6. Berubah

3 0 0
                                    

Pagi ini adalah pagi yang berbeda buat seorang Ariel. Pagi ini ia sudah bukan nona reynald tapi sudah menjadi nyonya reynald. Oh iya mereka berdua tidur di kamar yang terpisah. Ariel mengerti mungkin kakaknya masih merasa kehilangan sehingga tak mau di ganggu.

Pagi ini Ariel bangun pagi pagi untuk memasakkan sarapan buat kakak tercintanya. Ia terlihat lincah di dapurnya, ia sungguh bersemangat hari ini saking semangatnya tangannya teriris pisau saat memotong tomat.
Ia meringis kesakitan lalu memasukkan tangannya kedalam mulutnya sendiri.

"Harusnya aku berhati-hati" Gumamnya sendiri. Ia kemudian mencari kotak p3k lalu mengambil plester untuk menutupi lukanya.

"Oh tidak ikanku gosong" ia segera berlari ke kompor lalu mematikannya. Sungguh pagi ini keberuntungan Ariel tidak ada sama sekali.

"Astaga, aku harus menggoreng ulang" gumamnya lalu membuang ikan gosong tadi ke tong sampah dan memulai menggoreng ikan baru lagi.

Setelah sejam di dapur, akhirnya masakan yang di masak susah payah oleh Ariel terselesaikan. Ia nampak senang ketika melihat masakannya sudah tertata rapi di meja makan.

"Kakak!?" Panggil Ariel saat melihat kakaknya yang sudah rapi dengan setelan jasnya.

"Ada apa?" Ariel terkejut dengan sikap dingin yang di berikan Nathan kepadanya. Oh ayolah selama ini Nathan tak pernah bersikap dingin kepada Ariel. Ariel berusaha positif thinking, mungkin Nathan masih terpukul atas kepergian ibunya.

"Sarapan dulu kak, aku membuatnya dengan susah payah" Kata Ariel sambil tersenyum tulus.

"Tidak usah, aku akan sarapan di kantor. Dan ingat jangan memasak lagi" Kata Nathan lalu segera berjalan meninggalkan Ariel yang masih mematung tak percaya dengan kakaknya. Nathan dulu tak pernah menolak Ariel lalu apa yang terjadi sekarang. Hati Ariel sungguh sakit karena mendengar tolakan dari sang suami.

"Kak, makanlah sedikit saja" Pinta Ariel dengan suara memohon. Ia tidak mau semua usahanya pagi ini sia sia begitu saja.

"Aku tidak suka berkata dua kali" kata Nathan sambil terus berjalan menjauhi Ariel, Dan kali ini Nathan benar benar sudah menghilang di balik pintu rumah yang bak istana tersebut.

"Kenapa kakak berubah?" Gumam Ariel. Tak terasa satu tetes air matanya jatuh membahasi pipi mulusnya.

"Semua yang ku lakukan sia sia" Kali ini air matanya mengalir dengan deras ketika melihat makanan yang sudah tertata rapi di meja.

"Nyonya kenapa?" tanya Bi siti selaku asisten rumah tangga di situ. Ariel segera menghapus air matanya lalu tersenyum menatap bi siti "Tidak apa apa bi, mataku tadi kelilipan. Oh iya kalau bibi mau makan, makan aja masakan Ariel. Panggil juga pak joko biar makanannya gak mubazir" Kata Ariel.

"Baik nyonya" Kata Bi siti.

"Saya mau ke toko kue dulu, jaga rumah ya bi" Kata Ariel dan di balas anggukan oleh bi siti. Ariel segera pergi ke kamarnya untuk mengambil barang seperlunya.

....

"Kau sudah tidak apa apa?" tanya Niken ketika ia melihat Ariel datang ke toko kue.

"Iya kak" Kata Ariel dengan senyum terpaksa.

"Jika kau masih sedih seharusnya kau tidak usah datang dulu. Tentang toko ini percayakan saja padaku. Aku tak akan membuatmu kecewa" Kata Niken perhatian kepada Ariel. Ariel tersenyum tulus lalu menjawab "Aku sudah tidak apa apa kak, jangan khawatir"

"Baiklah, kalau begitu ku antar ke ruanganmu yah?" Tawar Niken dan di balas anggukan oleh Ariel.

Setelah sampai di ruangannya, Ariel langsung mendaratkan bokongnya di kursi kekuasaannya itu. Ia menghela nafas frustasi. "Kau ada masalah?" Tanya Niken karena ia tau maksud dari helaan nafas itu.

"Kak, aku merasa kakakku berubah" kata Ariel dan tanpa ia sadari air matanya jatuh. Niken yang melihat air mata itu langsung melapnya segera. "Mungkin hanya perasaanmu saja riel"

"Entah lah kak, hati ku sungguh sakit jika dia menolakku" Kata Ariel sedih dan air matanya jatuh kembali.

"Apa dia marah kepadaku? Karena aku mencintainya?" Tanya Ariel. Niken yang mendengar perkataan Ariel sontak menggelangkan kepalanya. "Tidak mungkin ia marah kepadamu, dia itu menyayangimu. Nathan mungkin masih terpukul karena kepergian ibu kalian, jadi maklumi dia. Tunggulah beberapa hari pasti sikapnya akan kembali normal" kata Niken menenangkan Ariel.

"Kau ada benarnya kak, terima kasih" Kata Ariel lalu memeluk Niken dengan sayang. "Sama-sama" Niken juga membalas pelukan Ariel.

...

Malam harinya, Ariel sedang menunggu kepulangan Nathan, suaminya. Hari ini, tumben Nathan pulang terlambat. Ini sudah jam 11 malam tapi Nathan belum menunjukan batang hidungnya sedikit pun. Hal itu membuat Ariel khawatir, ia takut Nathan mengalami masalah di jalan.

"Kak Nath mana sih? Kenapa lama sekali?" Tanya Ariel kepada dirinya sendiri. Ia sedari tadi tidak bisa duduk diam, ia sangat khawatir terhadap kakaknya.

"Apa dia lembur? Tapi kenapa tidak memberitahuku?" Ariel menghela nafas frustasi. Ini sudah malam tidak mungkin ia pergi mencari kakaknya.

Di tengah kepanikan Ariel, Nathan datang dengan tampang tak penuh dosa. Ia malah langsung melewati Ariel yang sedari tadi gelisah menunggu kepulangannya.

"Kak, kau dari mana saja?" Tanya Ariel, mengikuti Nathan dari belakang. Nathan tak menjawab pertanyaan Ariel, ia terus saja berjalan tanpa terganggu dengan Ariel yang mengikutinya.

"Kakak, kenapa kau mengabaikanku?" karena emosi Ariel langsung menahan tangan kakaknya itu. "Lepaskan" Dengan kasarnya Nathan menepis tangan Ariel lalu berjalan kembali menuju kamarnya. Sedangkan Ariel yang mendapat perlakuan kasar kakaknya hanya mematung tak percaya, lagi. Ada apa dengan kakaknya, ini pertama kali Nathan, ia berlaku kasar kepadanya.

Tak terasa satu tetes air mata jatuh dari kelopak matanya. Sungguh sakit rasanya jika di abaikan oleh orang yang kita cintai. Namun, kita tidak bisa langsung membencinya bukan? Karena cinta adalah perjuangan.

"Kenapa kakak berubah? Apa salahku?" Kata Ariel sambil terisak menangis. Ia menutup mulutnya menahan isakan yang keluar dari mulut indahnya.

Sedangkan di dalam kamarnya, Nathan juga sedang meneteskan air mata. Ia tidak tau kenapa sikapnya seperti itu kepada adiknya. Hatinya menolak, tapi pikirannya memerintahkan sikap itu.

"Ini semua karena ulahmu sendiri dek. Kau bersalah karena telah mencintaiku padahal aku sangat menyayangimu. Kau adikku satu satunya. Andai kau tidak mencintaiku ini semua tak akan terjadi" Gumam Nathan.

My last loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang