Kencan

1.2K 107 11
                                    

.

.

Gun masih saja memajukan bibir bawahnya seraya memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya dengan kesal. Kedua matanya sesekali melirik ke sebelah kiri, melihat sosok yang berstatus sahabatnya terus tersenyum lebar sejak sepuluh menit yang lalu. Ia mendengus keras sebelum fokus menatap wajah sahabatnya.

"Berhentilah tersenyum seperti itu! Kau benar-benar mengejekku, P'!" katanya ketus.

Earth, lelaki mungil yang baru saja mendapat perkataan ketus dari Gun hanya bisa menampilkan raut polos pada wajah imutnya. Sedetik kemudian ia mengernyit melihat Gun yang tampak emosi menatapnya.

"Kupikir aku tidak memiliki masalah denganmu pagi tadi, Gun. Tapi kenapa kau sesinis itu padaku siang ini, huh?" tanya Earth tidak mengerti.

Gun enggan menjawab. Ia hanya menggertakkan giginya seraya menatap penuh sebal ke arah Earth dengan kedua tangannya mengepal erat.

Earth semakin bingung melihat Gun yang semakin bersikap tidak wajar.

"Cepat pergi dari sini, atau aku akan membuatmu semakin pendek!" gertak Gun.

"Hei! Berkacalah sebelum mengejekku pendek! Dasar sipit!" balas Earth tidak terima.

Gun hendak melayangkan kembali ejekannya untuk Earth namun hal tersebut harus terhenti karena dering ponsel Earth yang berbunyi.

Gun diam memerhatikan Earth yang sibuk berbicara dengan seseorang di seberang sana. Ia kembali memajukan bibir bawahnya dengan raut wajah dibuat sesedih mungkin karena sahabat pendeknya itu kembali tertawa senang. Sebenarnya ia tidak ingin egois, tetapi melihat sahabat dekatnya bahagia seperti itu membuatnya sedikit iri sebab saat ini suasana hatinya sedang tidak baik karena seseorang.

'Dasar bodoh! Mati saja sana!' makinya dalam hati.

"Ai-Gun, sepertinya kita tidak bisa pulang bersama. Aku-"

"Aku tahu. Cepat pergi, sebelum kekasihmu itu melirik orang lain," potong Gun cepat.

"Ya, ya, ya... berdoa juga semoga kekasihmu itu tidak selingkuh di balik alasannya yang selalu sibuk bekerja. Sudah ya, aku pergi. Bye, Gun sayang..."

Setelah mengatakan hal seperti itu pada Gun, Earth segera melangkah keluar kelas, mengabaikan wajah Gun yang sudah memerah karena rasa kesal yang bertumpuk di kepalanya. Ia menggeram, sebelum akhirnya berteriak kencang.

"HEI! KEMBALI KAU, P'EARTH! AKU BENAR-BENAR AKAN MEMBUATMU SEMAKIN PENDEK!"

.

.

.

Gun tidak bisa menghentikan gerutuan yang terus meluncur dari bibirnya. Rasa kesalnya terhadap seseorang juga pada Earth membuatnya bertingkah layaknya orang tidak waras. Ia mendengus kemudian memandang sinis sejumlah mahasiswa yang melewatinya dengan saling bergandengan tangan. Mendadak ia merasa dunia kejam pada dirinya sebab sejak tadi indra penglihatannya selalu disuguhkan romantisme yang selalu diumbar sejumlah mahasiswa yang berada di kampusnya.

Gun menghentikan langkahnya tepat ketika ponsel yang sedang digenggamnya bergetar. Ia memandang datar layar ponselnya yang menunjukkan panggilan seseorang dan membiarkan panggilan tersebut terhenti di detik berikutnya. Tetapi, beberapa detik setelahnya ponselnya kembali bergetar membuat lelaki manis berbibir seksi itu terpaksa menjawab panggilan seseorang di seberang sana.

'Hai...' sapa sosok di seberang sana.

Gun memutar kedua bola matanya mendengar nada sok manis sosok yang sedang melakukan panggilan dengannya.

Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang