8|Arse

411 72 35
                                    

Semakin tau arti perasaan semakin banyak yang harus direlakan

...

Ardo menatap mobil Seira yang perlahan menjauh, hatinya tak bisa berbohong bahwa ia nyaman berada di dekat Seira. Tetapi akalnya terlalu mendominasi dirinya dan berhasil mengalahkan hatinya.

Hati kebanyakan orang selalu dikalahkan oleh akal pikirannya sendiri, sama seperti Ardo saat ini. Walaupun kita tau keadaan yang seperti ini seringkali tidak berakhir sesuai apa yg diinginkan. Disaat sebuah cerita sudah berakhir, di situlah sebuah kata penyesalan datang dan hadir.

Setelah dirasa mobil Seira tidak terlihat oleh matanya lagi, ia membalikkan tubuhnya dan berjalan memasuki rumah. Saat Ardo ingin membuka pintu utama rumahnya, tiba-tiba pintu terbuka dan terlihat sosok Evelyn yang merupakan Mama Ardo.

"Hayo pulang sama siapa?" Tanya Evelyn.

"Sama temen ma" Jawab Ardo jujur.

"Tumben temennya cewe, Biasanya kamu kan paling males dekat sama cewe"

"Kok mama tau dia cewe?"

"Tadi mama ngintip dari jendela hehehe"

"Untung Ardo sayang mama"

"Kalau itu mah wajib, kamu suka sama cewe tadi?"

"Mama apa-apaan, dia cuma temen Ardo doang"

"Palingan temen jadi demen"

"Mama ngaco ah, Ardo ke kamar dulu ya mau istirahat"

Ardo berjalan melewati mamanya, sementara Evelyn hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putra satu-satunya itu. Saat punggung Ardo menghilang dari penglihatannya, secara tak sadar senyum tipis terukir di bibir Evelyn.

Sebenarnya Evelyn senang melihat Ardo bergaul dengan seorang perempuan karena selama ini yang Evelyn tau, Ardo memang jarang sekali berinteraksi dengan perempuan selain dirinya.

Entah apa yang membuat anak semata wayangnya seperti itu, sifat Ardo yang tidak suka berinteraksi dengan perempuan tersebut memang sudah terlihat sejak ia kecil. Jangankan berteman dengan perempuan, dengan sepupu perempuannya saja ia jarang berinteraksi kecuali ada hal yang penting.

Hal itu lah yang membuat para makhluk sosial berjenis kelamin perempuan penasaran terhadap Ardo, sudah banyak juga perempuan yang mencoba mendekatinya tetapi hasilnya sama saja, sia-sia. Sosok Ardo terlalu tertutup untuk urusan perempuan.

Sebenarnya Ardo sudah menunjukkan sedikit perubah atas sifatnya itu, berawal dari pertemuan pertamanya dengan Seira. Bisa saja dia tidak memperdulikan Seira yang terlambat, tetapi nyatanya ia malah membantu Seira padahal sudah jelas mereka tidak saling mengenal dan terlebih lagi Seira perempuan.

Interaksi Ardo dengan Seira belakangan ini sukses membuat ia dihantui oleh senyuman gadis itu. Padahal saat bersama dirinya Seira jarang menampakkan senyum, tetapi senyum itu sudah membekas di dalam pikirannya.

Selesai mandi dan melaksanakan kewajibannya, Ardo mengistirahatkan tubuhnya diatas kasur dan membuka ponselnya. Ia membuka aplikasi Instagram untuk melihat hasil fotonya tadi. Katakan saja Ardo gila atau semacamnya, ia spontan tersenyum melihat objek utama di dalam foto tersebut.

ARSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang