segera menjauhkan tubuhnya dari sosok lelaki tampan yang sudah menolongnya.

Gun segera membungkukkan tubuhnya bersamaan dengan bibirnya yang mengucapkan kata 'terima kasih' selama beberapa kali. Hingga lelaki tampan yang ada di hadapannya membuka suara, Gun tahu bahwa lelaki tampan itu bernama Mark Siwat ketika tiba-tiba saja lelaki itu mengulurkan satu tangannya dan menyebutkan namanya.

Seminggu setelahnya Gun dan Mark selalu bersama. Di kantin, di perpustakaan, maupun di taman yang terletak di halaman belakang sekolah. Keduanya seperti direkatkan oleh lem, saling menempel tanpa ada celah untuk memisahkan keduanya. Sampai keduanya masuk ke perguruan tinggi, hubungan persahabatan itu semakin erat terjalin.

.

.

Gun sedang bersantai di kafe yang ada di sekitar kampusnya seraya menikmati milk shake-rasa stroberi-kesukaannya. Bibirnya sedikit mengerucut dengan sedotan yang berada di dalamnya. Kedua pipinya seolah bergerak ke dalam dan ke luar saat air berwarna dengan rasa manis itu perlahan-lahan mengisi rongga mulutnya, tertelan melewati kerongkongannya, dan berlabuh di dalam perutnya yang rata.

Gun masih asyik dengan kegiatannya sendiri, hingga satu suara yang diakibatkan oleh gesekan kaki meja dengan lantai yang cukup keras membuat Gun menolehkan kepalanya. Pemandangan pertama yang tertangkap oleh indra penglihatannya adalah wajah muram sahabatnya.

Gun mengernyit. Sedikit heran kenapa tiba-tiba lelaki tampan yang ada di sebelahnya memasang ekspresi seperti itu?

"Kau kenapa?" Gun memutuskan untuk bertanya ketika sang sahabat tidak kunjung membuka suara setelah beberapa menit duduk di sebelahnya.

Sosok lelaki tampan bernama Mark itu terdiam sebelum menghela napas berat kemudian menolehkan kepalanya dan menatap wajah manis Gun. Wajah tampannya masih menguarkan ekspresi muram bersamaan dengan matanya yang menatap sendu pada Gun.

"Aku baik-baik saja, P'Gun," sahut Mark pelan.

Gun membuat posisi tubuhnya sedikit menyamping ke arah Mark lalu menatap wajah muram lelaki itu dengan tajam.

"Apa kau ingin membohongiku?"

Mark menggelengkan kepalanya.

"Hanya masalahku dengan dosen, P'. Bukan yang lain."

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang