1|Arse

1K 315 207
                                    

Jangan terlalu berlarut dalam asumsi yang kebenarannya bahkan tak dapat dilihat oleh mata


...


Seorang gadis yang tengah menyembunyikan diri di bawah selimutnya merasa terganggu dengan cahaya yang perlahan menembus kelopak matanya, ia mengerjapkan matanya secara perlahan hingga terbuka sepenuhnya. Gadis itu tiba-tiba membulatkan matanya karena terkejut melihat jam dinding yang ada dikamarnya.

'Anjir jam 7' Batin gadis itu.

"MAMAAAAAA!" Teriak gadis tersebut.

Pintu kamar Seira sontak terbuka dan terlihatlah Sintia, Mama Seira menatap anaknya dengan tatapan khawatir. Ya, gadis itu adalah Seira si pemilik senyum yang menawan.

"Kamu kenapa sayang?"

"Mama kok ga bangunin Seira sih?! Kan mama tau hari ini hari pertama Seira masuk sekolah"

Sintia merubah raut wajahnya yang tadi khawatir menjadi datar, ia mencubit kedua pipi Seira karena gemas dengan putri semata wayangnya ini.

"Kamu kan ga bilang ke mama jam berapa, ya mana mama tau"

"Ih ma sakit! Ya tapi kan--"

"Udah mending kamu siap siap, udah telat kan?"

Seira tak lagi menjawab pertanyaan mamanya, ia bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Seira menatap dirinya di cermin, ia memakai seragam hitam putih layaknya murid yang sedang melaksanakan mos di sekolah. Toh, ia memang akan melaksanakan mos kan? Tetapi ia sudah tidak bersemangat lagi karena rasanya ia sial sekali hari ini.

'Ngapain gue dandan cantik-cantik, pasti ntar kena marah jugakan' Kata Seira dalam hati Seraya menatap dirinya di cermin dengat wajah kesal.

---

Sampai di depan sekolahnya SMA Harapan, Seira menghembuskan nafasnya kasar karena melihat gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat.

'Sial' Batinnya.

Seira berpikir keras agar dia bisa masuk ke dalam sekolah barunya. Ia kemudian pergi ke belakang sekolahnya menatap tembok yang menjulang tinggi di hadapannya.

"Masa iya gue manjat?" Gumam Seira yang nyaris seperti bisikan.

Ketika Seira masih sibuk dengan pikirannya, ada seorang lelaki yang mengenakan seragam hitam putih sama seperti dirinya tiba-tiba berjongkok di depan Seira dengan menghadap ke tembok.

"Naik!" Suruh lelaki tersebut.

"Hah?" Ucap Seira kebingungan.

Seira mengerutkan dahinya tak mengerti apa yang diucapkan lelaki itu. Seira hanya menatap punggung laki-laki tersebut yang masih setia berjongkok dihadapannya.

"Naik cepetan!" Ulang lelaki itu masih dengan posisi yang sama.

"Maksud lo apasih? Lagian lo siapa?" Laki-laki itu kemudian berdiri dan membalikkan badannya serta menjulurkan tangannya pada Seira, tetapi Seira hanya menatap tangan itu dengan pikirannya yang entah melayang kemana.

"Gue Ardo, Alardo Raka Geova"

Seira yang baru sadar dari lamunannya langsung membalas uluran tangan laki-laki yang memperkenalkan dirinya sebagai Ardo tadi

"Gue Seira, Seira Relya Melody"

Seira tersenyum, senyumannya yang selalu terlihat menawan membuat siapapun terpaku melihatnya. Termasuk Ardo, ia terpesona melihat senyum Seira. Namun Ardo langsung menggelengkan kepalanya mengingat dirinya sudah terlambat saat ini.

ARSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang