Ch.15

99 5 0
                                    


Jennie menopang dagunya menggunakan tangan. Mengedarkan pandangannya ke sekeliling bar dengan wajah malas. Sedikit mendengus saat asap rokok menerpa wajahnya. "Berhenti merokok di dekat ku Jeon!"

"Hmm."

"Kau mabuk." Kata Jennie jengah, menarik 2 botol wine yang sudah kosong. Walau mereka baru menjadi saudara selama kurang dari 1 tahun tapi Jennie tahu segalanya tentang Jungkook. Bagaimana tingkah nya saat senang ataupun sedih. Alasannya selalu mencari masalah diluar sana.

Ayah Jungkook atau sekarang bisa dibilang ayah tiri Jennie selalu sibuk mengurus bisnis tanpa memperdulikan Jungkook. Ibu Jennie pun tak jauh berbeda. Bahkan lebih buruknya wanita itu tidak pernah menemui Jennie ataupun Jungkook. Tidak pernah memainkan perannya sebagai seorang Ibu. Mereka berdua sama² kesepian. Butuh kesenangan untuk menutupi rasa sepi itu.

"- kau ada masalah ?" Sudut bibir Jungkook sedikit terangkat. Menarik tangan Jennie dan mendudukannya dipangkuan Jungkook. Menghirup aroma mawar dari leher Jennie dengan mata sayu. "Aku lelah.."

Jennie tidak menimpali, jemarinya mengusap sudah adiknya yang mulai panjang. Mengecup sudut keningnya dengan lembut. "Walau kita bukan saudara kandung, tapi aku sudah menganggap mu adikku sendiri. Aku tidak suka melihatmu seperti ini." bisiknya lirih, terus mengusap kepala Jungkook dengan gerakan lambat. Membiarkan sang adik semakin menelusupkan wajahnya dileher Jennie.

Sedikit tersentak saat merasa lehernya basah oleh sesuatu. Lalu sadar saat melihat tubuh Jungkook bergetar. kedua tangannya melingkar di bahu Jungkook. Memeluknya dengan erat seolah ingin menunjukkan bahwa dia bisa melindungi sang adik. "Menangislah, ada aku sebagai sandaranmu."

"N-noona.." Suaranya bergetar, nyaris berbisik. Air mata sudah jatuh membasahi pipinya yang entah kapan mulai tirus. "Aku tidak kuat, Taehyung- dia tidak akan kembali padaku."

"Jung-"

"Aku sudah menyakitinya dulu, membuatnya marah besar. Sulit untuk memperbaiki kesalahanku Noona." Jennie menipiskan bibirnya, mengusap air mata Jungkook yang kembali jatuh. Mengecup kedua mata nya dengan lembut. Membisikkan kata penenang terus menerus. "Semua akan baik-baik saja, dia akan kembali padamu sayang."

"A-aku mencintainya n-noona, terlalu mencintainya hiks hingga membuatku gila hiks. Ah aku takut noona, takut dia akan pergi lagi hiks..." Isak tangisnya pecah, memeluk tubuh kecil Jennie erat seolah meminta perlindungan. Dia butuh penopang untuk membuatnya bertahan. Jungkook butuh seseorang yang mampu membantunya berdiri dengan teguh. "T-taehyung, d-dia membenciku Noona."

"Jungkook.."

"h-hatiku sakit selama ini, melihatnya bersama orang lain tanpa memperdulikan perasaanku. hiks aku sakit noona, aku terluka. Rasanya hiks sangat sesak..."

"Jungkook, aku berjanji akan memberikan Taehyung padamu. Bertahanlah sayang, tunggu sebentar lagi. Aku akan membawanya untukmu, membuatnya bersujud memohon maaf padamu. Jangan menyerah, bertahanlah untukku."



.
.

Suasana bandara selalu ramai, entah itu dari dalam ataupun luar yang berdatangan. Saling berjalan menyerat koper dengan wajah letih. Mengabaikan sekeliling mereka dan hanya fokus pada tujuan masing-masing. Sama seperti pria bersurai hitam itu, matanya tak pernah lepas dari benda berbentuk persegi tipis yang ada ditangannya.

"Dia tidak menjawab pesanku.." Mata hitam itu menyorot layar ponsel dengan lesu, menghela nafasnya panjang saat menyadari tak akan ada balasan walaupun dia menunggu beberapa menit. "Apa dia sedang sibuk ?"

"Tuan, mobilnya sudah siap. Biar saya bawakan koper anda."

"Tidak perlu, kau pasti lelah bekerja seharian. Biar aku saja yang bawa."

"Tapi tuan-"

"Kajja tuan Lee, aku tidak sabar ingin menemui kelinci manis itu. Dia pasti senang melihatku pulang."

• KRING •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KRING

"Selamat datang di cafe kami tuan, semoga harimu menyenangkan."

"Apa Kim Seokjin ada ?"

"Eh ?" pelayan wanita itu mengangkat alisnya bingung, menggulirkan matanya menatap dapur lalu meringis dengan pelan.

"Pemilik ada di dapur tuan."

"Bisa minta dia temui aku, Katakan kalau- Kim Namjoon yang mencarinya."

"B-baik tuan." Pelayan itu segera berlari ke arah dapur, sedikit cemas dengan kedatangan pria asing yang ia taksir berasal dari keluarga terpandang. heol, hanya dengan melihat pakai nya saja dia bisa menebak kalau harganya akan melebihi gajinya selama 1 tahun.

BRAKK

"TUAN!"

"JANGAN BERTERIAK HANI!" Seokjin berdecak jengkel, membersihkan tumpahan kopinya yang tidak sengaja tersenggol karena terkejut.

"T-tuan ada pria bernama Kim Namjoon yang mencarimu."

"Hah ?"

.
.



Next :

( Ch. 16 )

"Tidak ingin memelukku Jungkook-ie ?"

"- hyung, kau pulang..."

____

BUGH

"JANGAN BERANI MENYENTUHNYA SIALAN!"

"KAU SUDAH MEMBUANGNYA KIM!"

____

( Ch. 17 )

"Jisoo-eonni, haruskah aku mengatakan padamu kalau sebenarnya Taehyung selalu bermain dibelakangmu-"

"Apa maksudmu Jennie-ah ?"

" Dengarkan dulu eonni, haruskah aku juga bilang kalau kau selama ini kau sudah menjadi orang ke-3 diantara Taehyung dan kekasihnya ?"

_____

"Jimin-ah, apa kau sudah tidak menyukaiku ?"

"Apa maksudmu hyung ?"

"Kau menjauh, bisakah kita mulai semuanya dari awal."

"- beri aku waktu hyung."

Incident [ Taekook ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang