X E I Z R A | 1

889 21 6
                                    


"Maya. Semuanya jelas tiada nyata. Mengapa? Tanyakan saja pada mereka yang tak sedikitpun memberi jawaban atas tuntutan lara yang saya rasa "

-Xeila Alleanza

Bugh!

"Arghh,"

Bugh!

Plak!

Dug!

Gadis itu bergetar ketakutan melihat manusia manusia saling menghajar satu sama lain dengan membabi buta.

Dengan kaki bergetar nya, dia berlari ke arah kerumunan manusia yang bahkan sampai ada pertumpahan darah.

Sret

Dia menarik seseorang untuk menghentikan perkelahian ini.

"B-berhenti.. Saya mohon berhenti.."

Mata nya melebar saat pergelangan tangan nya ditarik seseorang.

Bug!

Deg!

Wajah nya bertubrukan dengan dada pria itu.

Mendongak sedikit dan menatap nya takut takut.

"L-lepas kan..."

"Lo ngapain? Ganggu aja!" ketus lelaki itu.

"M-maaf.."

"Pergi sana!"

"Eh, jangan gitu Az! Tanya baik baik," sahut salah satu teman lelaki tadi.

Yang menyahut mendekat dan tersenyum, "Adek manis, kamu ngapain?"

"Cih, kayak om om," cibir salah satu pria lagi.

"Diem lo!" dia tersenyum lagi saat mendapati gadis tadi masih ketakutan, "Nama kamu siapa?"

"Saya... Xeila Alleanza."

"Kenalin. Aku Arwan Axelle, biasa di panggil--"

"Wawan." sela lelaki tadi masih dengan nada ketus.

Perlahan, bentuk bulan sabit melengkung di bibir gadis manis itu, "Saya pergi dulu. Kalian.. Jangan berkelahi lagi,"

"Enak aja mau main pergi! Gara gara lo kita gak menang!" protes lelaki tadi.

"M-maaf.. Saya gak bermaksud ganggu kalian.. Saya hanya takut.." lirih nya.

"Gue maafin, dengan satu syarat."

"A-apa?"

"Gue antar pulang. Gak terima penolakan. Gue Azra,"

Azra langsung menarik tangan Xeila ke arah motornya terparkir.

"S-saya bisa pulang sendiri, kamu enggak perlu repot nganterin saya pulang, makasih." ujar gadis itu ketika sampai di motor Azra .

"Lo tuli? Gue bilang tadi gak terima penolakan. Dan sekarang pun masih berlaku, gak usah aneh aneh buruan naik," dengan mulai menyalakan mesin motornya.

"Buruan naik atau lo kenapa napa gara gara mereka yang tadi," tambahnya.

Baru dua langkah ingin meninggalkan Azra, namun ketika mendengarnya, gadis itu kembali berbalik seketika karena ketakutan bukan main. Ya, gadis itu benci perkelahian.

"Saya mau pulang sama kamu," ujarnya pasrah.

Tanpa disadari Xeila, Azra tersenyum kecil mendengar ucapan gadis itu, gemas. Namun dengan segera dia menetralkan wajahnya lalu berubah menjadi Azra yang seperti semula, datar kepada lawan jenisnya.

XEIZRA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang