BAB 9

944 40 2
                                    


Selamat membaca
Typo everywhere. Be careful 😁


Jam menunjukkan pukul delapan pagi. Aku yang masih terbaring lemas di tempat tidur masih menyusuaikan keadaan sekitar. Aku melihat langit-langit kamar. Terasa asing. Aku di mana? Ini bukan kamar aku. Seketika aku terduduk dengan mata melihat sekitar. Ouch! Ini kan rumahnya Tante Fatma. Aku lupa dengan fakta bahwa aku sedang 'menginap di rumah orang' jadi tidak sepantasnya aku bangun jam segini. Seperti di hantam dengan palu godam, aku memutar kepala ku melihat ke arah jam, jam delapan! DELAPAN!!! dan aku masih di atas tempat tidur dalam keadaan masih berantakan. Oh God, beginikah tugas seorang pembantu bangun di siang hari bolong??! Kalau sampai mama tau, habis aku di cincangnya.

Cepat-cepat aku menyambar handuk lalu berlalu ke kamar mandi. Mandi secepat kilat untuk mempersingkat waktu. Sepuluh menit kemudian aku keluar kamar mandi. Bergegas mengambil baju dari lemari. Untung semalam aku sempat memindahkan baju ku dalam lemari, jadinya aku tidak terlalu 'ribet' untuk membongkar koper ku.
Aku memakai terusan katun hingga lutut dengan motif volkadot hitam putih. Memoles sedikit bedak dan lipglos agar muka ku tidak terlalu pucat. Aku mengeringkan rambut ikal ku yang panjangnya melewati bahu ku. Buru-buru aku menyisir dan bergegas ke luar kamar.

Aku turun ke lantai satu berjalan ke arah dapur. Sampai dapur aku mencium aroma kwetiau goreng. Waaa... makanan favorit aku!!! Pasti Tante Fatma sedang memasak. Aku melihat sekitar, masih sepi. Pasti pada belum bangun.

"Morning, Tante." Aku menyapa Tante Fatma yang sedang sibuk dengan wajan dan kwetiaunya.

Tante Fatma tersenyum sebelum membalas sapaan ku, "morning, darling."

Aku duduk di kursi yang di dapur. Beruntungnya jadi pembantu. Sudahlah bangun siang, masuk dapur cuma bisa jadi penonton setia. Hish hish

"Bagaimana kamarnya, Sya? Nyenyak nggak tidurnya?" Tanya Tante Fatma.

"Nyenyak kok, Tan. Kasur Tante empuk banget. Sampai-sampai mimpi di datangin sama prince charming,"

Tante Fatma tertawa mendengar jawabanku. Tapi beneran, semalam aku mimpi ngedate sama Lee Dong Wook. Haha. Ini semua gara-gara nonton drakor My Girl, sampai masuk ke dalam mimpi. Drama itu emang sudah lama, aku bahkan sudah berkali-kali menonton. Tapi tetap saja, pesona opah-opah korea itu tidak bisa dilewatkan begitu saja.

"Sya!"

"Oh, Dong Wook sayang!" Aku terus melatah ketika Tante Fatma memanggilku.

"Ya, Tan?" Aku kontrol malu. Aku lihat Tante Fatma sedang menahan tawanya. Aku mencoba mengabaikan raut wajah Tante, seperti tidak terjadi apa-apa. Padahal dalam hati ingin sekali menenggalamkan diri di dalam kolam renang.

"Masih sempat menghayal ya, Sya. Dari tadi Tante cerita. Rupanya cerita sama wajan doang." Aku ketawa mendengar keluhan Tante Fatma.

"Tante cerita apa?" Tanya aku lagi. Penasaran juga.

"Lupakan. Gak penting juga kok. Tolong ambilkan piring di dalam lemari." Titah Tante Fatma.

"Okey, bos!" Aku mengangkat tangan gaya hormat. Tante Fatma hanya geleng kepala melihat kelakuanku yang tak jauh beda dengan cucunya.

Aku mengambil empat piring, satu mangkuk dan lima cawan untuk dihidangkan di meja ruang makan. Tidak lupa dengan sendok dan garpu.

"Sya, ekstra untuk satu orang ya?" Aku dengar suara Tante Fatma berkata.

"Ekstra? Siapa yang mau datang, Tan?" Aku yang memang tidak bisa hidup dalam tanda tanya segera mencari tau. Memang aku orangnya 'busy body'.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang