Chapter 03

2.5K 338 847
                                    

-----
(EX-)HUSBAND • PANWINK
--------
[ chapter 03 ]
--

.

.

.


Dari 2 jam yang lalu. Jihoon sama sekali tak beranjak dari ambang pintu. Dengan raut muka kesalnya ia memandangi si bocah berambut emas yang sedang mengedipkan matanya beberapa kali. Mata indah sebiru samudra itu, terlihat menyala-nyala terkena sinar matahari yang berhasil masuk dari balkon kamar nya. Mata yang bahkan lebih biru daripada milik Guanlin.

Jihoon menebak hari ini pasti akan sangat membosankan. Mantan suaminya itu ternyata memanfaatkannya untuk menjaga bocah ini. Dia jadi ragu tentang Guanlin yang akan menjadikan dia sebagai model Laion King. Jangan-jangan itu hanya kebohongan semata.

"sampai kapan dia diam aja kayak gitu? Apa sehari-harinya juga kayak gini? Nggak bosen apa?" monolog Jihoon dengan dirinya sendiri sembari beranjak mendekati si anak.

"Daddy?" panggilnya sembari memiringkan kepalanya. Berusaha mempertajam pendengarannya.

Tercipta senyum jahil di bibir Jihoon. Berniat menakuti bocah tampan yang terduduk di ranjangnya itu. Jihoon menjatuhkan sebuah hiasan keramik ke lantai. Bocah itu masih tak bergerak di tempatnya. Tak ada raut takut sedikitpun di wajahnya.

Jihoon sengaja tak mengeluarkan suara apapun agar bocah itu mengira dia adalah orang jahat. Ia membuka laci-laci di meja kecil dengan keras. Masih berusaha dengan aksi tidak dewasanya itu.

Dirasa cukup. Jihoon mendekati si anak dengan langkah pelan. Dia mengulurkan tangan untuk menggendong Xevin. Awalnya Xevin hanya terdiam kaku dalam gendongannya membuat senyum kemenangan tercipta di bibir Jihoon.

Tapi itu tak bertahan lama, karena selanjutnya bocah tampan itu memandang kearahnya. Benar-benar tepat pada manik mata coklatnya seolah memang si bocah ini bisa melihat.

Xevin lantas menunjukkan tawa kecilnya sebelum kepalannya terjatuh ke dada Jihoon dan tangan- mungilnya merengkuh punggung Jihoon meski tak sampai tentu saja.

Jihoon mengernyit heran. "Kok nggak takut?"

Pertanyaan Jihoon di abaikan oleh Xevin. Bocah itu asik menempelkan kepalanya pada dada hangat Jihoon. Kaki-kaki mungilnya ia ayunkan seolah memang merasa nyaman.

Jihoon memutar bola matanya malas. Mulai melangkah untuk keluar dari kamar ini. Tapi langkahnya terhenti tepat sebelum tangannya menyentuh knop pintu. Ia menoleh menatap hiasan keramik yang pecah berantakan.

Mengingat bahwa mantan suaminya itu tidak memperkerjakan pembantu di rumah ini, Jihoon menghela nafasnya sebelum beranjak kembali menghampiri serpihan hiasan keramik itu.

Dengan Xevin dalam gendongannya ia susah payah memunguti serpihan itu dengan hati-hati. Tangan kirinya digunakan menopang tubuh Xevin agar tak jatuh sementara tangan kanannya digunakan untuk memunguti serpihan itu.

"terus sekarang mau ngapain coba?" monolognya yang bingung harus melakukan apa di rumah sebesar ini dan dengan bocah tampan ini. Apa yang biasanya dilakukan Daehwi dengan bocah ini? Pasti sangat terbatas dan membosankan.

"Kamu mau apa?" tanya Jihoon dengan nada yang sedikit agak gengsi menanyai bocah ini.

Xevin tidak menjawab. Tangan mungilnya menggaruk telinga kecilnya membuat Jihoon merasa diabaikan. "heh bocah ditanya juga?"

Tetap tak ada respon dari si anak dalam gendongannya. Membuat Jihoon geram sendiri.

"Eks-se-vien." pekik Jihoon agak keras dengan memanggil nama Xevin. Panggilan itu terasa berbeda dari semua orang yang memanggil Xevin. Nadanya sedikit berlebihan memang tapi terdengar memang begitu pengucapannya yang paling benar.

(EX-)HUSBAND • PANWINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang