.11

6.3K 349 50
                                    

》》》

KLING! KLING!










Seperti biasa, orang itu datang ke café langganannya---yang merupakan pemiliknya ini sahabatnya. Ia langsung mendudukkan dirinya di meja dekat jendela.

PUK


"Woy.." itu Chan yang menepuk bahu Minho---orang yang duduk dekat dengan jendela.

Lantas Minho menoleh, "Oh, hai Chan" balasnya. "Lo pesen kek biasa kah?" Tanya Chan menawarkan ke Minho dan diangguki olehnya. Sebenarnya Chan sudah kelewat tau tentang pesanan yang biasa Minho pesan.

Lalu Chan memanggil salah satu pelayan yang bekerja di cafénya. Sepeninggalnya pelayan itu, Chan kemudian membuka obrolannya dengan Minho.

"Ho, ntar malem gue mau adain party nih. Lo ngikut ga?"

"Jam berapa emang?"

"Jam sebelas malem. Cuss lah lu ngikut, mayan ntar dapet gebetan lu disana." Chan berusaha membujuk Minho.

"Okelah. Gampang ntar malem gue ke Bar lu." Balas Minho

Saking asiknya mereka mengobrol, hingga tak sadar pesanan Minho datang. Lantas Minho dan Chan mengarahkan pandangannya pada pelayan yang mengantarkan pesanan, "Oh, thanks." Ucap Minho.

Setelah pelayan itu pergi, menyisakan Minho yang masih menatap pelayan tersebut. Chan yang menyadari itu langsung menyenggol lengan Minho.

"Woy!"

Minho langsung tersadar akan atensi yang ia arahkan ke pelayan tersebut lalu menoleh ke arah Chan.

"Itu tadi siapa?" Tanya Minho penasaran.

"Ya pelayan gue lah emang sapa lagi?"

"Dih. Bukan itu maksud gue, namanya siapa itu tadi"

Chan menoyor kepala Minho, kesal dia terhadap sahabatnya ini. Tanya selalu setengah-setengah, "Ck. Tanya tuh yang lengkap bajeng!"

"Bacot amat si lo? Siapa namanya kasih tau buruan!" Cerca Minho.

"Kalem bro..."

"Namanya Felix. Lee Felix. Kenapa emang?" Lanjut Chan. Dirinya juga penasaran kenapa Minho ngebet ingin tau nama pelayan itu.

"Nope. Cuman penasaran aja." Minho masih betah memperhatikan Felix yang sedang melayani pelanggan.

Memperhatikan bagaimana dirinya yang menanyakan pesanan, senyumnya, bahkan----lekuk tubuhnya yang bisa dibilang ramping untuk ukuran pria. Kesan sexy begitu terlihat dengan pakaian yang bisa dibilang sedikit ketat itu. Memperlihatkan bagaimana tubuh yang semampai berjalan ke arah pelanggan sambil mengantar pesanan.

Atau, bagaimana jika tubuh itu terkungkung dibawahnya dengan pandangan mata yang sayu seperti meminta lebih tak lupa bibir yang merah menggoda jika sehabis dihisap. Dan jangan lupakan keringat yang membasahi wajahnya dan menyala akibat sinar lampu temaram.

Sialan, Minho langsung menggelengkan kepalanya. Mengenyahkan pikiran kotornya tentang si pelayan berwajah manis itu.

Sementara disisi lain. Felix yang merasa diperhatikan oleh pelanggan yang sayup-sayup ia dengar bernama Minho itu, berusaha acuh dan memilih melanjutkan pekerjaannya.

"Chan, gue balik dulu. Ntar gue dateng kok ke Bar lo, sans." Ucap Minho begitu sudah menghabiskan minuman nya dan lekas berdiri.

"Oke."

NECK OIL ▪HAREM FELIX▪Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang