Mesin Jahit

60 5 4
                                    

Perempuan itu datang lagi. Kelebihan berat badan, terlihat dari leher yang berlipat-lipat tercekik kalung emas dengan bandul sebesar uang koin lima ratus. Pergelangan tangan yang nyaris tak terlihat tonjolannya lagi, juga paha yang bergesekan tiap kali mengayun langkah. Terbayang jelas dari daster tipis yang siang ini dikenakannya.

Seperti biasa kalau ia tiba-tiba datang dengan pakaian secerah warna pelangi, itu tandanya akan ada perhiasan baru lagi yang akan dipamerkan padaku. Kalau tidak ingat ia adalah adik dari suamiku, sudah kusikat cincin batu ruby di jari tengah kirinya tanpa melepas benda berkilau itu terlebih dulu. Dengan apa?

Tang potong?

Bagus.

"Halo kakak, apa kabar? Kau semakin kurus saja seperti orang-orangan sawah. Mukamu tambah hitam dan jerawatan. Pasti tidak ada uang untuk perawatan ya? Oh maaf, aku lupa kalau kau pengangguran," ejeknya tanpa basa-basi sembari mengangkat lembaran kain yang hendak kujahit dengan dua jari.

Terlihat jijik seperti memegang bangkai tikus.

Tahan.

Tahan.

Aku menyembur napas, lalu melanjutkan menjahit dengan suara dinamo lebih menderu, lebih cepat seirama detak jantungku yang berdentum-dentum. Ia tersentak kaget.

"Oh! Santai saja, Kakak. Tidak usah ngegas begitu. Perhatianmu terlalu fokus pada cincin berlian ini. Ini cuma cincin yang baru kubeli seminggu yang lalu. Belum kucopot karena belum bosan. Padahal yang mau aku tunjukkan ada di jari tengah sebelah kanan."

Ia menarik kursi, lalu duduk di hadapan mesin jahitku. Aku melirik gerak-geriknya tanpa memghentikan aktivitas menjahitku. Lalu ia mulai menganjurkan tangan kanannya, memperlihatkan cincin berlian sebesar biji kacang hijau. Berkilauan tersiram kemuning lampu mesin jahit.

Entah iblis mana yang sedari tadi menonton kami, yang jelas beberapa detik kemudian iblis itu mulai menunjukkan eksistensinya. Refleks kutarik tangannya menuju jarum mesin yang sedang naik turun bergemeletek mengerikan.

"Aargh!"

Perempuan itu terlampau syok untuk dapat memprotes punggung tangannya yang mulai tertusuk-tusuk jarum mesin jahit.

Mesin jahit high speed.

Berkecepatan tinggi.

Punggung tangan yang gemuk bersih dengan bulu-bulu halus itu kini ternoda oleh cipratan darah dari luka yang mulai menganga bagai jahitan terdedel. Badannya mungkin dua kali lebih besar dariku. Tapi amarah ini mampu menahan tangan gemuk itu tetap pada tempatnya sehingga luka dedel itu makin dalam dan melebar. Cipratan darah mengenai wajanhya dan hidungku. Geli, aku menghapusnya dengan ujung lidah.

Rasa logam berkarat memenuhi indra perasa.

Beberapa jenak aku menikmati pemandangan ini, tertawa keras dan mengangkat wajah tinggi-tinggi, hingga terlampau telat menyadari bahwa ia sudah mengumpulkan kekuatan dan bersiap menarik tangannya.

Dan tangan gemuk itu lolos dari cengkeramanku, tapi tak cukup kuat untuk lolos dari pangkal jarum mesin yang masih naik-turun.

Tersangkut?

Oops, bukan salahku.

Dan jeritannya semakin keras.

End

250919

Maafkan gore-ku yang masih receh 😂🙏

CREEPY STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang