STEAK

47 3 0
                                    

#randomnotes_1

Didedikasikan buat seorang sahabat. Mensyen gak ya?

STEAK
•••••••••

Prang!

Steak daging, saus BBQ, kentang, tomat, potongan sayur, pisau dan garpu, berhamburan di lantai. Meja makan tak ubahnya kapal pecah.

"Kenapa masakanmu tidak lebih enak dari apa yang dibuat Devika? Kalau kau tidak bisa masak steak yang enak, akan kusuruh anakku menceraikanmu! Dasar menantu tidak becus!" Digebraknya meja makan hingga membuatku tersentak.

Terlalu kuat untuk ukuran seorang wanita 50 tahun. Mertua sialan itu rewel lagi. Dia mengeluh daging steak-nya terlalu matang. Mengomel dengan kecepatan 100 km/jam, lalu menghambur keluar melalui pintu samping.

"Ha ha ha! Sudah kubilang kau tidak akan bisa meluluhkan hati mamaku, apalagi memasak steak seenak aku."

Devika, adik ipar paling menyebalkan. Dia menghinaku lagi, dengan menginjak, memutar-mutar, dan menendang daging steak di lantai dengan sepatu hak tingginya.

"Besok aku ada waktu jam 8 pagi. Belanjalah bahan-bahan lengkap, lalu kuajari membuat steak kesukaan mama. Biar kau tidak dibilang menantu tidak becus," tukasnya ketus sambil lalu.

Baiklah, apa boleh buat. Seharusnya memang dari dulu kita belajar bersama.

Semalaman aku tak sabar menanti hari esok. Berguling ke kanan dan ke kiri dengan selimut bergulung di bawah kaki, berbaring, duduk, memeluk bantal, sedikit jeri, sekaligus bersemangat. Berharap semua akan berjalan lancar dan mama mertua akan memuji masakanku. Beruntung suamiku yang sedang bertugas di luar kota tidak melihat istrinya tersenyum dan menyeringai seperti orang sinting.

Untung saja pasar subuh tidak terlalu padat. Aku masih bisa membeli bahan-bahan dengan lengkap dan dalam kondisi segar. Terbukti dari pujian Devika.

"Salah satu kunci citarasa yang baik dalam masakan adalah kualitas bahan. Aku kemarin lupa memberitahumu, tapi tampaknya kamu sudah paham. Kedua, hati yang bahagia. Jangan pernah sedikitpun menabur bumbu tidak enak hati pada masakan. Memasaklah dengan perasaan yang bahagia," paparnya seraya mencuci wortel di bawah air mengalir.

Kali ini aku coba mendengar nasihatnya, walau sebelum dinasihati pun aku sudah menjaga suasana hatiku tetap bahagia, berusaha stabil sampai masakan siap hidang. Dan kalian tahu apa yang terjadi? Aku berhasil!

"Aku suka tekstur dan kematangannya. Lembut di luar, 'juicy' di dalam," ujarnya seraya menunjuk potongan daging yang masih sedikit berdarah bagian tengahnya dengan pisau.

Kuakui mertuaku punya citarasa yang bagus.

"Eumm, tapi ini bukan sekadar soal kematangan. Kau memakai daging terbaik, ya?" Sepotong besar daging baru saja masuk ke dalam mulutnya seiring kalimat itu usai.

"Tentu saja. Apa besok Mama mau dibuatkan yang seperti ini lagi?"

"Ide bagus. Ini memang daging has dalam terbaik yang pernah kunikmati. Omong-omong, kau beli di mana?"

"Aku tidak beli, Mama. Aku memotong pantat Devika yang cerewet."

End

290919

Pic source : www.123rf.com

CREEPY STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang