Untukmu, patah hati terbaikku.

254 21 8
                                    

Tak usah berlama-lama lagi, mari kita mulai tulisan-tulisan dari seseorang yang patah hati ini.

Hai, kuberanikan diri untuk kembali menyapamu kali ini. Karena sebelumnya aku tau, posisiku sekarang tak semenyenangkan saat dulu kau masih mengucap kata sayang.

Kini kau dengan yang baru, merangkai cerita lucu dan menjalani kisah cinta yang baru bersama dia yang kelak kau sanding sebagai masa depanmu.

Kau begitu bahagia memberitahukan dunia, kini kau miliknya. Terlihat dari raut wajahmu ketika kau berada disampingnya.Tanganmu seakan tak ingin lepas darinya. Dan ketika kalian sedang berada di keramaian, kalian tak segan untuk berbagi pelukan.

Melihat kalian berdua, seakan aku tak percaya. Aku masih saja tak terima apa yang telah dihadirkan untukku oleh semesta. Apa boleh buat, hatiku harus ikhlas agar bebas walaupun senyummu masih saja berbekas.

Tak apa, kau bahagia saja. Biar aku yang merasakan luka dibalik bahagia yang kau cipta.

Kau seperti senja dan aku sebagai malam. Banyak orang yang menantikan keindahan yang kau berikan ke tiap orang, sementara aku? Hanya kegelapan yang menunggu cahaya datang untuk terang.

Kau tau? Apa yang membuatmu beda dari yang lainnya? Salah satu senjata yang kau punya adalah senyummu. Ciri khas senyummu yang malu itu, membuatku terkagum dengan indahnya ciptaan Tuhan yang pernah dititipkan sementara padaku.

Ya walaupun sementara, setidaknya aku pernah merasakan senyum yang kau berikan. Betapa bahagianya aku kala itu, seakan aku terbang ke bulan.

     Disini, sendiri, terhampar dengan sepi, dan tak ada lagi rasa peduli dari kau yang kuanggap cinta mati

Philopobia adalah ketakutan seseorang atas penyakit yang dinamakan jatuh cinta. Mungkin sekarang aku tengah merasakan itu.

Merasakan maraknya api cemburu kala dia berada di pelukmu. Aku tak bisa apa-apa, pelukmu dan dia mengurai luka yang bisa saja membuatku gila.

Ketakutan jatuh cinta atas lukamu yang begitu membekas membuatku sulit beraktivitas. Karena luka yang membekas, aku harus cepat-cepat berkemas dan bergegas dari kisah kita yang berujung kandas.

Aku masih ingat ketika kau memintaku untuk tidak pergi meninggalkanmu sendiri.

Tetapi, kenyataannya? HAHA KOSONG SEMUANYA. Kenyataannya malah kau yang mematahkan hatiku tanpa ada satu kata maaf yang terlontar dari bibir manismu itu.

Aku tak tau apa penyebab hatimu meninggalkanku, yang aku tau kau meninggalkanku karena telah mendapatkan seorang pangeran baru untuk menetap di singgasana kecil hatimu itu.

Apa salahku? Begitu mudahnya kau meninggalkanku dan memilih yang baru? Kau anggap apa hatiku? Seperti kayu? Yang bisa kau patahkan sepuas hatimu? Tak perlu lagi berilmu, aku sudah tau sifatmu, yang jelas AKU MEMBENCIMU.

Kau tahu? Lukamu sangat berbekas, menyayat waktu hingga tak lagi bisa lepas. Hatiku ingin bebas, tetapi apa boleh buat? Aku disini masih tertunduk lemas.

Kau pernah menjanjikan bahwa denganku kau akan selalu bahagia, meski ada berjuta-juta jiwa yang hidup di dunia.

Tapi apa? Kau kan yang pergi? Kau kan yang mengoyak hati ini? Dan kau kan yang memilihnya sebagai bahagiamu di ujung waktu nanti?

Kau makan saja janji manismu, tak usah kau perdulikan aku yang menunggumu tanpa kenal waktu.

Aku berdarah diatas gunung yang memuntahkan lava yang memerah. Terbakar dengan sakitnya rasa yang ingin marah, tapi apa daya kita telah berpisah.

Kau menjadi topik utama dalam cerita ini. Cerita yang berisi kepergianmu yang membuatku begitu sulit untuk berpindah hati.

Aku mengalah, tubuhku terasa lelah, karena berpindah hati darimu merupakan hal yang cukup susah.

Kadang aku berpikir tak bisa terpuruk terus-terusan. Denganmu, hanyalah kenangan yang harus kuhapus secara perlahan. Aku bukanlah aku yang dulu kau anggap sebagai kesayangan. Kisah kita hanya menjadi acuan di masa depan. Agar aku bisa membedakan, yang mana keseriusan dan yang mana sebagai pelarian

Aku hanya bisa melihatmu lewat instastory. Melihat kau yang tersenyum bahagia ketika sedang dipelukannya. Akupun turut bahagia, meskipun kadang pelukannya membuat luka.

Aku tak bisa apa-apa, kita tak lagi bersama dan ceritaku denganmu sudah berganti menjadi kau dengannya. Bersama luka, aku tepikan doa agar kau bisa berbahagia dengannya selamanya.

Tak usah hiraukan aku, biar aku yang merasakan sakitnya ditinggalkan dan dilupakan olehmu yang kuanggap masa depan. Dan pada akhirnya aku yakin, suatu hari nanti, kalian berdua akan bergandengan tangan diatas pelaminan.

Aku harap setelah aku tak usah ada lagi perpisahan, cukup aku saja yang merasakan pahitnya dicampakkan dan dilupakan. Aku juga berharap, setelah aku tak usah ada lagi perasaan yang akhirnya kau dustakan.

Dan yang terakhir, Kau menang sebagai pelaku yang menyakitkan.

Philopobia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang