Berdua

88 7 4
                                    

"Pesan bakso ya, Pak. Minumnya es teh," ujar Ima pada pedagang bakso di depan kompleks.

"Dua, Neng?" Bapak itu memastikan.

"Tiga, Pak. Orang kami bertiga," sahutku pasti. Bapak penjual bakso mengernyitkan dahi.

"Apaan sih, Ndra? Jangan usil!" Ia sedikit berbisik padaku. Matanya melotot kesal. Aku suka melihat ekspresi seperti ini. Setengah panik, sisanya takut dan sebal.

"Dua, Pak. Sepupu saya cuma bercanda," jelas Ima. Bapak itu mengangguk. Aku terkikik.

Candaan ini sering kulakukan saat sedang makan di luar. Bersama Ima--sepupuku--atau teman-temanku yang lain. Alhasil pedagang selalu bingung dan mengira aku benar-benar punya teman khayalan. Namun semua temanku protes. Mungkin mereka memang takut hantu. Payah.

***

Malam ini angin berembus lebih kencang. Udara dingin menyapu tengkuk. Membuat bulu kuduk meremang.

Ting ting ting!!

Suara denting sendok yang beradu dengan mangkuk. Tukang wedang ronde kesukaanku lewat.

"Dingin begini minum ronde enak deh, Im. Beli yuk?" ajakku pada Ima yang sedang asyik membaca komik. Rumah kami bersebelahan. Ima seringkali berkunjung untuk numpang membaca serial komik koleksiku.

"Males ah, lagi seru, " tolaknya tanpa melepas pandangan dari komik.

Aku berdecak, "ck, awas ya kalau minta."
Ia hanya mencebik.

Akupun berangkat sendiri menyusul tukang wedang ronde yang sudah berlalu beberapa rumah.

"Bungkus wedang rondenya ya, Bang!" ujarku pada abang penjual ronde yang barusan berhenti sebelum kupanggil.

Diapun mengangguk. Meracik dua wedang ronde dan membungkusnya. Lalu menyerahkannya padaku.

"Kok dua, Bang?" tanyaku heran sambil menerima kantong plastik yang ia sodorkan.

"Lah kan berdua?" jawabnya tak kalah heran.

Deg!

Bangil, 24 Mei, 2019

CREEPY STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang