"Hanya dua pekan. Kau paham?" Suara Taehyun terdengar dari sudut kepalanya. Taeyong menelan ludah. Ada sesuatu di dalam dirinya yang tertahan dan siap untuk meledak. Ia ingin lebih. Namun Taeyong takut, pikiran tentang Taehyun dengan kemarahannya membuat Taeyong selalu merasa seperti seorang pecundang yang tak pernah mendapatkan apapun yang ia inginkan.Di setiap waktu, ia akan selalu menuruti Taehyun. Ketakutan itu bersarang di dalam jiwanya. Mengalir di darahnya seolah menyatu di setiap inchi kulit tubuhnya. Tapi pada waktu lain, ia merutuki dirinya sendiri yang tak pernah mampu melawan Taehyun. Taeyong tak tau sisi mana di dalam dirinya yang bahkan tak berani berpikir untuk tidak mengindahkan keinginan Taehyun.
Setelah berkali-kali gagal, Taeyong berharap ini adalah kesempatannya untuk melakukan apa yang ia inginkan. Keinginan di dalam kepalanya benar-benar menggebu seperti lahar yang siap menyembur.
Pameran akhir tahun.
Acara itu akan dilakukan kurang dari satu bulan lagi dan lukisan Taeyong belum mencapai tingkat kepuasannya.
"A-aku tetap akan pergi ke pameran." Cicitnya. Taeyong hanya dapat menunduk, tak berani menatap cermin yang berdiri di depan tubuhnya. Suara tawa Taehyun memenuhi langit malam, terdengar remeh dan mengoyak harga diri Taeyong. "Lakukan jika kau bisa."
Taeyong mengulum kedua bongkahan bibirnya dengan airmata yang mulai mengintip dari balik mata indahnya.
"Aku benar-benar ingin ke sana, Taehyun." Getaran di suara Taeyong terdengar sangat jelas.
Selama bertahun-tahun, Taeyong tak pernah diberikan kesempatan untuk berada di pameran dan bertegur sapa bersama sesama seniman. Yang ia lakukan selama ini hanyalah pergi ke galeri dan melihat orang-orang biasa yang menikmati karyanya di musim liburan. Taeyong ingin lebih, dan keinginan itu telah hidup bersama di dalam dirinya sejak bertahun-tahun.
"Apa aku terlalu lunak padamu belakangan ini?"
Napas Taeyong tertahan. Ketakutan mendekapnya di seluruh persendian. Dengan ragu Taeyong memberanikan diri melihat dirinya sendiri ke dalam cermin besar di depannya. Menatap mata yang ada di cermin itu dengan dalam dan mendapati Taehyun melihatnya dengan mata tajam.
Taeyong bergidik, selama ini ia hampir tak pernah melakukan hal ini. Tapi Taeyong tau, Taehyun tidak akan melukainya lebih dari yang biasa ia lakukan.
"Kita adalah satu, Taehyun. Aku tau kau juga merasakan hal yang sama seperti yang kau lakukan padaku."
Taehyun menaikkan salah satu sudut bibirnya. Ia hampir lupa kapan terakhir Taeyong berbicara sepanjang itu pada dirinya. Tawa remeh Taehyun kembali terdengar, bahkan lebih besar dari sebelumnya.
"Apa kau benar-benar ingin mati?"
"Maka kau juga akan mati bersamaku."
Taeyong tak tau keberanian dari mana yang mendorongnya. Sedikit penyesalan mulai menguasai Taeyong ketika Taehyun terlihat benar-benar menyeramkan dengan seluruh urat di sekitar dahinya mulai terlihat. Rahang Taehyun mengeras dan mata yang siap mengeluarkan makian.
Taehyun ingat, itu adalah ulang tahunnya yang ke 10 ketika Pamannya membawanya ke seorang Dokter dan mendapat kabar bahwa ia mengalami dissociative identity disorder. Ketika itu Taehyun belum mengerti tentang dirinya yang terkadang tak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri. Berkali-kali merasa asing dengan beberapa orang dan merasa ingatannya terputus selama beberapa waktu. Hal yang sama terjadi pada Taeyong waktu itu.
Hingga akhirnya, mereka saling bertemu untuk pertama kali dari balik cermin kamar mandi rumah mereka. Mendapati orang lain di dalam tubuhnya membuat Taehyun murka. Berbeda dengan Taeyong yang menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
ETHEREAL (JAEYONG)
FanfictionNot as simple as you think. BxB Story. Big thanks to @lovlana for a amazing cover❤