BAB 8

1K 45 2
                                    

Lagi suka dengarin lagu ini. Gak ada sangkut paut sama ceritanya kok. Cuman suka aja gitu.

Bdw, Happy reading 😋
Jangan lupa klik bintang dong ya 😆






"Sebenarnya Hafiy bukan anak kandung Izz. Hafiy itu cucu dari anak sulung Tante. Namanya Izzul. Zul dan istrinya meninggal saat Hafiy masih umur setahun. Mereka meninggal gara-gara kecelakaan. Saat itu Izz masih menempuh pendidikannya di Cambridge. Tapi memdengar abangnya meninggal karena kecelakaan dia langsung pulang ke Indonesia. Melanjutkan pendidikannya di sini beralasan karena dia mau menjaga Hafiy. Lagipula abangnya sudah menitip pesan untuk merawat Hafiy. Semenjak saat itu Izz menganggap Hafiy seperti anaknya sendiri. Izz gak mau kalau Hafiy merasa kurang kasih sayang. Sayangnya sampe sekarang dia belum nikah. Sudah berbusa mulut Tante nyuruh dia nikah. Dia bilang mau nikah kalau sudah bertemu dengan perempuan yang mau menerima Hafiy sebagai anaknya." Panjang lebar Tante bercerita tentang sejarah Hafiy dan Izz. Ooo jadi begitu ceritanya. Besar juga jiwanya Izz ya.

"Hafiy tau kalau dia bukan anaknya Izz, Tan?" Tanyaku lagi.

"Tau, Izz yang kasih tau. Sebenarnya Tante gak seberapa setuju. Tante fikir Hafiy masih terlalu kecil untuk mengerti tentang kehidupannya. Tante mau tunggu sampe dia besar sedikit biar dia paham dan gak berontak. Tapi Izz bilang Hafiy harus tau siapa otang tuanya sejak kecil. Boar dia tau kalau dia punya orang tua yang sayang banget sama dia sebelum mereka meninggal. Pernah sekali Tante dengar Hafiy tanya ke Izz, kalau Hafiy sering sholat dan berdo'a untuk ayah dan mommy mereka bisa masuk surga kan? Tante sampe nangis dengar anak sekecil Hafiy sudah memikirkan cara orang tuanya masuk surga." Cerita Tante sambil menahan tangisnya. Aku yang mendengar saja sudah hampir mau menangis. Sekarang aku bersyukur banget masih punya orang tua yang masih lengkap. Huhu

"Nenek!" Jeritan gembira Hafiy memanggil Tante Fatma mematikan obrolan kami. Hafiy muncul dengan senyuman manis dan wajah gembira. Benar kata Tante, Hafiy kelihatan bahagia banget.

"Kenapa sayang?"  Tanya Tante Fatma.

"Daddy bilang, daddy mau ajak Hafiy jalan-jalan besok. Horeee... bisa beli mainam baru, terus bisa makan pizza," cerita Hafiy lagi.

"Ibu..."

Izz muncul lengkap dengan pakaian kerja minus jas dan dasi. Mata kami sempat bertemu seketika sebelum kami berbalas senyuman. Awkward banget. Haish... kenapa bisa canggung begini sih. Gak ada  chemistry langsung. Mungkin karena dia tipe orang pendiam.

"Daddy... besok kita jalan-jalan kan?" Bulat mata Hafiy memandang daddynya.

Izz senyum sambil mengulurkan tangan untuk mengacak rambut Hafiy.

"Iya sayang. Kan daddy sudah bilang tadi," jawab Izz lembut.

"Hore... besok jalan-jalan. Kakak... besok Hafiy mau jalan-jalan," Hafiy memberitahu aku seakan aku baru masuk dapur.

Aku hanya tersenyum. Beginilah perangai anak-anak. Bahagia banget kalau dia ajak jalan. Kayak orang gak pernah liat dunia.

Aku menyambung kerja yang sempat tertunda gara-gara Hafiy.

"Kakak boleh ikut kan daddy?" Tanya Hafiy lagi.

Untung garam yang ditangan gak jatuh dalam sup. Alamat bakalan minum air laut. Gara-gara terkejut mendengar pertanyaan Hafiy. Kenapa juga mesti kredit nama aku?

"Boleh kan, daddy?"

Izz memandang aku. Aku hanya tersenyum.

"Entah... coba Hafiy tanya kakak dulu. Dia mau ikut atau gak? Kalau daddy gak masalah." Jawab Izz tenang.

My Sweet HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang