Epilog

48 14 21
                                    

Oleh, Ayu Hasmayanti | nvmbriana

Setelah hari yang begitu sulit, senja akhirnya mampu bangkit dari keterpurukannya. Keterpurukan yang membuatnya harus merasakan kesakitan mental yang berujung pada depresi. Dan pada akhirnya senja tahu bagaimana rasanya di rawat di rumah sakit jiwa. Iya rumah sakit jiwa, suatu tempat yang mungkin bagi beberapa orang itu sangat mengganjal untuk di dengar, apalagi jika ia mengidap penyakit gangguan mental.

Mungkin hari hari kejam itu bisa saja membunuh senja, namun pada saat yang sama fajar selalu ada di samping senja. Fajar selalu mendampingi senja, bahkan saat senja di rawat di rumah sakit. Fajar bahkan membantu senja agar bisa sembuh dari penyakit gangguan mentalnya. Yang akhirnya senja benar-benar bisa sembuh dari penyakitnya.

"Senja?" Fajar melambaikan tangannya pada seorang gadis yang kini tengah melamun menatap langit sore.

"Hah? Iya Fajar?" Ucap Senja tersadar dari lamunannya.

"Kenapa?" Tanya Fajar lembut seraya menatap lekat manik mata Senja.

"Ngga papa kok. Langitnya indah."

"Kaya kamu." Ucap Fajar menggoda.

"Ihh apa sih Fajar." Senja mencubit perut Fajar pelan.

"Balik yuk udah sore." Senja mengangguk tanda setuju.

Mereka berdua pun akhirnya pulang. Sembari di temani oleh sinar jingga yang juga kian meredup. Namun senja yang ini tak akan pernah redup, karena fajar akan selalu hadir untuk menopangnya, kapan pun itu.

***

Hari ini adalah hari yang sangat di tunggu-tunggu oleh senja. Hari ini adalah hari kelulusannya pastinya, setelah perjuangan panjangnya selama 3 tahun di SMA. Selama itu pun banyak cerita yang terwakili di dalamnya. Selama 3 tahun itu, senja mengalami banyak pelajaran hidup termasuk merasakan betapa kejamnya kehidupan itu. Namun senja berhasil melaluinya dengan sangat baik.

Karena hari ini adalah hari kelulusannya, maka senja pun datang di temani oleh keluarganya. Namun satu hal yang belum lengkap, sayang ayahnya masih belum bisa hadir di sini. Namun senja berharap saat waktu itu datang, ayahnya bisa hadir di sampingnya. Memberikannya semangat, serta hal lainnya juga.

"Cie, yang udah lulus." Ujar Bara kepada senja

"Kak Bara jangan gitu ih, senja kan jadi malu."

"Iyadeh, maafin kakak yah."

"Iya iya, senja maafin. Tapi nanti kak Bara ajak senja jalan jalan yah, kemana aja deh."

" Iya iya, nanti kak Bara ajak senja deh."

Tak terasa garis senyuman itu pun terukir di bibir ranumnya. Mengapa tidak, momen seperti ini sudah dari lama senja nanti-nantikan. Sejak kasus ayahnya mulai merambah kemana-mana, keluarganya pun menjadi tidak akur, bahkan kakaknya sendiri sering melampiaskan kemarahannya dengan pergi ke club malam.

Namun dengan berlalunya hari-hari sulit itu, keluarganya pun mampu bangkit lagi. Bahkan humor-humor kecil  semakin sering menghiasi keluarga itu. Dan kakaknya sendiri sudah jarang ke tempat itu lagi, atau bisa di katakan tidak pernah lagi.

"Calon menantu mama mana, kok ngga keliatan dari tadi?"

Jleb... kalimat itu berhasil membuat senja meleleh, bahkan ingin melompat setinggi-tingginya. Namun jika senja benar-benar melakukan itu, teman-temannya mau bilang apa coba.

"Fa... Fajar maksud mama?" Tanya senja malu.

"Iya, siapa lagi coba. Emang ada yang lain," goda Sahara kepada senja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fajar untuk Senja (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang