5|Arse

498 218 132
                                    

Jangan menahan seseorang jika ia ingin pergi, karena ia tak akan pergi jika menginginkanmu

...

"Gue emang ikhlas, tapi gue mau minta sesuatu dari lo"

"Apa?"

"Senyum lo buat gue"

"Kesambet setan apa lo?" Sentak Seira memecah suasana yang sebelumnya terlihat serius.

"Gue serius kampret" Kesal Ardo.

"Ntar lo naksir lagi sama gue" Ledek Seira.

"Halu lo ketinggian, udah sana turun" Suruh Ardo sambil menyentil dahi Seira menggunakan tangannya.

"Sakit bego, iya ini gue turun ga usah ngusir" Omel Seira sembari mengusap dahinya yang menjadi korban tangan Ardo.

"Kan mobil gue, ya suka-suka gue lah" Ujar Ardo yang terlihat seperti sengaja menyombongkan diri.

Kalau saja bukan karena Ardo sudah mau mengantarkan Seira, mungkin Seira sudah mencakar wajah manusia di depannya ini. Bagaimana tidak? Keangkuhan seorang Alardo membuat Seira ingin membunuhnya saat itu juga.

Seira keluar dari mobil Ardo tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi. Sebenarnya bisa saja Seira mencaci maki Ardo, tapi ia merasa malas untuk meladeni Ardo saat ini.

Ardo menatap punggung Seira yang perlahan menjauh darinya, tanpa sadar ia sudah menunjukkan sedikit demi sedikit ketertarikannya pada Seira. Namun tetap saja Ardo tidak mau mengakuinya, karena ia menganggap rasa itu hanya sementara yang nanti akan hilang dengan sendirinya.

Setelah sosok Seira sudah tak dapat terlihat juga sudah tertelan di kerumunan orang, Ardo menjalankan mobilnya dan tentu saja menuju rumahnya.

Rumah Ardo terbilang sangat besar, ayahnya seorang pengusaha properti dan ibunya pemilik sebuah butik ternama di jakarta. Kedua orang tuanya juga sangat menyayangi Ardo, tentu saja Ardo juga menyayangi kedua orang tuanya lebih dari apa pun.

Saat sampai di rumahnya, Ardo langsung memarkirkan mobilnya di dalam garasi. Lalu Ardo mencium aroma yang sangat enak ketika memasuki rumahnya, ia pun mengikuti sumber aroma tersebut. Ternyata aroma itu berasal dari masakan mamanya, Mama Ardo tampak memasak dengan bersenandung menandakan moodnya sangat baik hari ini.

"Assalamualaikum mama cantik, Ardo pulang" Mendengar suara anaknya, sontak Mama Ardo menoleh ke sumber suara tersebut.

"Eh anak mama yang ganteng udah pulang, kamu istirahat ya, nanti kalau udah waktunya makan malam mama panggilin"

"Siap ibu negara" Ucap Ardo dengan posisi tangan yang dibuat seperti posisi hormat saat upacara bendera.

Mama Ardo hanya terkekeh melihat tingkah laku putranya itu, ia sangat bahagia memiliki Ardo di dunia ini. Walaupun Ardo sudah memasuki masa remaja, tetapi mamanya itu masih saja menganggap Ardo sebagai putra kecilnya.

Setelah bertemu mamanya, Ardo pergi ke kamar untuk mengistirahatkan tubuhnya. Bagaimana pun juga tubuhnya pasti lelah, sebab setelah pulang sekolah tadi ia langsung mengikuti ekskul tambahan. Tetapi sebelum istirahat, tentunya ia membersihkan dirinya terlebih dahulu.

Ardo adalah anak semata wayang sama seperti Seira. Walaupun Ardo anak satu-satunya, tetapi ia tak kelewat manja seperti anak tunggal biasanya. Ardo akan melakukan sendiri apa yang menurutnya masih bisa ia lakukan.

Ardo memandang langit-langit kamarnya sembari merebahkan tubuh lelahnya di atas tempat tidur. Di pikirannya terlintas senyuman seorang wanita yang belum lama ini dikenalnya. Tidak biasanya Ardo seperti ini, Ia termasuk tipe orang yang tidak begitu peduli terhadap lawan jenis.

ARSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang