Lai Guanlin dan Park Jihoon, dua orang yang mempunyai satu kesamaan aneh yaitu tidak mempunyai ketertarikan memiliki pasangan.
Memiliki kekasih atau menikah adalah hal terakhir yang terlintas dalam pikiran mereka. Benar-benar dua orang yang hanya me...
Guanlin, pria dengan longcoat berwarna coklat itu menghisap batang rokok yang berada sela jari tangannya, mengotori paru-parunya dengan nikotin yang terkandung dalam benda itu.
Kepulan asap dari mulutnya mulai mengudara, menyatu dengan langit kemerahan pada sore hari ini.
Pria 34 tahun itu lantas memejamkan matanya, memilih untuk melewatkan keindahan alam ciptaan tuhan dan bergelut dengan pikirannya sendiri. Menjentikkan rokoknya dalam satu gerakan, putung rokok berterbangan terbawa angin senja, terjun bebas menyusuri kota Seoul.
'Dia adalah kesalahan.'
'Aku tidak mau menerima dia.'
'Dia tidak sempurna.'
'Buang dia.'
'lenyapkan dia.'
'dia bencana.'
Guanlin menghela nafasnya berat, seolah berusaha mengeluarkan kalimat-kalimat yang berkelebatan di pikirannya lewat hembusan nafas.
Guanlin menundukkan kepala dan membuka mata, menatap kosong kendaraan yang melaju di sepanjang jalan raya, terlihat seperti semut yang berjalan lambat dari balkon apartement nya ini.
Guanlin segera memfokuskan pandangannya ketika samar-samar mendengar suara yang berasal dari arah belakangnya.
Ia membawa dirinya masuk, melangkahkan kakinya mendekat ke arah ranjang king size dengan bantal dan sprei berwarna dark grey miliknya.
Tepatnya mendekat kearah seorang bocah yang terbungkus onesiegucci berwarna putih itu. Ia memperhatikan bocah sedang meregangkan tubuh dengan mata terpejam itu sebentar sebelum berujar. "Wake up." Ujarnya dengan intonasi rendah.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Anak itu lantas membuka matanya ketika merasakan tubuhnya terangkat. Mengalungkan tangannya pada leher ayahnya.
"Where we go, daddy?" Tanya si anak ketika merasa Guanlin membawanya pergi.
Guanlin tak menjawabnya. Memilih untuk membuka lemari hitam di sudut ruangan. Mengambil sebuah sweater kecil berwarna soft blue dan juga celana jeans kecil.
"Enggak, aku nggak mau ganti." Tolak sang anak ketika Guanlin mencoba melepas onesie putih itu setelah mendudukkan sang anak di sofa dekat lemari.
"okay." jawab Guanlin tak ambil pusing.
Guanlin mengembalikan pakaian yang tadi diambilnya ke dalam lemari. Ia kembali membawa anaknya dalam gendongan dan berlalu menuju kantornya.
Ya, Guanlin memang selalu mengajak anaknya ke kantor. Bahkan saat meeting pun ia membawa anaknya. Menggendongnya di depan dengan baby carrier sembari menjelaskan tentang perusahaan pada pegawai maupun klien nya.