Lucas lagi-lagi harus bangun dengan sebuah bantal yang bersarang telak di kepalanya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan kekasihnya yang imut nan menggemaskan. Tidak sakit, sih. Tapi membuat Lucas sangat terkejut sampai mengira atap kamar runtuh menimpanya. Pemuda itu melirik jam beker di atas nakas, lalu beralih pada tubuh mungil Renjun yang sedang berkacak pinggang. "Aduh sayang, ini masih terlalu pagi," katanya.
Mata Renjun langsung melotot tak terima. "Jam sepuluh kau bilang masih pagi?!" teriaknya. "Kau lupa kalau ada janji menemaniku? Kau bilang kalau kau milikku hari ini." Renjun tidak bisa menahan kekesalannya. Dia bangun pagi sekali untuk mandi dan menyiapkan sarapan. Membereskan semua alat gambarnya dan memasukkan ke dalam tote bag putih kesayangannya. Tapi Lucas yang janji menemaninya malah masih pulas tertidur.
Raut Lucas berubah panik ketika menyadari kalau Renjun hampir menangis menahan kesal, lekas-lekas dibawanya pemuda mungil itu kedalam pelukan. Hampir saja dia melupakan janji yang dibuatnya semalam. "Maafkan aku. Aku akan bersiap-siap sekarang," katanya lembut. Tanpa menunggu lagi, Lucas bergegas menuju kamar mandi dan mempersiapkan diri.
Renjun mendengus, lalu berjalan kembali menuju dapur. Hendak membungkus sarapan yang tadi dia buat. Sudah tidak ada waktu lagi untuk sarapan di rumah.
Dua puluh menit berlalu, Lucas keluar dari kamarnya dan menghampiri Renjun di ruang duduk. Dia sudah berpenampilan rapih dengan kemeja yang dibelikan Renjun bulan lalu, dipadu ripped jeans kesayangannya. Ransel hitam tersampir dipunggungnya.
"Taruh ini didalam tasmu," kata Renjun sambil menyodorkan kotak bekal kepada Lucas.
Setelah Lucas menyimpan kotak bekalnya dengan aman, pasangan itu segera berlalu pergi.
...
...
...
Tepat tengah hari, pasangan dari China itu sampai di Sungai Han. Karena ini adalah hari minggu, ada begitu banyak orang yang memenuhi area taman. Lucas mencari-cari tempat yang bagus untuk mereka berdua duduk, sembari menikmati sarapan yang berubah jadi makan siang.
Renjun yang lebih dulu menemukan tempat teduh di bawah pohon. Mereka memutuskan duduk disana dan langsung membuka bekalnya. Renjun membuat kimchi tteok dan kimbab. Ada ayam goreng juga beserta satu rantang penuh nasi. Lucas terkekeh. Semakin hari, Renjun semakin mahir membuat masakan Korea daripada masakan China.
"Kau tidak makan?" tanya Lucas. Dia melihat Renjun mulai mengeluarkan alat gambarnya.
"Kau duluan saja. Pemandangan di depanku sedang bagus," jawab Renjun sambil tersenyum senang. Didepannya kini ada banyak anak kecil yang bermain bola dengan riang. Renjun suka pemandangan seperti itu, jadi dia akan mengabadikannya dalam sketsa.
Lucas ikut tersenyum menatap kekasihnya yang mulai serius menggores pensil keatas kertas sketsanya. Dia selalu menyukai wajah serius Renjun ketika sedang menggambar. Rasanya, Lucas tidak ingin membagi pemandangan indah itu kepada siapapun. Renjun paling menggemaskan ketika dia sedang menggambar.
Satu jam berlalu, Renjun sudah tidak ada lagi di sampingnya. Lucas melihat pemuda itu berlarian menuju tepian sungai untuk menemukan objek menarik lainnya. Gambar sebelumnya sudah berhasil dia selesaikan dengan indah. Lucas selalu memuji dengan tulus.
Sambil menunggu kekasihnya itu menggambar, Lucas berbaring di atas rumput dan memejamkan matanya sambil menikmati semilir angin.
...
...
...
Haechan melirik jam di meja sebelah tempat tidur. Sudah pukul dua siang. Dia ingat memiliki janji pergi dengan Mark pukul tiga nanti. Meski sekarang mulai mengantuk karena habis membaca buku resep, tapi dia tidak boleh sampai tertidur. Jadilah Haechan memutuskan untuk bersiap lebih awal. Mandi dan berganti pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another
FanfictionMereka adalah segiempat yang terbentuk karena dilema yang sama. . . BoyxBoy!