BAB IX

984 80 2
                                    

Tidak ada lagi kata kita yang ada hanya aku dan kamu.

"bagaimana perasaan kamu sekarang??" tanya Tisa
"rasanya lebih tenang, coba dari dulu aku sadar, mungkin aku nggak perlu sesakit ini"
"di balik rasa sakit mu nanti juga akan datang bahagia"
"sok bijak!" mereka pun tertawa bersama.

      Semenjak hari itu, Hana mulai bisa mengikhlaskan dan yang paling penting dia sudah bisa menghargai dirinya sendiri. Ia sudah berani berkata "tidak" pada Ritzki jika ia anggap ia mungkin akan terluka jika melakukannya.

      Samentara di kamarnya Daniel, kini mencari alasan tentang apa yang terjadi padanya belakangan ini. Apa kah rasa ini memang benar. Apa kah sudah waktunya bagi dia melupakan senjanya. Kenangan bersama senjanya masih terus membuatnya tak mamlu meyakinkan hatinya.

**
"kak gue boleh ngomong!" Tisa memberanika diri mendatangi Daniel ke perpustakaan, setelah teman seruangan Daniel memberitahu keberadannya.
"mau ngomong apa,Tis?" Daniel menghentikan bacaannya dan berbalik melihat Tisa. Ada kegusaran dan kegelisahan yang nampak dari wajah Tisa.
"gue nggak ganggu kan?"
"nggak kok, ya udah kamu duduk"
"......"
"lho kok malah diam, duduk lalu cerita"
" ngobrolnya di luar saja kak, nanti gangguin yang lain" Tisa pun berjalan menuju taman belakang, semenatara Daniel hanya mengikuti.
"kaka suka sama Hana?" Tisa bertanya tanpa berbalik ke arah daniel yang tepat di belakangnya. Sementara Daniel yang mendengar itu sangat terkejut.
"gue hanya mau pastiin, gue nggak mau teman gue terluka lagi apa lagi sedih!" kini Tisa berbalik ke arah Daniel, ia ingin tau respon Daniel.
"pertanyaan itu sangat tiba-tiba. Boleh aku tau alasannya kenapa kamu bertanya seperti itu?!!"
"karena dari yang gue lihat kakak peduli sama Hana dan jujur saja menurut Akbar itu untuk pertama kali kaka seperti itu. Makanya gue dan Akbar berfikir kakak menyukai Hana" Tisa mengatur nafasnya sampai terus menatap daniel.
"kalau kakak memang suka sama Hana dan berjanji bahagiain dia, gue dan Akbar akan bantu. Sudah waktunya Hana bahagia".

      Setelah pembicaraan itu, Daniel gusar dengan perasaannya sendiri. Tidak bisa ia pungkiri Hana sudah berada di bagian hatinya tapi ia belum tau seperti apa posisi Hana di hatinya. Selain itu apa kah ia bisa menggeser posisi Ritzki di hati Hana.

**
" gi mana proposal kakak?" tanya Hana pada Daniel
"sementara perbaikan"
"lebih baik kakak fokus kesitu dulu supaya cepat selesai"
"iya...!" Daniel meninggalkan Hana menuju ruangan gelap.

     Untuk saat ini Daniel lebih memilih menghindari Hana. Masih banyak tanya dalam hatinya. Bukan soal perasaannya tapi lebih kepada hati Hana.

"kak daniel kenapa sih?" tanya Hana ke Akbar.
"nggak tau, belakangan ini dia lebih banyak diam deh. Mungkin lagi pusing mikirin tugas akhir".

     Hana merasa ada yang aneh sama daniel, apa lagi belakangan ini telpon ataupun wa dari Hana tidak di balas oleh Daniel.

     Sementara Tisa yang mengetahui penyebab Daniel seperti ini, merasa bersalah. Ia tidak berniat membuat Daniel merasa terbebani apa lagi sekarang ia lagi sibuk dengan tugas akhir nya. Namun, disisi lain Tisa merasa harus bergerak cepat demi kebahagiaan sahabatnya.

"sore....!" sapa seseorang dari ambang pintu galeri
"ada yang bisa dibantu?" tanya Hana
"Daniel ada?" Hana mengangguk mengiyakan.

     Perempuan itu pun masuk. Ia terlihat sangat modus, cantik, dengan rambut panjang yang di gerai.

"silahkan duduk, maaf tempatnya sederhana!" Akbar memberikan kursi pada perempuan itu, namun alih-alih duduk gadis itu berjalan menuju fhoto yang dulu juga menarik perhatian Hana pertama kali. Fhoto seorang anak kecil yang sedang menatap senja.

"Kamu..!" Daniel terkejut melihat siapa yang berdiri di depannya. Perempuan itupun memeluk daniel.
"I miss you!" Daniel membalas pelukan itu sehangat yang di berikan perempuan itu.
"Tau dari mana aku di sini?" tanya Daniel setelah melepas pelukan mereka
"apa sih aku nggak tau tentang kamu?" gadis itu menggandeng tangan Daniel dengan manja
"Tiba kapan?"
"baru saja, langsung ke sini!"

     Seperti tidak ada orang lain di tempat itu, mereka hanya sibuk berbincang berdua. Sementara Hana dan Akbar saling sikut bertanya tentang gadis itu. Lain hal dengan Tisa yang gusar melihat kedekatan mereka. Apa lagi melihat perempuan itu sangat tau tentang fhoto tersebut.

"Kamu masih menyimpan fhoto ini?"
"Aku akan selalu menyimpannya!" perempuan itu tersenyum menggandeng tangan Daniel.

"Mungkinkah dia anak yang ada di fhoto itu?" seru Tisa dalam hati. Sebenarnya Tisa sangat penasaran namun,ia tidak punya cukup keberanian bertanya.

    Karena tidak ingin menggangu, Hana, Tisa, Akbar pun pamit.

**
"Ellu kenal nggak perempuan yang kemarin?" kini Tisa sedang berdua di cafe bersama akbar
"Nggak!" jawab Akbar yang masih terus asik mengunyah makanannya
"Emang ellu nggak nanya gitu?" suara Tisa agak meninggi
"mana bisa nanya, udah dari hari itu dia nggak pernah ke galeri"
"emang kenapa sih?" akbar bertanya karena mulai merasa heran dengan sikap Tisa.
"nggak apa-apa"

     Karena sudah beberapa hari merasa gelisah dan tidak tenang, malam ini Tisa memutuskan untung nginap di rumah Hana.

"Han, soal perempuan yang kemarin, ello nggak penasan gitu?"
"perempuan yang mana?" Hana masih sibuk dengan bacaan novelnya
"Yang nyariin kak daniel"
Kini hana menghentikan bacaannya.
"sepertinya dia yang selama ini kak daniel tunggu deh. Untuk pertama kalinya aku lihat ekspresi bahagia kak daniel seperti itu"
"ellu nggak cemburu??"
"ngaco, cemburu gi mana ya nggak lah!"

     Keesokannya d kampus, Hana melihat daniel yang baru keluar dari ruang dosen. Hana berlari mendekati daniel.

"Kamu!!" Daniel terkejut karena Hana muncul tiba-tiba di sampingnya
"....." Hana mencoba mengatur nafasnya.
"Ngapain sih, kalau jatuh dan terluka gi mana?"
"Udah punya cewe masih juga perhatian ke cewe lain"
"Maksudnya?" Daniel mengerutkan keningnya tak paham
"Udah nggak usah di bahas" Hana duduk di salah satu bangku di dekat mereka
"Gimana proposal kakak?"
"Masih di revisi, mudah-mudahan bisa cepat selesai!"
"Dari perempuan yang kemarin?" tanya Hana, karena melihat Daniel sibuk memainkan hp
"perempuan kemarin??,mmm.....iya , dia mau di ajak jalan. Mau ikut?"
"nggak deh, takut ganggu!" Hana berdiri pamit dan meninggalkan Daniel yang masih bingung dengan semua perkataan Hana.

**
"Dia nggak ikut?"
"nggak, mungkin dia masih ada kuliah!"

     Kini Daniel bersama perempuan itu sedang berada di salah satu tempat di mall untu makan siang.

"dengan mudahnya dia mampu menghapus semua kenangan itu"
"aku juga bingung, akuerasa bersalah untuk semua perasaanku. Tapi disisi lain hatiku tidak biaa berbohong!"

Asik mengobrol,seseorang tiba-tiba menepuk bahu daniel dan ternyata itu adalah Akbar dan Tisa. Mereka berdua sedari tadi memperhatikan Daniel dan perempuan itu ngobrol yang membuat tingkat kekepoan Tisa semakin menjadi-jadi. Akbar beberapa kalai menghalanhinya, tapi Tisa sudah tidak tahan lagi dengan pemandangan yang ia lihat di hadapannya.

"kalian mau pesan apa?" perempuan itu memberikan daftar menu
"gue ke sini mau bicara ke kak daniel"
"Tis..."akbar mencoba menahannya lagi
"mau nanya apa?" daniel menghentikan makannya dan meminum jus pesanannnya.
"apa kalian pacaran??" jleb, Tisa langsung pada sasarannya.
"hahahahahahha.........!" perempuan itu tertawa terbahak
"sory,sory,sory..."perempuan itu meredam tawa karena di tatap Daniel
"ello ngomong apaan, ngaco lho!"
"Tunggu, gue ngerti sekarang"perempuan itu menyela pembicaraan Daniel.
"sebelumnya kenalin, gue Fiona" perempuan itu mengulurkan tangannya ke Tisa dan Akbar yang di sambut mereka
"gue sahabat sekaligus sepupu Daniel" lanjutnya.
"sepupu??" Fiona mengangguk.
"astaga kalian ini!!"
"maaf kak!" akbar pun bersuara mewakili geliaan Tisa.
"ya sudah, setidak nya kita tahu kenapa sifat Hana tadi seperti itu ke kamu dan yang paling penting kita tau dia juga pedulu sama ellu"

Mendengar itu ada harapan besar dalam hati Daniel. Mungkin sudah waktunya dia menemui Hana dan mengungkapkan semuanya...

    

Melawan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang