BAB VII

1K 89 7
                                    

Cinta dalam diam....

Setelah kejadian di anyer, ada rasa yang tidak biasa tumbuh di hati daniel untuk seorang hana. Namun ia belum mau mengakuinya karena, ia masih mengingat janjinya bersama senja.

Sementara disisi lain, hana yang masih berusaha menjadi sahabat baik ritzki,masih terus mendengar apa saja keluh kesah ritzki tentang apa pun termaksud soal hubungannya dengan siha.

"kenapa ya kedua manusia itu bidoh banget"akbar nyeletuk melihat daniel dan hana yang tengah sibuk dengan fikiran mereka masing-masing.

Hari ini seperti biasa daniel, hana, akbar dan tisa berada di galeri. Daniel sibuk dengan kameranya sementara hana tengah memilih fhoto yang akan mereka pamerkan di pameran fhoto nanti. Namun, semenjak mereka tiba di galeri hana dan daniel tidak bertegur sapa.

"gue malah lebih kasihan ke hana nya, tiap hari selalu jadi kambing conge dengerin ritzki cerita" tisa pun bersuara
"gimana kalau ellu and gue bantuin mereka"
"bantuin gimana??"
"kalau gue lihat-lihat kayanya daniel suka sama hana, cuman mungkin dia belum sadar atau malah pura-pura bodoh"
"mmmm.....kaya nya sulit deh, hana terlalu cinta ritzki"
"itulah gunanya ellu my baby. Nyadarin dia" setelah berfikir tisa pun mengangguk mengiyakan.

**
"kamu disini rupanya!" ritzki duduk di samping hana yag sedang menyantap makan siang bersama tisa di kantin kampus
"buntut ellu mana??" nyambar tisa yang malah dipolototin hana
"ada apa ki?"
"gue mau minta tolong ke kalian. Bantuin gue buat beri kejutan ulang tahun ke siha"
"wah ello udah ........!" belum juga tisa selesai bicara hana menyenggol bahu tisa
"emangnya kapan ki. Kalau minggu depan kayanya nggak bisa, soalnya aku sibuk di galeri"
"tiga hari lagi kok"
"baiklah aku dan tisa pasti bantu"

"wah ellu udah gila, hati lho terbuat dari apa sih!!" tisa mulai mengeluarkan unek-uneknya saat ritzki sudah menjauh
"tis, aku pernah bilang kan bahagia aku melihat ritzki bahagia. So, aku baik-baik saja"
"dasar bucin......"
" kamu maukan bantuin dia, gi mana pun kita sahabatan udah lama" hana masih mencoba membujuk tisa
"kalau bukan ello ogah gue. Tapi, ya udahlah gue mau demi ellu. Nggak mungikinkah gue ngelihat ellu kemedan tempur sendiri" merekapun saling tertawa kecil bersama.

Hari ulang tahun siha pun tiba. Semua orang sudah berkumpul di cafe tempat pesta di adakan. Tidak lama, nampak lah ritzki yang sedang menuntun siha yang matanya tengah tertutup.

"surprise....." teriak semua orang yang berada di tempat itu saat tutup mata siha dibuka.
Siha sangat bahagia dengan pesta kejutan ini. Apa lagi sema orang kesayangannya ada di tempat itu. Siha pun meniup lilin ultahnya. Setelah pemotongan kue, semua orang maju mengucapkan selamat dan memberikan kado. Kini tibalah saat di mana ritzki memberikan kado ke siha. Kado itu berisi sebuah kalung dengan liontin tertulis huruf SR. Ritzki pun memasangkan kalung itu ke leher siha dan mereka berpelukan. Mereka sangat bahagia, kecuali tisa karena ia sudah melihat hana yang tak mampu lagi menahan tangisnya.

"aku duluan ya tis"
"gue ikut"
"jangan, kamu disini saja sampai acaranya selesai. Kan nggak enak"
"tapi, gue nggak mungkin biarin ellu sendiri"
"aku nggak apa-apa, aku hanya ingin nenangin diri" hana berusaha meyakinkan tisa

Dan disinilah hana,sebuah taman dekat dari cafe tadi. Kini air mata mulai menetes dan semakin deras tanpa henti. Ia sangat bahagia melihat ritzki bahagia tapi, ia juga tidak bisa bohong hatinya terasa sakit.

"astaga, apa yang gue lakuin di sini!!!" daniel menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia sangat bingung dengan apa yang dia lakukan. Daniel yang dulu cuek dan nggak peduli dengan urusan orang kini berada di sini tempat di mana ia bisa melihat hana menangis.

Tadi saat menerima telpon dari tisa dan menedengar ceritanya, ia langsung menyambar jiket dan langsung menuju ke cafe tersebut, namun dalam perjalanan ia melihat hana yang tengah menangis di salah satu kursi taman.

Daniel berusaha meyakinkan dirinya untuk pergi, namun kakinya malah menuntunnya membawa kesamping hana dan kini ia duduk tepat di samping hana. Tangis hana makin deras, dengan ragu ia menarik kepala hana ke bahunya. Ia membiarkan hana menangis sepuasnya untuk meluapkan perasaannya.

Setelah tenang hana pun bagun dari bahu daniel.

"maaf ya kak"
"kamu udah baikan?" hana menangguk sambari menghapus sisa air matanya.

Kini mereka meninggalan taman itu. Apa lagi waktu maghrib hampir tiba. Mereka memutuskan sholat maghrib di masjid yang mereka lewati. Setelah sholat merekapun makan dia pinggir jalan. Hana makan sangat lahap.

"baru tahu gue, nangis buat orang kalaparan" canda daniel, di balas senyum masam hana

Setelah makan, daniel mengantarkan hana pulang. Kini mobil daniel berhenti tepat di depan rumah hana.

"apa gue boleh ngomong? Daniel memberanikan diri. Sedari tadi dalam perjalanan dia mencoba meyakinkan diri.
"mmmm..."hana mengagguk dan menatap ke arah daniel. Nampak wajah serius daniel menatapnya.
"apa....ellu bisa berhenti menangis karena dia? Ini sudah kesekian kalinya gue ngelihat ellu nangis karena dia. Dan...... Aku tidak suka it"
"kak daniel...."
"gue sadar, itu bukan urusan gue. Tapi, suatu saat itu akan jadi urusan gue kalau gue lihat ellu nangis karena dia lagi"
Hana sangat terkejut dengan apa yang ia dengar, banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam fikirannya.

" nggak usah mikir yang macam-macam, sekarang turun lalu istirahat"

Hana pun turun dan daniel kembali melajukan mobilnya..

Melawan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang