Chapter 07

1.7K 272 274
                                    

---
(EX-)HUSBAND • PANWINK
--------
[ chapter 07 ]
--

.

.

.

Jihoon refleks tersentak dan memeluk tubuh mungil yang berada dalam dekapannya saat baru saja ia bermimpi jatuh dari pesawat yang seingatnya sedang ia tumpangi bersama Guanlin dan Xevin. Mata coklat terangnya yang baru saja tertidur sekitar 2 jam setelah perang tubuh dengan Guanlin langsung terbuka.

Ia mendapati Xevin sedang tertidur dalam dekapannya, sedangkan tubuhnya sendiri sedang berada dalam gendongan Guanlin. Jihoon tidak tahu acara gendong-gendongan macam apa ini. Tapi yang jihoon ketahui mereka masih berada dalam landasan pacu.

Sepi.

Menenangkan.

Di landasan pacu ini tidak terdapat banyak orang. Hanya beberapa orang berlalu lalang dan petugas bandar udara yang sedang mengendarai kereta barang berlalu. Jihoon menatap Guanlin, meski dari posisinya sekarang ia hanya bisa melihat bagian bawah wajah mantan suaminya, Guanlin masih saja tampan. Seperti biasanya. Wajah tampan dan tegasnya tak termakan usia. Masih saja sama tampannya seperti 4 tahun yang lalu.

Benar- benar hening. Jihoon tidak tahu kenapa bisa sesepi ini. L.A International Airport tidak mungkin sepi. Mungkin hanya di bagian ini saja yang sepi. Entah Guanlin menyewanya atau apa tapi sungguh ini terasa seperti Airport pribadi. Hanya samar-samar terdengar suara mesin pesawat yang entah sedang take off atau landing. Yang jelas Jihoon benar-benar merasa tenang.

Memang saat yang paling menyenangkan adalah ketika berada di negara orang lain. Ia akan bebas kemana saja tanpa takut ada orang yang meminta foto atau memfotonya dengan blits kamera yang sangat mengganggu. Lain kali ia akan mengajak Daehwi, Euiwoong, dan Hyungseob untuk berlibur bersama. merasakan kebebasan layaknya orang normal. Tidak ada penggemar, tidak ada penguntit. Hanya mereka berempat.

"Kamu sudah bangun?"

Jihoon kembali diseret pada kesadarannya oleh pertanyaan Guanlin. Matanya yang kembali fokus menatap tepat pada wajah Guanlin yang sedang menelisik setiap inchi dari wajahnya. Jihoon merasa risih.

"Jelek ya?" Tanya Jihoon dengan suara seraknya. Salah satu tangannya meninggalkan tubuh Xevin dan mengusap-usap wajah bantalnya, tangan satunya tetap setia pada tubuh si mungil.

Guanlin kembali meluruskan wajahnya. "Cantik."

Jihoon melihat tangannya yang baru saja menyentuh wajahnya. Teringat bahwa semalam ia tidak sempat membersihkan sisa make up tipisnya karena terlalu lelah. "Semalem kamu yang bersihin make up aku?"

Guanlin tak menjawabnya. Sibuk memerintah Jinyoung untuk membukakan pintu Limousine mewah ber-plat EDWARD LAI ini agar bisa mereka masuki.

"Turun ya?"

Jihoon mengangguk. Guanlin menurunkannya. Menyuruhnya masuk lebih dulu. Jihoon menurut. Memasuki mobil dengan Xevin di gendongannya dan tangan Guanlin yang melindungi kepalanya.

"Gantian. Capek." Ujar Jihoon. Mengangkat Xevin dari pangkuannya dan memberikannya pada Guanlin. Mau bagaimanapun Xevin sudah berumur 4 tahun. 18 Kg bukanlah ringan. Jika kondisinya tidak seperti ini mungkin Xevin akan mulai di biasakan untuk berjalan sendiri.

Melihat masih banyak tersisa ruang kosong di kursi mobil yang didudukinya bersama Guanlin membuat Jihoon tidak kuat lagi menahan lelahnya tubuh setelah 8 jam mengudara. Ia meletakkan kepalanya pada paha Guanlin, berebut tempat dengan kaki Xevin yang terkulai lemah. Bocah itu masih saja memejamkan matanya.

(EX-)HUSBAND • PANWINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang