Bab XIV

1K 77 2
                                    

Kamu tidak akan pernah tahu seberarti apa orang itu hingga kamu benar-benar kehilangannya.

"Tis, Hana mana?" Ritzki sudah dari tadi menunggu Hana di depan ruangannya

"Ngapain ellu cari Hana, ellu...!"

"Apa gue bukan sahabat kalian lagi!!" Tisa begitu terkejut dengan nada suara Ritzki yang meninggi. "Kalian tega, hal seperti ini harus gue dengar dari orang lain!" Ritzki menggebrak pintu sebelum meninggalkan ruangan.

     Sementara di parkiran Daniel dan Hana baru saja  tiba. Mereka berjalan beriringan meninggalkan parkiran.

"Kak, aku mau izin!" Daniel pun menghentikan langkahnya dan berbalik ke Hana. "Apa boleh aku bertemu Ritzki?" Tanyanya Ragu

"Kok minta izin, Ritzki kan sahabat kamu!" Daniel tersenyum kecil "Han, aku percaya sama kamu. Kalau kamu bertanya apa aku cemburu, bohong kalau aku berkata tidak. Tapi aku paham, aku tidak mungkin bisa membatasi persahabatan kalian. Cukup buat ku tahu, kamu sangat menghargai perasaan aku!"

"Makasih kak!" mereka pun tersenyum bersama

"Aku keruangan dosen, nggak apa-apakan kamu keruangan sendiri?" Hana pun mengangguk

     Kini Hana berada di depan ruangannya ketika seseorang memanggilnya.

"Apa sekarang kamu mau menghindar lagi?"

"Ritzki...!"

"Ya Ritzki, yang entah masih sahabatmu atau bukan!" jawab Ritzki dengan ketus

"Maksud kamu?"

"Kamu pura-pura nggak paham!"

     Deg, tatapan sangat tajam dari Ritzki membuat Hana merasa takut. Ia sangat yakin Ritzki sedang marah besar.

"Saya rasa ini bukan waktu yang tapat untuk berbicara, Ki" Hana berbalik untuk masuk keruangannya tapi tangan Ritzki sudah menahan pergelangan tangan Hana.

"Sakit, Ki!" Hana meringis kesakitan karena genggaman tangan Ritzki

"Ki lepasin, kasihan Hana!" Verel yang sedari tadi diam mencoba menenangkan Ritzki.

"Ello apa-apaan sih, lepasin nggak!" Tisa yang baru keluar karena mendengar suara Hana mencoba menarik tangan Hana namun genggaman Ritzki terlalu kuat membuat Hana semakin meringis.

"Lepasin dia!" mereka pun berbalik melihat pemilik suara lembut nan tegas itu.

"Kak Daniel!"

"Ini....bukan....urusan ello!" bentak Ritzki

"Kamu salah, ini sudah urusan gue. Melihat ello semarah pasti ello udah tau semuanya!" Daniel masih berusaha tenang

"JANGAN IKUT CAMPUR!!" Ritzki mendekatkan wajahnya ke Daniel yang mulai memerah karena amarah

"Dia calon istri gue!!" Kini suara Daniel mulai meninggi ketika melihat Ritzki menarik kasar tangan Hana menjauh dari mereka. "Gue nggak mau mengurusi persahabatan kalian, tapi kali ini ello udah keterlaluan!"

"DIAM....!" Ritzki berteriak membuat orang-orang sedari tadi hanya melirik sekilas ke mereka pun kini memfokuskan penglihatan ke mereka.

"Ki...." Suara Hana bergetar, ia mulai terisak. Bukan karena nyeri di tangannya tapi ini karena untuk pertama kalinya ia melihat Ritzki semarah ini. Ia paham wajar jika Ritzki marah tapi tak pernah terbayangkan jika sahabatnya bisa semarah ini.

     Melihat Hana yang mulai menangis membuat hati Ritzki sakit. Genggamannya pun melonggar dan di saat tangannya terlepas, Hana berlari meninggalkan tempat itu di ikuti oleh Daniel.

"Urusin sahabat lho yang gila ini!" Ucap Tisa ketus ke Verel.

     Tisa pun mengejar Hana dan Daniel yang menuju taman kampus. Sementara Ritzki masih terpaku di tempatnya. Ia tidak tahu kenapa ia bisa semarah ini, hingga membuatnya menyakiti Hana.

     Kini mereka sudah berada di taman belakang kampus. Tisa duduk menjauh dari Daniel dan Hana, karena Akbar menahannya tadi.

     Hana menyandarkan kepalanya di bahu Daniel. Ia mencari ketenangan yang sering ia dapatkan dari Daniel. Tanpa bersuara, Daniel memeluk tubuh Hana yang bergetar karena terisak.

"Jangan menangis, aku nggak mau melihat mu seperti ini!" Daniel semakin mngeratkan pelukannya, seakan memberi kekuatan ke Hana

     Setelah tenang Daniel mengantarkan Hana pulang. Setibanya di rumah Hana memilih tidur untuk menenangkan fikirannya. Sore hari setelah sholat ashar, Hana menuju ke kajian kampus yang rutin ia ikuti seminggu sekali. Menghadiri kumpulan ini membuat hatinya lebih tenang.

***
     Sudah beberapa hari setelah kejadian itu. Belum ada yang kembali normal. Hana memilih menjauh dari Ritzki untuk sementara waktu. Daniel pun selalu menemani Hana tidak lupa dengan Tisa dan Akbar.

     Ritzki yang masih bingung dengan tindakannya, masih merasa bersalah. Ia tidak tahu harus bagaimana untuk meminta maaf ke Hana. Dalam fikirannya akankah Hana memaafkannya. Berkali-kali Verel mebujuknya untuk mau menemui Hana, namun ia tetap enggan.

"Kenapa kamu nggak angkat atau ngebalas pesan aku!" Siha yang baru masuk kampus setelah dari bandung meluapkan amarahnya

"Gue nggak mau ribut!" Ritzki berdiri meninggalkan Siha

"Gue butuh penjelasan!" semua orang yang berada di ruangan itu memperhatikan mereka. Namun Ritzki tetap tidak peduli ia melangkah meninggalkan ruangan.

"Ello baik-baik kan!" Nadia teman dekat Siha mendekatinya

"Gue bingung ada apa dengan ritzki!"

"Sebenarnya beberapa hari yang lalau ada kejadian!" Ucap Nadia ragu

"Maksud lho!"

     Nadia pun menceritakan semuanya. Mulai dari amarah Ritzki, pertunangan Hana, hingga frustasinya Ritzki setelah kejadian itu.

***
     Dalam perjalanan menuju galeri, Hana menerima pesan dari Siha. Ia mengajak Hana bertemu. Hana pun menuju ketempat janjian mereka. Namun sebelimnya ia sudah mengirim pesan ke Daniel kalau ia telat ke galeri.

"Duduk, Han!" Hanapun duduk di hadapan Siha "Selamat ya atas pertunangan kamu" Hana menyambut tangan Siha.

"Ada apa ya kamu mau bertemu?"

"Ello pasti tahu kenapa gue manggil ello kesini!"

"Soal Ritzki" Hana mulai mengerti "Apa yang ingin kamu tahu?"

"Ello menyukai Ritzki kan?" Ucapan Siha memukul telak hati Hana namun ia tetap berusaha tenang

"Kamu benar, aku memang menyukainya. Tapi sekarang aku sudah memiliki kebahagiaanku yaitu bersama kak Daniel!"

"Ello bahagia?"

"Kenapa nggak, dia orang baik, dia tulus menyayangi aku!"

"Ello mencintai dia?"

"Aku pasti bisa mencintainya!" Jawab Hana tanpa keraguan

"Baiklah, gue hanya ingin memastikan semua itu. Gue harap ello bahagia bersamanya!"

"Terima kasih. Saya juga berharap kamu bahagia bersama Ritzki!" Siha hanya tersenyum karena ia sendiri ragu dengan perasaan Ritzki terhadapnya sekarang. Namun mendengar penuturan dari Hana membuatnya bertekad untuk mendapatakan hati Ritzki kembali.

Melawan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang