Berpindah,hal yang tak mudah.

94 11 0
                                    

Aku tak bisa berkata-kata ketika kau sedang berada dipelukannya. Patah dan hancur, air mataku terus tercucur. Impianku denganmu harus kukubur kedalam sumur yang kedalamannya tak bisa diukur.

Tak lama setelah kejadian itu, aku berpikir bahwa aku harus melupakanmu dan mencari wanita yang baru. Aku mencoba bertanya kepada semua temanku, tentang bagaimana cara melepaskan dan melupakan dari apa yang sudah kau lakukan.

Mereka menjawab, Carilah kesibukanmu agar kau tak terjebak dalam masa lalu, kemudian jangan sekali-kali kau melihat isi social medianya, kalau perlu blokir saja. Karena itu akan membuatmu tidak lagi berpikiran tentangnya. Memang cara yang kekanak-kanakan adalah sebuah cara yang paling ampuh untuk melupakan. Mereka tak tau kenyataannnya. Mereka mengira bahwa ceritaku denganmu hanya main main saja.

Hampir putus asa tentang masalah hati,

Hampir putus asa tentang jatuh cinta sampai mati,

Hampir putus asa tentang kau yang meninggalkanku pergi.

Kau, kau dan kau yang menjadi dalang dari semua masalah ini.

Kadang aku bertanya kepada diriku sendiri, kenapa jatuh cinta harus sesakit ini? Atau aku saja yang salah meletakkan hati kepada orang yang tak punya hati? Aku takkan pernah tau jawabannya, kurasa ini sudah jalannya.

Tetapi kutekankan sekali lagi,soal melupakanmu. Jujur, saat ini aku belum bisa. Berat rasanya menghapus semua kenangan kita, dari awal kenal sampai tak saling sapa. Kau dan aku bagaikan orang asing yang seolah tak terjadi kejadian apa-apa, padahal kita pernah merangkai kata untuk membangun sebuah fondasi dari indahnya cinta kita berdua.

Karena melupakan tak semudah membalikkan telapak tangan.

Ingin sekali aku menghapus semua memori ingatanku bersamamu, menghancurkannya dengan palu, dan kubiarkan angin membawanya menjadi debu.

Mau tak mau, harus kulewati fase ini. Karena aku yakin, patah hati ini pasti akan berhenti. Aku tak tau kapan waktunya terjadi, walau sekarang kenanganmu masih tertanam didalam hati.

Panasnya sang mentari ketika siang tiba, dan terangnya sinar bulan ketika cahaya malam sudah tak ada, tetap saja membuatku belum mampu untuk menghapus semua cerita yang telah kita bina. Kemanapun aku pergi, bayangmu masih tetap terasa. Kurasa, hatiku telah kau miliki sepenuhya.

Mencoba berpindah hati darimu. Mencoba mencari cinta yang baru. Mencoba semua kesibukanku tanpamu. Sudah tak ada waktu, secepatnya aku harus melupakanmu.

Kemudian, aku berpikir tentang apa yang akan terjadi esok hari, apakah secepatnya aku bisa melupakanmu? Atau kenanganmu masih saja menjadi benalu dalam hidupku? Entahlah, tak ada yang tau tentang itu.

Ibuku pernah berkata, jangan dulu terlalu mengejar dunia, kejar akhirat tanpa harus memikirkan seorang wanita. Dekatkan dirimu pada yang Kuasa, niscaya seisi bumi akan diberikan untukmu seluruhnya.

Apa yang sudah dikatakan oleh ibuku, aku melakukannya tanpa ragu. Terbukti awalnya bayangmu mulai layu dari kehidupanku. Kurasa, aku sudah benar-benar melupakanmu. Ternyata tidak. Aku salah menafsirkan perasaanku.

Hatiku mengalahkan akal sehatku. Dengan mudahnya, hatiku berkata bahwa kau masih saja menjadi satu-satunya cinta yang kupunya.

Padahal, akalku sudah menolak bahwa jika aku kembali mengharapkanmu, kau akan lebih tajam menggoreskan luka dan derita, yang akhirnya aku akan menjadi lebih tersiksa. Aku akan lebih banyak menguraikan air mata oleh tingkah lakumu yang selalu saja membuatku kecewa.

Harus! 

Aku harus berpindah dari bayangmu yang sudah membuatku resah!

Mungkin belum saatnya, tetapi aku mencoba melupakanmu, meskipun aku tak mampu. Melawan semua omongan hati dan memajukan akal nurani agar tak ada lagi kata patah hati.

Saat ini, kau memang menjadi masalah cinta satu-satunya yang kupunya, tetapi ada saatnya kau akan menjadi sesuatu yang sama sekali tak ada harganya . Ada waktunya kenangan kita bagiku sudah tak menjadi apa-apa.

Berkatmu, aku tak pernah percaya lagi tentang adanya cinta. Yang aku tau, cinta hanya mengorbankan hati dan air mata. Dan berkatmu juga, aku takut untuk memulai kembali sebuah kisah cinta kepada wanita yang berbeda. Terimakasih, kau hebat dalam bersandiwara.

Aku tak mau terus-terusan terpuruk oleh sifatmu yang busuk. Tingkahmu yang seolah-olah menarik perhatian ternyata menusuk. Kau tau? Kau tak lebih bagai seorang bidadari yang memiliki tanduk.

Sudah waktunya, aku berpindah.

Sudah waktunya, ingatanku tentangmu tak lagi buatku resah.

Sudah waktunya, kenangan kita hanya kujadikan sampah.

Aku mendapatkan sebuah pelajaran berharga darimu. Sebuah pelajaran yang selamanya takkan pernah kulupakan. Berisi tentang jatuh hati dan perjuangan yang mengecewakan.

Untuk diriku, kau harus tetap semangat, karena luka yang diberikan untukmu terlalu hebat. Skenario tuhan akan lebih dahsyat, jika kepada-Nya imanmu kau perkuat dan dengan aturan-Nya kau selalu taat.

Hatiku perlu sebuah rumah, bukan hanya sekedar tempat untuk singgah.

Philopobia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang