kencan yang tidak buruk

146 30 0
                                    

"Ternyata senior kalau sedang marah formalnya keluar ya?"

"Aku? Marah? Tidak. Saat bicara dengan Jonghyun, juga belum marah tapi mau." Minhyun berbicara lagi saat tangannya masuk ke dalam paperbag dan mengambil cheeseburger yang sebenarnya milik Hyunbin sampai yang punya menghentikkan mobil di pinggir jalan.

"Hyung itu punyaku," rengek Hyunbin dengan suara beratnya. "Aku tetap membelikanmu kok tapi bukan yang satu itu."

"Maksudmu float dan french fries? Orang jenis apa yang mencampur keduanya?" Minhyun mengangkat sebelah alisnya. "Kalau punya pacar, kamu benar-benar membelikannya itu saja? Tega sekali."

"Ambil makananku boleh deh karena hyung bahas soal pacar lagi tapi jangan menghina kombinasi enak sedunia dong."

"Belum marah tapi mau," ulang Hyunbin dengan tangan kanannya merogoh isi paperbag, mencegah Minhyun yang sepertinya mau protes. Dia memesan cheeseburger dan berniat untuk memakannya. "Senior tidak perlu menjelaskan kapan marah juga. Aku kan tidak menanyakannya tapi terima kasih aku jadi tau dan tidak perlu ketakutan harus menggunakan jondaemal lagi."

"Aku pikir aku sedang membantumu, hyung. Jonghyun sunbae harus mengejar terus Ren sunbae itu keputusan yang benar, aku setuju, tapi hyung tadi kesulitan untuk mencari alasan kabur kan? Makanya aku ada disini," Hyunbin mengerlingkan matanya dan Minhyun berharap dia bisa muntah tanpa membuka kaca mobil dulu. "Aku benar kan?"

"Kamu benar untuk masalah Jonghyun tapi aku tidak sedang mempermasalahkan itu," Dahinya menyeringat, benar-benar menatap float dan french fries seakan keduanya adalah virus. "Aku tidak paham bagaimana dari maksudmu tentang kombinasi enak sedunia."

Hyunbin mengulurkan tangan panjangnya untuk mengembalikkan cheeseburger itu dan keluar membawa sepotong fries. "Kalau begitu, ini buatku saja," Dia secara sengaja mencolek es krim bagian atas di float menggunakkan kentang gorengnya lalu memasukkan makanan tersebut ke dalam mulutnya. "Ah! Rasanya seperti meleleh di mulut. Benar-benar tidak salah pilih."

Selera makan lelaki pucat di sebelahnya langsung menghilang begitu melihatnya secara langsung. Siapa?? sih??? yang?? makan?? dengan?? cara?? begitu??

Cukup lama Minhyun mencari kata-kata yang sekiranya cocok untuk kondisi saat ini dan gaul digunakkan anak seumurannya (dia tidak kuno, oke) sampai lampu merah yang sedaritadi menahan laju mobil berubah warna.

"Penistaan terhadap makanan. Kamu tau istilah itu kan?" tanyanya berusaha memastikan tidak salah sebut atau terlihat ragu-ragu. Es krim dan kentang goreng bukan sesuatu yang lazim tapi sepertinya dia pernah mendengarnya sekilas sampai tak sempat mengejek -sedalam- tadi.

Tak disangka-sangka, Hyunbin yang sudah menghabiskan potongan kelima kentang goreng menyemburkan tawa. Kalau bukan karena harus berbelok, dia bisa sampai memukul stir mobil. "Pfft! Lama berpikir hanya untuk mengeluarkan kata itu, hyung? Aku sangsi, pasti hyung jarang tiba-tiba ke restoran karena ingin atau ada menu baru seperti ini. No hard feeling tapi ini nih, pasti karena sibuk."

Sialan. Minhyun mengedikkan bahunya pura-pura terlihat cuek meskipun rasanya harga dirinya baru saja diinjak-injak daripada sebelumnya. Tapi benar juga, sejak kapan meksidi punya menu minuman seperti ini ya?

"Kamu harus tau apa itu menabung dan tidak suka berlama-lama di cafe. Sibuk kalau tidak bisa mengatur jadwal yang bilang saja, bukan berkelit kalau sibuk," sindirnya halus mengingat puluhan surat diterimanya dari berbagai macam perusahaan majalah atau pemotretaan yang mengatas namakan Kwon Hyunbin tetapi laki-laki itu pura-pura tidak mendengar dan mulai menyedot minuman float. Setidaknya dia sibuk tapi masih gaul, begitu pikirnya.

Yah, tidak seru. Hyunbin aslinya ingin memancing amarah Minhyun lagi agar suasana canggung terpecahkan tetapi Minhyun sepertinya sudah lelah atau tau niat terselubungnya. Niatnya untuk berkencan asik pupus sudah karena selain baru memiliki SIM, Hyunbin belum sepandai itu berbicara sambil mengemudi. Yang dia tau, dia harus memulangkan Minhyun sebelum kelas tambahan ujian dimulai.

Minhyun sendiri cukup merasa nyaman dengan keheningan yang tidak mencekik baginya. Dia lebih suka tenang dan memperhatikan jalan, kalau dipikir-pikir lumayan untuk refreshing dan memperluas jarak pandangannya yang tidak bisa dilakukan kalau berjalan kaki. Tapi tetap saja, dia tidak senang 'diculik' seperti ini. Tidak tetaplah tidak.

Setelah beberapa detik terdiam, ide bodoh tiba-tiba menghinggapi kepala Hyunbin. Takut-takut tidak diterima, dia mengetest dengan mengatakan, "Kalau sama orang lain pasti senior tidak diizinkan makan aneh-aneh ya...baiklah, ayo menghitung berapa lama lampu merah berubah jadi hijau dengan berteriak. Siapa yang telat teriak tepat berubah, dia yang akan makan setiap jajanan kaki lima di lampu merah!"

Biasanya jika Jonghyun bisa mendapat izin untuk mengeluarkan vespa kecilnya, Minhyun memang akan terdiam berdiam seperti ini karena sedang membaca, entah novel, berita, atau buku pelajaran tapi karena niat kaburnya tadi banyak buku yang sengaja dia tinggal di kelas karena dia pikir bisa kembali dalam waktu cepat jadi daripada bosan, Minhyun rasa dia tidak akan membuang waktunya untuk meladeni Hyunbin barang sekali saja dengan memberi anggukkan sebagai jawaban.

Lagipula dia agak percaya diri karena jalanan di depan merah kosong dan lurus terus tetapi banyak lampu merah. Tinggal menghitung lampu merah selanjutnya maka semuanya akan sama kan?

"Oke! Mulai!" Hyunbin menginjak rem saat lampu merah di depan dan memperkuat pegangannya pada stir. Minhyun yang merasakan perubahan atmosfir mulai terpancing sekaligus panik.

"HIJAU!" Hyunbin berteriak terlebih dahulu bahkan sebelum Minhyun membuka bibir kecilnya dan tepat, teriakkannya benar. Tanpa rasa takut, dia menginjak gas dan berhenti di pinggir jalan tepat di depan pedagang makanan dengan penuh semangat. Minhyun meregangkan tubuhnya ketika Hyunbin keluar untuk membeli sesuatu. Meskipun Jonghyun dan ibunya protektif, tidak mungkin mereka melarangnya jajan atau dia mudah sakit karena jajanan, dia saja yang kurang suka camilan dan jajan di luar. Makan banyak juga bukan salah satu masalahnya.

Tetapi saat Hyunbin kembali dengan mangkok kertas tebal yang di atasnya terdapat es serut berwarna-warni, mulutnya tidak bisa untuk tidak berkomentar. "Apa-apaan ini? Pewarna makanan? Kau berniat meracuniku?"

"Nah kan," tuding Hyunbin tak terima setelah masuk dan menutup pintu lagi. "Mulai lagi. Senior, ini sirup astaga dan kamu tidak akan langsung kena batuk karenanya, kecuali makan dalam jumlah banyak," jelasnya tepat sasaran karena Minhyun mulai merasa gatal di tenggorokkannya.

"Aku agak ragu senior bisa menghabiskannya dalam satu waktu jadi ronde kali ini pelan-pelan ya. Coba kalahkan aku-eh tapi kamu masih berminat ikutan kan?"

Entah kenapa begitu mendengarnya, Minhyun jadi merasa tertantang seperti seorang anak remaja yang baru sekali ini melakukan kenakalan. Bukan tanpa alasan dia bisa memiliki jabatan di organisasi kalau bukan karena ke-serba-bisaannya dalam bidang apapun, dia yakin permainan remeh seperti ini mampu dia lewati  karena dia tidak mau juga harus makan makanan yang aneh. Dia yakin pasti akan menang.

[C]

lebih sedikit dari kemarin karena pemanasan dulu dan memantapkan diri untuk melanjutkan work ini karena ide buntu di work sebelah.

BTW CONGRAST ATAS DEBUTNYA DEDEK HYUNBINNNNN!

(!!) maafkan atas keanehan jalan cerita, sumpah gak bohong aku ngetiknya dalam keadaan mengantuk:")

Surabaya, 19/11/19 18.54

truth -minhyunbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang