[Delapan]

1K 181 13
                                    

Lucas masih melihat-lihat daftar menu di tangannya, ketika seseorang setengah memekik menyebut namanya. Begitu pemuda tinggi itu menoleh, dia menemukan Haechan berdiri mematung di sampingnya. Haechan nampak terkejut, begitupun dirinya. "Apa yang kau lakukan disini?!" keduanya menyerukan tanya yang sama. Detik berikutnya, tawa mereka pecah.

Sekarang keduanya sudah duduk di meja yang sama dan saling berhadapan. "Bersama Mark?" tanya Lucas.

Haechan mengangguk. "Seperti yang kukatakan padamu di Line," jawabnya. "Dan kau, bersama Renjun?"

"Begitulah." Lucas menumpukan pandangannya pada kebun binatang mini di belakang kafe untuk menemukan sosok Renjun. Tapi yang dilihatnya, Renjun tidak sendirian. "Bukankah itu Mark?"

Haechan ikut menoleh pada arah pandang Lucas. Tepat sekali. Tunangannya itu sedang berbincang seru dengan Renjun. "Oh, ya. Aku tidak tahu kalau dia sudah disana dan menemukan Renjun," katanya sambil mengedikkan bahu.

Lucas juga tidak mempermasalahkan hal itu. Dia memilih kembali ke buku menunya. "Kau sudah sering kesini? Ada rekomendasi?" tanyanya pada Haechan.

Haechan juga mengalihkan pandangannya kembali pada Lucas. "Ini juga pertama kalinya aku datang kesini. Tapi, aku sarankan kau memilih Sup udang pedas dan Pad Thai," katanya.

Mata Lucas tertuju pada nama menu yang disebutkan Haechan. Matanya melotot terkejut. "Ini restoran masakan Thailand?"

Haechan tertawa melihat ekspresi Lucas. "Bagaimana mungkin kau datang kesini tanpa mengetahui apapun," ejeknya.

Lucas terperangah. "Aku hanya membaca ulasannya di internet, dan mereka bilang kalau ini adalah restoran yang bagus dan punya makanan enak."

Haechan benar-benar tidak habis pikir dengan pemuda di hadapannya ini.

...

...

...

Mark berjalan mendekat dengan senyum terkembang di wajahnya. "Renjun," sapanya pada pemuda mungil yang sedang bermain dengan para kelinci.

Siempunya nama menoleh, dan terkejut mengetahui siapa yang menyapanya. "Mark? Kau disini?" tanyanya.

Mark mengangguk. "Pemiliknya adalah kenalanku," jawabnya. "Kau sendiri? Datang untuk melihat kelinci?"

Renjun mengangguk, lalu kemudian menggeleng. Dia bingung sendiri dengan kedatangannya ke kafe ini. "Aku kesini untuk makan. Tapi, setelah menemukan banyak binatang disini, aku jadi ingin bermain."

Mark terkekeh mendengar jawaban polos Renjun. "Sendirian?" tanyanya lagi.

Renjun menggeleng. "Aku bersama Lucas," jawabnya, lalu menepuk kening. Dia benar-benar melupakan tentang Lucas kalau saja Mark tidak bertanya. Pemuda manis itu kemudian mengalihkan pandangannya ke dalam kafe untuk menemukan sosok Lucas.

Kekasih yang dicarinya itu ternyata tidak sendirian. Renjun melihat sosok yang juga dikenalnya duduk dihadapan pemuda itu. Dia kini beralih kepada Mark. "Oh, kau bersama Haechan," katanya.

Kening Mark berkerut. "Bagaimana kau tahu?"

Renjun menunjuk dengan dagunya. "Dia dan Lucas sudah saling menemukan dan tertawa bersama."

Mark ikut melihat pada arah yang ditunjuk Renjun. Tepat sekali, tunangannya itu sekarang sedang asyik tertawa bersama kekasih Renjun. Mark memilih tidak mempermasalahkan itu, dan mengembalikan atensinya kepada Renjun yang kembali bermain bersama para kelinci. "Sudah pernah kesini sebelumnya?"

Renjun menggeleng, tapi matanya tidak lepas menatap para kelinci. "Ini yang pertama, dan ini adalah idenya Lucas."

Mark terkekeh. "Lucu sekali. Aku merasa aneh mengapa kita sering sekali bertemu secara tidak sengaja akhir-akhir ini."

AnotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang