X E I Z R A | 2

354 15 1
                                        


"Gue mau pulang!" teriak seorang gadis dengan menyentak tangan kekar seorang pria yang menahan lengannya.

Parkiran saat itu sedang sepi sepinya. Karena bel pulang sekolah yang sudah berbunyi sekitar 20 menit yang lalu.

Namun bertepatan dengan langkah Xila ingin menuju ke gerbang samping sekolah, gadis itu menangkap sahabatnya yang tengah berteriak kepada pria yang diketahuinya adalah— mantan sahabatnya.

Refleks Xila menuju ke arah perdebatan kedua manusia itu, dengan niatan membantu sahabatnya.

"Dengerin penjelasan gue dulu Ping! Gue mohon, semua yang lo lihat enggak seperti yang lo fikirin.." ujar pria itu sembari memelankan nada suaranya, mencoba bersabar.

"Apalagi yang perlu gue dengerin Rav! Gue bahkan enggak sudi buat liat wajah lo lagi! Tapi apa?! Lo sekarang malah dengan santainya nampakin muka lo depan gue! Maksud lo apa hah?! Belom puas lo khianatin gue sama cabe pasaran lo?" pria yang diketahui bernama Ravi itu hanya tertunduk lesu, tidak berani menatap manik mata mantan gadisnya tersebut.

Mata yang menyiratkan luka mendalam dengan berbalut rasa kecewa akan kekasihnya, ya. Gadis itu telah dikhianati oleh Ravi, pria yang dia percaya sebagai tempat menaruh hati, tempat menaruh rasa, tempat menaruh kepercayaan. Runtuh sudah semuanya.

"Pingga.." lirih gadis itu sembari menetralkan rasa gugupnya, hanya dengan perdebatan pun bisa membangkitkan rasa takutnya. Lebay, memang. Tapi gadis itu sungguh tidak bisa menghadapi selaga sesuatu dengan bentuk pertikaian. Fisik maupun lisan.

"Xila, lo masih disini?" Gadis yang bernama Pingga itu sedetik kemudian merubah raut wajahnya kembali dengan santai. Berbeda dengan tadi yang sudah kesetanan karena amarah kepada mantan kekasihnya itu.

"Kalian jangan berantem lagi, enggak baik," ujarnya pelan masih dengan perasaan yang sedikit takut.

"Kita enggak berantem kok, udah yuk gue anter pulang. " ujar Pingga sembari menarik lengan Xila untuk menuju ke arah mobilnya terparkir.

"Enggak usah cari masalah dengan nemuin gue lagi. Atau lo enggak akan pernah dapet maaf gue selamanya" ketus Pingga berbisik kepada Ravi sebelum meninggalkan pria itu.

"Gue emang brengsek Ping, cewek se baik lo enggak pantes buat gue. Maaf.." lirih pria itu dengan kedua mata yang memandang mobil Pingga mulai melesat menjauh dari area sekolah.

***

"Lets kil dis lov..." teriak Keno dengan Bintang bebarengan mengikuti barisan lirik yang terpampang di macbook milik Dipta.

"Yeyeyeyeye. Duk tak dungtak. Rapopopopopopo," tambah Arwan sembari meliuk liukkan pinggangnya dengan tangan yang mengambang ke atas, menirukan gerakan dari personil idol grup tersebut.

"Bego lo pada." celetuk Nata datar .

Azra yang sedari tadi terkekeh geli melihat tingkah sahabat sahabatnya yang tidak pernah waras. Sedangkan si pemilik macbook yang memilih untuk membaca novel terjemahan di kasurnya.

Siang ini, inti monochrome—yang terdiri dari Azra, Dipta, Bintang, Nata, Keno dan Arwan tengah berkumpul di rumah Dipta, dengan niatan ngadem ac. Padahal di setiap rumah mereka tidak ada yang kekurangan ac. Gila memang. Dasar.

"Hit ju wit dad dududu." koar Bintang lagi.

"Yeyeyeyeye... Tung tak tung tak... Rapapapapapapa... Yeahhhh!" sambung Arwan dengan kedua tangan di bentuk seperti menembak.

XEIZRA [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang