Shalma berjalan menelusuri komplek perumahnya sendirian sambil sesekali bersenandung kecil. Matahari tidak begitu menyengat kulit karena waktud sudah menunjukan pukul empat sore.
Niatnya tadi ingin membeli bakso yang ada di dekat taman. Namun karena hari ini mamang baksonya tidak jualan jadi Shalma berniat untuk jalan-jalan sore sambil melihat anak-anak komplek yang sedang asik bermain sepatu roda. Ada juga yang bermain perosotan di temani orang tuanya. Ada juga anak kecil yang sedang belajar naik sepeda, ada juga anak kecil yang sedang bermain dengan kucingnya.
Taman ini di buat khusus untuk anak-anak kecil jadi hanya berisi anak kecil saja. Semula taman ini tidak ada. Namun karena taman komplek yang dulu sering di pakai remaja untuk berpacaran sehingga warga komplek berinisiatif untuk membangun taman khusus untuk anak-anak.
Shalma memekik kaget ketika ada anak kecil yang berlari-larian lalu terjatuh. Segeralah Shalma berlari ke arah anak kecil itu lalu menolongnya dengan mendudukanya di kursi panjang didekat mereka.
Kejadian ini mengingatkan Shalma tempo hari lalu saat ia terjatuh gara-gara Kenan yang membuat lututnya terluka.
Kasian anak kecil ini. Pasti perih.
"Kamu nggak papa?"
Ajaibnya, anak ini tak menangis namun Shalma yakin jika lututnya sakit.
Anak kecil berumur sekitar empat tahunan itu menjawab dengan lucunya. "Enggak kok, nggak sakit"
"Tapi, waktu itu ak--kakak pernah jatuh terus lututnya berdarah kaya gini dan itu sakit" tutur Shalma.
"Aku kan laki-laki, jadi harus kuat" ucap anak kecil itu sambil mengangkat tanganya menunjukan tangan mungilnya.
Shalma terkekeh kecil melihat tingkah bocah lucu ini.
"Oh ya, nama kamu siapa?"
"Nama aku Bima, dan kakak boleh manggil aku Bibim"
Shalma mengerutkan keningnya. "Kenapa emangnya?"
"Karena kata bunda, itu panggilan sayang bunda sama ayah buat aku" tutur bocah kecil itu.
Shalma mengangguki ucapan Bima.
"Oh ya, bunda kamu mana?"
"Tadi bunda pergi beliin aku minum"
"Kenapa kamu malah lari-larian. Nanti bunda Bibim nyariin lho"
"Tadi aku lagi mau nangkep capung kak"
"Bibim! Kamu kemana aja, bunda dari tadi nyariin kamu" ucap wanita berumur sekitar tiga puluhan sambil memeluk Bima.
Lutut Bima yang lecet tadi mengenai tubuh sang ibu membuatnya meringis kesakitan.
"Kamu kenapa sayang?" Tanya bundanya dengan raut wajah khawatir.
"Bibim tadi jatuh bun. Tapi nggak sakit kok"
Wanita itu terkekeh begitu juga Shalma.
"Nggak sakit, tapi tadi mringis kesakitan"
Bima hanya menyengir saja.
"Makasih ya nak. Sudah menolong sama menjaga Bima. Kalo nggak ada kamu, mungkin tadi Bima udah ilang" ucap wanita itu.
Shalma mengangguk sambil tersenyum.
"Kalo begitu, saya permisi dulu bu"
***
Malam yang sunyi kini berganti dengan pagi yang cerah dan juga berisik akibat suara yang ditimbulkan dari kokokan ayam jantan, suara tukang sayur yang berteriak sayur sayur, teriakan tetangga yang membangunkan anaknya untuk berangkat sekolah dan tak terkecuali suara klakson serta knalpot kendaraan yang berlalu-lalang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shalma
De TodoPenyesalan terbesar dalam hidupku adalah salah memilih orang. Dulu dia my euphoria. Namun lambat laun, euphoria berubah menjadi disphoria. Copyright 2019 Dheafebii.