BAB V

1.1K 89 1
                                    

Berharap dengan mu ternyata sebuah kesalahan yang tidak akan aku sesali

Daniel terus memikirkan perkataan akbar. Hingga larut malam ia tak mampu terlelap.

"tidak mungkin, aku hanya mencintai dia, gadis kecilku!"

Flash back on

"kamu datang juga!" seru daniel pada gadis kecil yang sedang mengatur nafasnya karena habis berlari
"kamu baik-baik saja?" tanya daniel yang tersenyum kecil karena melihat tingkah gadis kecil itu.
"kakak ini cerewet banget sih, aku cape tau!" gadis kecil itu memanyunkan bibirnya.
"di antar siapa?"
"mama!!" daniel mencari sosok yang di maksud
"mama udah pergi, tadi hanya nganterin nanti juga jemput!" daniel mengangguk.

Mereka menghabiskan sore itu dengan bermain bersama, melukis pasir, bermain air. Lelah, merekapun duduk di atas pasir yang kini nampak berkilau karena di terpa cahaya senja yang kini sisa meninggalkan jingga yang sangat indah. Pemandangan yang sedari tadi di tunggu oleh daniel dan gadis kecil itu.

Kini gadis kecil itu berdiri mendekati bibir pantai tanpa melepaskan pandangannya ke senja sore itu. Daniel yang memperhatikannya tidak membuang kesempatan itu untuk mengabadikan lewat kamera yang di berikan ayahnya saat ia berulang tahun.

"pemandangan yang indah, senjaku!"

Seminggu sudah daniel berlibur di lombok.  Selama itu pun tak seharipun iya lewatkan tanpa kepantai bertemu dengan gadis kecil itu walau sekedar hanya menunggu senja kembali keperaduannya.

"senja...!" panggil daniel nampak ragu
"ada apa kak?" jawab senja yang masih sibuk bermain air
"malam nanti aku udah balik kejakarta!" senja berbalik ke daniel, ada tatapan sedih di mata senja dan daniel bisa melihat itu.

Tanpa aba-aba air mata senja menetes, ia menangis seperti anak seumurannya yang kehilangan mainannya tapi senja menangis karena ia takut, ia tidak ingin di tinggalkan daniel.

"jangan menangis!" daniel menghapus air mata senja.
"lalu aku main sama siapa, lihat senja sama siapa lagi? Senja belum juga menghentikan tangisnya. Melihat itu daniel merasa sedih.

Daniel berusaha menenangkan senja, ia memeluk senja dengan erat, seakan ia tak inginkan melepaskannya. Saat itu daniel berusia 14 tahun dan dia pun belum pernah dan mungkin belum tahu jatuh cinta, tapi yang ia tau ia sangat menyayangi senja, ia tidak ingin melihat senja sedih, dan ia ingin selalu melindungi senja.

"aku janji nanti aku pasti akan datang lagi!"
"janji!" daniel mengangguk.

Sore itu pun seperti biasa mereka duduk menatap senja.

"kak!!"
"hemmm...!"
" nanti kakak nikahnya sama aku yah!" seru senja dengan polosnya, daniel yang mendengar itu terkejut
"pokonya awas saja kalau kakak nikahnya sama orang lain!" entah apa yang ada dipikiran senja tentang pernikahan dan kenapa dia bisa berfikir seperti itu.
"siapa yang mau nikahin kamu, cewe cengeng dan manja!" ucap daniel bercanda membuat bibir senja manyun
" kakak jahat!" senja memukul daniel yang duduk di sampingnya, membuat daniel tertawa
"baik lah, nanti kalau kamu dan aku ketemu lagi dan udah sama-sama gede aku akan nikah sama kamu. Tapi sampai saat itu tiba maukah kamu berjanji untuk menjadi anak yang pintar,tidak cengang lagi dan selalu tersenyum!"
Senja mengangguk mengiyakan permintaan daniel.

Senja sore itu menjadi saksi janji mereka, janji 2 orang anak yang mungkin belum paham dengan apa yang mereka ucapkan. Namun bagi daniel apa yang iya katakan akan iya tepati. Bagaimana pun senja adalah gadis kecil yang sudah mengisi seluruh hatinya yang sejak awal bertemu sudah menarik perhatiannya. Ini mungkin cinta monyet, tapi bagi daniel senja adalah cinta nya.

Flash back off

"benar, aku sudah ada senja. Senja yang dari dulu sampai sekarang mengisi hati dan fikiranku. Mungkin belum sekarang tapi aku yakin aku akan bertemua dengannya!" seru daniel dalam hati."

Melawan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang