BAB VI

1K 90 2
                                    

Apakah kamu pernah bahagia bersamaku??

Semenjak kejadian itu ritzki tidak pernah merasa tenang. Apa lagi sudah beberapa kali ia melihat hana bersama daniel. Hingga malam harinya ia putuskan menemui hana di rumahnya.

Ting-tong
Pintu putih itu terbuka, seorang laki-laki yang walaupun sudah nampak tidak muda lagi namun masih terlihat gagah muncul di baliknya.

"eh...ritzki, masuk nak" ayah hana mempersilahkan ritzki masuk, tidak lupa ritzki menyalim tangan.
"siapa pah?" mama hana muncul dari ruang tengah.
"malam tante" ritzki menyalim tangan mama hana
" ya ALLAH sudah lama nggak kesini nak" ritzki hanya tersenyum. Entah sudah berapa lama ritzki tidak pernah kerumah ini, rumah yang dulu menjadi rumah keduanya.
"panggilin hana, ma"

Mama hana pun naik kelantai dua menuju kamar hana.
"ada apa, ma?" tanya hana ketika melihat mama nya
"ada ritzki di bawah" hana terkejut, tiba-tiba saja detak jantungnya tidak beraturan.
"han, han.." hana tersadar dari lamunannya
"mmm...iya ma, entar hana turun" mama hanapun menutup kamar hana dan kembali kelantai bawah.

Sepeninggal mama nya, hana menata perasaannya, ia tidak mungkin menemui ritzki dengan perasaan yang kacau seperti sekarang.

"kok lama, han?" seru ayah hana, ketika hana tiba di ruang tamu yang di balas senyum hana.
"ya sudah kalian ngobrol santai" ayah dan mama hana pun meninggalkan mereka berdua di ruang tamu.

Kini hanya ada kebisuan. Ritzki yang tidak tahu bagaimana memulai percakapan ini sesekali menyeruput minuman yang tadi disiapkan mama hana.

"han, belakangan ini kamau sibuk banget ya sampai-sampai untuk membalas pesan pun kamu susah" ritzki akhirnya memulai memecah kebisuan itu.
"lumayan ki, aku lagi banyak kegiatan"
"bersama daniel?" ritzki tidak sabar ia langsung pada sasarannya. Ia tidak sanggup menahan rasa penasaran lagi. Toh dari dulu ia tidak pernah berbasa basi dengan hana.
"apa hubungan kalian?" lanjut ritzki, karena hanya tak kunjung bersuara.
"kamu kesini karena kak daniel?" hana pun bersuara, nadanya terdengar kecewa, kecewa karena ritzki kemari bukan karena merindukannya tapi karena penasaran dengan daniel, walau sempat terbersit tanya dalam hatinya apa ritzki cemburu, namun buru-buru ia membuangnya karena ia takut kecewa.
"han.." ritzki menahan tangan hana yang berdiri mau meninggalkannya
" maafin aku, han. Aku hanya merasa belakangan ini kamu berubah, aku...oke...baiklah kita tidak usah bahas itu.

Hana pun kembali duduk.

" selamat ya ki, kamu... udah jadian dengan siha" walau sakit tapi hana tulus mengucapkannya.
"makasih, han"

Mereka pun bercerita hingga larut. Banyak yang mereka bahas. Mulai dari hobi baru hana, hingga kisah ritzki dan siha.

Setelah mengobrol dengan hana, hati ritzki kembali tenang. Ia kembali menata hubungannya dengan siha juga yang belakangan hari terasa renggang. Ritzki juga sudah memperkenalkan hana ke siha. Sejak hari itu juga, mereka sering pergi bersama, ritzki, siha, hana, verel dan terkadang tisa menemani hana, seperti hari ini, mereka sedang berada di mall untuk makan siang bareng.

" bodoh,lo maksain hati lho untuk ngelihat ini semua!!" tisa memarahi hana ditoilet mall.
"aku seneng kok, tis!"
"iya seneng, tapi hati lho hancur"
"udah ya jgn marah lagi, kita balik kemeja!"

"kalain kok lama?" tanya ritzki saat tisa dan hana kembali
"tadi ngantri" jawab hana
"apa kamu pernah bahagia bersamaku??" seru hana dalam hati ketika melihat ritzki tertawa dengan sangat bahagianya bersama siha.
"kapan kalian sadar dengan hati kalian?" verel berseru dalam hati, ketika melihat ekspresi hana dan tentunya saat titzki begitu hawatir saat hana lama berada di toilet.

"han, nyokap gue wa nih, gue disuruh balik, ellu bareng gua ya!" tisa tak sanggup nelihat hana, yang ia yakin sangat hancur sekarang
"nanti hana bareng gue!" ritzki menimpali
"aku pulang sama tisa ya ki, lagian tadi aku tidak sempat izin sama orang rumah!"
"gue yang antar, gue juga sekalian mau balik!" verel pun ikut berdiri bersama hana dan tisa
"baiklah tapi kalian hati-hati" akhirnya ritzki menyetujui.

Akhirnya mereka bertiga pun pulang dengan mobil verel. Selama perjalanan hanya diam yang tersuguhkan. Sekali-kali verel melihat wajah hana yang sedih lewat kaca. Sementara tisa hanya menatap ke depan dengan hati yang marah. Sebanarnya ia tidak marah dalam artian sebenarnya lebih tepatnya dia merasa kasihan pada hana. Ia tidak habis fikir terbuat dari apa hati sahabatnya, sudah berkali-kali hancur tapi masih mampu bertahan.

Keesokaannya di galeri daniel memperhatikan hana yang sedari tadi melamun. Sejak di kampus tadi pun hana tidak seperti biasanya. Tidak ada senyum khas hana salsabila dan dia kangen itu.

"mmm...kamu...mau ikut nggak?" tanya daniel ragu
"mau kemana?"  hana tersadar dari lamunannya
"ke anyer!"
"anyer, kapan??" hana kembali antusias
"nggak pergi berdua ya..."akbar nongol di belakang daniel
"ya nggak lah, kalian juga ikut kok. Besok kita berangkat pagian, supaya nggak terjebak macet" semuanya pun mengangguk. Hana pun mulai tersenyum kembali, melihat itu ada rasa bahagia yang mengalir di hati daniel.

Malam harinya, mereka menyiapkan keperluan untuk besok. Tisa pun memutuskan nginap di rumah hana.

Matahri pagi ini begitu cerah, pkl 07.00 daniel dan akbar sudah berada di depan rumah hana.

"ASSALAMU ALAIKUM, om!" sapa akbar pada ayah hana ketika membuka pintu
"kalian pasti teman hana kan?" daniel, akbar mngangguk mengiyakan
"mari masuk!!" ayah hana menyambut mereka dengan hangat.

Sementara di kamar hana dan tisa sudah selesai bersiap. Mereka bergegas turun. Tentunya mereka sudah tau daniel dan akbar sudah tiba.

"siapa dia?" tanya mama hana kepo. Karena walaupun daniel sudah beberapa kali mengantar hana pulang, namun ini pertama kalinya daniel masuk ke rumah hana dan bertemu ayah hana.
"pacar tisa tante!!"
"yang tinggi itu??"
"hehehhe.....bukan yang di sampingnya. Tapi nggak kalah ganteng kok" tisa dan mama hana tertawa
"itu kak daniel, ma"hana menjawab
"ganteng...."
"ih....mama" mama dan tisa pun saling berpandangan dan tertawa kecil

"maaf telat kak" hana menyapa daniel dan akbar
" oh iya kak, kenalin ini mama dan ini papa, mungkin sama papa udah kenalan kan" daniel mengangguk senyum dan menyalim tangan mama hana begitupun akbar.
"lebih baik kalian berangkat sekarang nanti malah macet!"

Mereka pun berpamitan.
"han, mama suka anak itu!!" mama hana menarik tangan hana ketika hana hampir melangkahkan kakinya keluar pintu mengikuti yang lainnya. "jangan ngaco, ma.."

Setelah beberapa jam perjalanan, mereka akhirnya tiba. Walaupun lelah tapi melihat susana indah di pantai membuat mereka tdk membuang-buang kesempatan. Daniel dan akbar dengan kameranya, sementara hana dan tisa berjalan-jalan, sambil sesekali mengambil gambar dengan kamera kecil yang di bawa hana.

"udah mau dzuhur , kita cari makan baru sholat. Setelah itu kita bisa istirahat" saran akbar disetujui yang lainnya.

Setelah makan mereka pun menuju penginapan. Hana bersama tisa dan daniel bersama akbar.

"lelahnya......." tisa membanting dirinya ke kasur
"sholat dulu,tis" hana menarik tangan tisa untuk segera bangun bersiap sholat.

Karena kelelahan, hana dan tisa terlambat bangun. Kitika melihat jam menunjukan pukul 16.30 hana bergegas membersihkan diri kemudian sholat ashar. Setelah itu ia membangunkan tisa untuk sholat ashar.

"ayo, tis nanti telat"
"iya, iya.., ini juga baru jam segini, senja nungguin ello kok!"
"ih ....kamu thu" hana merajuk

"nah thu mereka" tisa menunjuk ke arah daniel dan akbar yang sedang sibuk memotret
"sejuknya..." seru hana
"kalian baru bangun?" tanya akbar
"iya, cape...." tisa tertawa kecil
"ke sana yuk!" akbar menarik tangan tisa
"pacaram mulu.." sewot hana
"biarin, makanya cari pacar!" tisa mengejek hana
"singles until the marriage"
"ya,ya,ya...., jawaban para jomblo!" akbar dan tisa tertawa membuat hana manyun.

Kini yang sedari tadi di tunggu oleh hana menampakkan dirinya.
"SUBEHANALLAH.....indahnya..."
"kamu suka?" hana mengangguk tanpa berbalik ke arah daniel

Sudah lama rasanya hana tidak merasakan sehangat ini. Melihat indahnya ciptaan ALLAH  yang satu ini, membuatnya merasa tenang. Senja itu mengantar kan hana dan daniel pada fikiran mereka masing-masing.

Hana belum juga puas menatap senja. Senyum tak pernah lepas dari wajahnya. Tanpa hana sadar, daniel mengambil fotonya yang sedang menatap senja. Dan tanpa daniel tahupun tepat di belakang mereka akbar dan tisa juga memperhatikan gerak-geriknya.

Senja hampir terbenam menyisahkan jingga yang kembali membawa kenangan masa lalu daniel terlintas diingatannya.

"di mana kamu sekarang? Apakah kamu melihat senja ini juga??" seru daniel dalam hati.



Melawan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang