Ariel masih menangis meratapi nasib hidupnya di kamarnya sendiri. Kenapa tuhan begitu jahat padanya, begitu mungkin isi pikiran Ariel saat ini. Ia hanya menginginkan satu hal yaitu kakaknya bisa kembali seperti dulu. Ia merindukan sikap manis sang kakak kepada dirinya.
"Kakak, aku merindukanmu" Gumam Ariel sambil terisak. Ia begitu sedih malam ini. Biasanya ketika ia menangis seperti ini, kakaknya pasti hadir dan menenangkannya. Tapi sekarang kakak yang selalu menenangkannya itu adalah penyebab dari air matanya sekarang.
"Ibu, ayah kenapa kalian meninggalkanku? Apa kalian sudah tidak sayang kepadaku karena aku hanyalah anak angkat?" Mengingat dirinya adalah anak angkat, air mata Ariel kembali mengalir deras.
"Tunggu, apa mungkin penyebab sikap kakakku seperti ini adalah kenyataan bahwa aku adik angkatnya?" tanya Ariel kepada dirinya sendiri. "Yah mungkin itu penyebabnya" Gumamnya lagi.
Ariel keluar dari kamarnya lalu menghampiri sang suami di meja makan. Ini sudah jam 12 malam dan Nathan baru makan? Pasti Nathan saat ini sedang kelaparan. Begitu pikiran Ariel.
"Kakak, kau pasti sibuk yah sampai lupa makan?" Tanya Ariel peduli. Namun, pertanyaannya itu tak kunjung mendapat jawaban dari suami.
"Kakak, bisakah kita kembali seperti dulu?" Tanya Ariel dan kali ini pertanyaannya mendapatkan perhatian dari Nathan. Nathan menghentikan suapan dari makanannya lalu menatap sang adik. "Apa kau mau aku ceraikan?" Tanya Nathan dan sontak mata Ariel membulat terkejut.
"Apa? Ka.. Kakak ingin menceraikanku?" Tanya Ariel gagap karena terlalu terkejut. Nathan mendecih lalu kembali melanjutkan makannya. "Kakak" Panggil Ariel meminta jawaban.
"Kau kan yang menginginkannya" kata Nathan lalu menyuapi nasi ke dalam mulut seksinya.
"Kapan aku mau kak?" Ariel sungguh tak percaya dengan apa yang di katakan oleh sang kakak. Mana mungkin Ariel ingin berpisah dengan Nathan, itu hal yang tidak mungkin karena Ariel terlalu mencintai Nathan.
"Tadi kau bilang ingin kembali seperti dulu berarti kita kembali ke ikatan adik kakak bukan suami istri. Nah untuk menghilangkan ikatan suami istri itu maka aku pasti menceraikanmu kan?" Kata Nathan santai, bertolak belakang dengan keadaan Ariel saat ini.
"Bukan itu maksudku kak, aku mau sikap kakak kembali seperti dulu lagi. Kakak dulu selalu memanjakanku" Kata Ariel sedih campur geram. "Sayangnya itu tidak akan pernah terjadi, karena kau mengecewakan kakak" Kata Nathan lalu bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja padahal ia belum menyelesaikan makannya.
"Apa karena aku bukan adik kandung kakak sehingga kakak MEMBENCIKU" Ariel menekan kata terakhirnya. Entah mengapa akhir akhir ini Ariel menjadi cengeng.
Deg
Seketika Nathan menghentikan jalannya ketika suara indah Ariel tertangkap oleh gendang telinganya. Ia berbalik dan menatap Ariel dan berkata "Aku tak pernah membencimu"
"Lalu kenapa sikap kakak seperti itu? Kakak, ini bukan kesalahanku. Aku juga terpukul dengan kenyataan itu" Kata Ariel sedikit berteriak. Ia hanya ingin kakaknya mengerti dan kembali seperti dulu.
"Terpukul? Kau yakin?" Tanya Nathan sambil memperlihatkan smirknya.
"Maksud kakak?" Tanya Ariel bingung.
"Bukannya kau mencintaiku? Jadi, aku yakin kenyataan itu tak membuatmu terpukul tapi malah membuatmu ingin terbang ke langit" Kata Nathan memandang Ariel dengan tatapan meremehkan. Melihat tatapan itu membuat hati Ariel seakan akan teriris, tatapan itu seperti mengatakan bahwa dirinya hanyalah wanita murahan yang tak tau diri.
"Aku tak begitu kak" Kata Ariel membela dirinya. Astaga perkataan kakaknya sungguh menyinggung hati Ariel.
"Terserah" Nathan kembali berjalan melanjutkan tujuannya yang tertunda tadi.
....
Hari ini, Ariel sedang berada di toko kuenya. Tapi bukannya bekerja ia malah melamun di kursi pembeli. Entah apa yang di lamunkan oleh gadis berumur 20 tahun itu.
"Kau kenapa?" tiba-tiba sebuah suara mengagetkan Ariel yang tengah asik melamun. "oh astaga" Kaget Ariel. Ia mengalihkan pandangannya kepada sang empunya suara tersebut.
"Farrel" Ariel setengah berteriak saat melihat sahabatnya itu. "Kau kenapa selalu mengagetkanku?" Tanya Ariel kesal.
"Kau saja yang selalu melamun" Cibir Farrel. Sedangkan yang di cibir hanya memutar bola matanya malas. "Kenapa kau kesini?" Tanya Ariel.
"Hanya ingin melihatmu" Jawab Farrel sambil tersenyum.
"Hm? Untuk apa melihatku?" Tanya Ariel heran. "Memang salah ingin melihat sahabat sendiri? Aku rindu padamu jadi aku datang ke sini" Jelas Farrel dan mendapatkan anggukan dari Ariel.
"Bagaimana pernikahanmu? Apa kau bahagia?" Tanya Farrel. Ariel yang di tanya terdiam sesaat. Ia bingung apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya kepada Farrel?
"Pernikahanku baik baik saja. Aku bahagia kok. Jangan khawatir" Ariel terpaksa berbohong karena tak ingin merepotkan sahabatnya dan juga tak ingin nama baik kakaknya buruk di mata Farrel.
"Baguslah kalau begitu" Farrel senang mendengarnya walaupun sebenarnya di hati terdalamnya ia kecewa karena Ariel tak dapat ia miliki. Ia tidak mau egois, ia juga harus bahagia karena saat ini Ariel bahagia. Bukankah cinta itu adalah melihat kekasih kita bahagia walaupun kita bukanlah alasan ia bahagia.
"Cinta itu rumit yah dan tak terduga" gumam Farrel. "Hmm kau benar" Ariel sepemikiran dengan Farrel. Cinta itu memang tak terduga, contohnya saja Ariel yang jatuh cinta kepada Nathan yang saat itu statusnya adalah kakak kandungnya dan contoh lainnya Farrel yang jatuh cinta kepada sahabat masa kecilnya.
"Apakah salah jika kita mencintai seseorang?" Tanya Farrel kepada Ariel. Ia hanya ingin memancing Ariel, ia ingin meminta izin kepada sahabatnya itu.
Ariel berpikir sejenak lalu menggelengkan kepalanya. "Sama sekali tidak, mencintai itu adalah hak kita jadi kita berhak mencintai siapa saja tanpa terkecuali. Dan rasa cinta itu bukan kehendak kita tapi kehendak tuhan" Kata Ariel berpendapat.
"Berarti aku boleh dong mencintaimu?" Tanya Farrel lalu tersenyum jahil. Sedangkan yang di tanya hanya membelalakkan matanya terkejut.
![](https://img.wattpad.com/cover/193956589-288-k925795.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My last love
Romancekadang kita terlambat menyadari perasaan cinta yang ada di hari kita. dan ketika kita menyadarinya, kita sudah kehilangan sosok yang kita cintai. Itu sungguh menyakitkan... Nathan Reynald seorang Ceo dari perusahaan terkenal di negaranya harus meng...