STEVIA yang sedang kumpulan dengan anak Pecinta Alam yang lain merasakan ponsel dalam sakunya bergetar sejak tadi.
Ingin melihat, namun tidak enak karena kumpulan ini berlangsung dengan khidmat. Apalagi dia berdiri di depan, jabatannya sebagai sekertaris membuatnya harus mendampingi Tantan.
"Jadi fix ya, karena banyak yang rindu alam, kita camp ya weekend depan ke Bukit Moko. Gimana? Setuju 'kan semuanya?" kata Tantan, sang ketua Pecinta Alam di SMA Pertiwi.
"Setujuuuu!" sorak ramai anak-anak Pecinta Alam memenuhi Aula terbuka.
"Sekalian buat acara terakhir anak-anak kelas duabelas ikut, mulai semester depan kita sibuk sama ujian-ujian, dan ... selesai." Lanjutnya membuat beberapa orang menghela napas, antara lega akan berakhir dan juga tidak rela kebersamaan berakhir.
Tantan tertawa pelan, "kenapa jadi mellow gini, ya? Pokoknya ya gitu, acara terakhiran bareng kelas duabelas juga. Semuanya wajib ikutan, usahakan apalagi kelas duabelasnya..."
Stevia tersenyum, kayaknya asik juga. Melihat bintang di atas bukit bintang menciptakan moment terakhiran dengan anak-anak Pecinta Alam sebelum dia lulus dan meninggalkan sekolah.
"Oke. Karena udah sore banget, kita akhiri saja. Sekarang semuanya boleh pulang, siapkan minggu besok, ya?"
"Siap pak Ketu!"
Setelah semuanya sibuk bubaran, Stevia buru-buru mengecek ponselnya, mendapati dua pesan dari Rimba. Astaga! Apalagi ini?
Hutan Rimba : Kalo udah gak sibuk, kasih tau aku ya? Aku pengen ngobrol:)
Hutan Rimba : Masih belum selesai? Aku nunggu di halte deket sekolah kamu ya"Em, Tan...."
Tantan yang bingung dengan gerak-gerik Stevia mengernyit. "Kenapa? Lupa naro kunci?"
"Bukan, gue ... gue duluan, ya? Udah di tungguin Rimba, satu jam lalu! Bayangin! Bye..."
"Eh!"
Panggilan Tantan membuat langkahnya berhenti, ia menoleh dengan hati gelisah. "Kenapa?"
"Tapi nanti lo ikut, 'kan?"
"Gue usahakan, udah ya. Dah!" Stevia tergopoh-gopoh, menyalip beberapa siswa yang masih berada di sana.
Dia takut berbuat kesalahan lagi pada hutan Rimba-nya.
"Rimbaaa!" nafasnya tersenggal, Stevia berhasil menghampiri Rimba yang masih setia menunggu sambil memainkan kunci mobilny.
"M-maaf, aku abis kumpulan tadi,"
Rimba terkekeh, membereskan rambut Stevia yang liar efek berlari. "Sampe berantakan gitu rambutnya, kangen?" godanya membuat Stevia mendengus.
"Aku serius, kamu udah lama?"
"Enggak kok," Rimba menggeleng, "aku baru aja sampe lima belas menit yang lalu."
Bisa-bisanya Rimba manis? Merasa beruntung sekaligus bersalah menghampiri Stevia sekarang.
"Tapi kamu--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Climber Couple
Teen Fiction[ SUDAH TERBIT ] "Akan aku beri tahu kepada para pendaki, bahwa ada yang lebih indah dari gunung, yaitu kamu." ~Rimba Alfonso. Stevia Edelweiss, gadis biasa saja yang saat bosan hobinya cukup aneh, pergi ke hutan dan bermalam di sana. Hingga suatu h...