Hyunbin kini sedang berdiri di depan balkon sambil menatap sendu kearah langit. Dia sengaja memisahkan diri dari saudara-saudaranya, dia tidak ingin mereka sedih melihatnya seperti ini.
"Papa, Mama, maafin Mbin ya gak bisa masuk final..." Lirihnya.
Air mata mengalir dengan deras di pipinya. Sungguh dia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya yang selalu mendukungnya selama ini.
"Mbin udah berusaha sekeras mungkin, tapi..." Hyunbin tidak bisa melanjutkan kata-katanya.
"Hiks... Hiks... Kurang Mbin apa sih..? Mbin udah nyoba jadi vocalist, bisa ngerap juga, tampil di panggung besar juga udah 4 kali. Tapi kenapa..."
Hyunbin mengusap kasar wajahnya. Dia sedih, sangat sedih. Tapi mau bagaimana lagi? Dia sudah keeliminasi dari program yang diharapkannya untuk meraih kesuksesan.
"Hyunbin..."
Suara lembut di belakangnya membuat Hyunbin berhenti menangis.
Sang mama memeluk Hyunbin dari belakang untuk menguatkan hati putra kecilnya itu. Dia sangat tahu jika putranya memiliki hati yang sangat rapuh, tapi Hyunbin selalu menutupinya dengan keceriaan di wajahnya.
"Mama..." Hyunbin membalikkan badannya dan memeluk Sowon. Pertahanannya hancur dan memilih menangis dengan keras di dalam pelukan sang mama.
"Kamu sudah bekerja keras, sayang. Mama bangga." Sowon mengusap rambut putranya. "Gak usah sedih lagi ya?"
"Tapi Mbin gak lolos, Ma..."
"Gak lolos bukan berarti akhir dari segalanya, Bibin. Coba lihat Minguk sama Bang Kaho, mereka tetap tersenyum dan tidak patah semangat. Kalau memang takdir kamu bukan disitu, yaudah mau diapain lagi? Masih banyak jalan menuju kesuksesan, Bin. Jangan terlalu fokus pada satu jalan dan berhenti karena hambatan yang besar menghalanginya."
Hyunbin melepaskan pelukan Sowon dan menatap wajah sang mama. "Kak Doyie, Bang Alin sama Wony pasti kecewa sama Bibin..."
"Kata siapa? Mereka dari tadi khawatirin kamu terus loh di bawah. Mereka mau nyamperin kamu ke sini, tapi mereka tahu kalau kamu butuh waktu sendiri."
"Maafin Bibin udah bikin mama kecewa ya..." Lirih Hyunbin.
"Kamu gak pernah bikin mama kecewa, Bin. Mama sangat bangga punya putra sepertimu. Mama sayang sama kalian semua." Sowon mengusap air mata yang tersisa di pipi Hyunbin. "Jangan nangis lagi ya? Nanti mama ikut sedih. Ayo senyum dong."
"Bibin sayang mama." Hyunbin tersenyum lalu memeluk Sowon lagi.
Sowon menepuk-nepuk pelan punggung putra bungsunya. Tidak ada kesedihan di wajahnya, dia harus tersenyum karena Hyunbin membutuhkan semangat darinya.
"Aduh putra kesayangan papa. Sini papa peluk."
Seokjin menghampirinya dan memeluk mereka berdua. Jarang sekali Hyunbin menangis seperti ini, biasanya dia yang selalu menenangkan saudara-saudaranya jika terlibat masalah.
"Papa... Maafin, Bibin ya?"
"Kamu gak salah kok. Kamu sudah melakukannya dengan baik. Menang dan kalah itu hal biasa, Bin. Gak usah terlalu larut dalam kesedihan." Nasihat Seokjin.
"Tapi Mbin gak bisa jadi kayak—"
"Stt. Udah-udah. Lagian masuk grup itu juga gak bikin kamu pasti sukses terus, Bin. Bumi selalu berputar, bisa diatas dan dibawah, begitu pun manusia. Coba lihat Kak Sihyeon, dia juga keeliminasi dari program tersebut, tapi sekarang sukses tuh. Bahkan dia dua kali ikut acara begituan. Jadi kamu jangan terlalu terpaku harus lolos ke dalam acara ular itu." Ucap Seokjin blak-blakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unique Kim's ; jin sowon
Short StoryIni cerita tentang Keluarga Kim yang random semua sifatnya. #1 in Sihyeon [8-7-2019] #1 in Kimhyunbin [3-4-2020]