[Sepuluh]

969 148 12
                                    

Seperti yang Renjun perkirakan sebelumnya. Melanjutkan perguruan tinggi di Korea adalah pilihan yang tepat. Kepindahannya memberi pengalaman baru, budaya dan bahasa yang baru, juga pertemuan dengan orang-orang baru.

Di Cina juga menyenangkan, tentu saja. Disana ada kedua orangtuanya, juga seluruh anggota keluarga yang menyayanginya. Teman-teman lama yang menyenangkan. Juga cerita masa kecil hingga remaja yang penuh suka duka. Ada kisahnya bersama Lucas yang meninggalkan begitu banyak kesan manis. Disana mereka mengikat diri satu sama lain sebagai pasangan kekasih.

Semua hal yang Renjun jalani sudah sangat indah. Tapi, Korea punya cerita berbeda. Korea memberinya kisah baru yang perlu dia selesaikan.

Renjun sedang duduk dibawah pohon besar di taman universitas sore itu. Sambil menunggu Lucas menyelesaikan kelasnya, Renjun mengukirkan pensil diatas kertas sketsa. Menggambar wajah yang beberapa waktu ini mulai mendominasi pikirannya. Wajah dari orang yang dia lihat tengah berjalan menujunya sambil melambaikan tangan. Renjun tergagap, lekas-lekas menutup buku sketsanya, lalu memasukkan kembali ke dalam tas. "Hai, Mark," sapanya.

Mark mengangguk, lalu duduk disamping Renjun. "Beruntung sekali bertemu denganmu," katanya.

Kening Renjun berkerut. "Ada apa?"

"Aku sedang menunggu Haechan menyelesaikan kegiatan klub dan tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk membunuh waktu. Untung saja bertemu denganmu." jelas Mark.

Renjun mengangguk paham. Dilihatnya Mark menghela jengah kemudian. "Biar kutebak. Kau sedang menunggu Lucas?" tanya pemuda itu tiba-tiba.

Renjun mengangguk. "Dia masih menghadiri kelas."

Mark memeriksa jam ditangannya, sesaat menimbang-nimbang. "Kegiatan klub Haechan akan berakhir diwaktu yang sama dengan kelas Lucas. Apa kau sibuk?"

Renjun menggeleng.

Mark tersenyum penuh arti. "Ini sore yang sejuk. Mau menemaniku berkendara?" tawarnya.

Renjun belum memberikan jawaban apapun. Dia masih terperangah karena tawaran itu, tapi Mark sudah lebih dulu menarik tangannya. Terpaksa Renjun mengikuti langkah pemuda didepannya. Mereka berjalan beriringan meninggalkan taman menuju tempat dimana Mark memarkir mobilnya.

Renjun terkesan dengan pemandangan jalanan Seoul yang tersuguh dihadapannya, juga dengan pemuda yang tengah menyetir disampingnya. Dia senang bisa melihat Seoul dari jendela mobil Mark. Bersama Mark disampingnya, pemandangan jalanan penuh orang berlalu lalang jadi terasa seperti ukiran sketsa dalam bayangnya.

Ada senyum dan tawa juga yang mereka bagi bersama selama perjalanan. Mark memberitahunya tentang sejarah beberapa tempat yang mereka lewati, meski Renjun tidak sepenuhnya meyakini semua kisah yang Mark ceritakan padanya. Hingga mobil mewah itu berhenti di kawasan sungai Han.

Mark mengajaknya berjalan menyusuri tepian sungai. Renjun ingat, beberapa waktu lalu dia pernah menelusuri tempat ini juga bersama Lucas. Namun, kenangan itu seolah terkikis dengan mudah oleh kenangan baru bersama Mark. Pemuda itu menuntun langkahnya menuju kedai eskrim. Meminta dua eskrim rasa teh hijau tanpa bertanya lebih dulu dengannya. Dan Renjun akhirnya hanya menerimanya tanpa penolakan.

Ada yang salah dengan selera Renjun. Dulu, dia tidak pernah suka es krim selain rasa stroberi. Karena itu, Lucas yang sudah tahu semua itu, hanya berani memberinya rasa stroberi. Tapi ketika Mark menyodorkannya rasa yang lain, Renjun tidak menolak. Malah melahap rasa itu seperti itu adalah rasa favoritnya.

"Aku suka suasana seperti ini," kata Mark tiba-tiba. Mereka sudah duduk di bangku taman yang menghadap hamparan luas sungai Han. "Sore hari yang teduh, dan eskrim kesukaanku," tambahnya sambil menatap lekat kepada Renjun.

AnotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang