3: We Just Us

75 13 5
                                    

"Junho!"

Yujin mengerjap tak percaya. Di depannya sekarang, hal itu terjadi lagi. Ia menutup mulutnya menahan tangis.

"Jauh-jauh lo!" Junho segera menarik diri dari cengkraman orang-orang yang menahan dirinya.

Orang-orang tak berniat meninggalkan gedung bioskop dan mulai mengerumuni mereka. Atmosfer di sini udah nggak karuan. Yujin malu dan kecewa banget sama sikap Junho yang udah melampaui batas.

Tadi saat film selesai dan lampu dinyalakan, Junho mendapati seorang laki-laki tengah tertidur sembari menyender pada pundak Yujin. Dan yang membuat Junho makin emosi adalah Yujin hanya diam seolah membiarkan stranger itu.

Tanpa banyak pikir, Junho langsung menarik kerah baju si stranger dan mendorongnya cukup brutal. Tentu saja stranger itu membalas karena merasa dipermalukan tidak jelas.

Yujin berusaha menjelaskan bahwa yang Junho simpulkan itu salah. Tapi ini adalah Cha Junho. Ia lebih percaya dengan pemikirannya sendiri, apalagi ia melihatnya secara langsung.

"Kamu kesurupan ya?" cicit Yujin yang sudah berlinang air mata.

Junho menunduk dalam, mengembuskan napas berkali-kali untuk meminimalisir rasa kesal dan marahnya. Jujur saja, ia nggak bisa marah barang sedetik pun terhadap Yujin. Andaikata Yujin melakukan kesalahan pun, Junho pasti akan mencari kambing hitam untuk disalahkan.

Setelah suasana mulai tenang karena stranger itu mengalah dan meninggalkan ruangan, Yujin mengajak Junho untuk pulang. Dengan jemari yang saling bertautan, mereka berjalan beriringan keluar dari ruangan memalukan ini.

Ah, sumpah. Yujin malu banget.

Di luar mereka disambut dengan respon orang-orang yang nggak enak untuk didengar. Rasanya Yujin mau lakban mulut mereka satu-satu. Masalahnya Junho ini sumbunya pendek banget. Gimana kalo dia bikin keributan lagi? Siapa yang malu? Ahn Yujin, lah.

"Maaf ya," ucap Junho sesampainya di basement mall. "Tapi emang dia salah sih, jadi aku tarik lagi kata maafnya."

Yujin cuma bisa sabar dan berusaha ikhlas dengan semua hal yang terjadi hari ini. Pokoknya dia mau buru-buru pulang. Mau nyiram kepala pake air es, biar adem.

Atau harusnya Junho yang disiram air es? Sekalian disuruh berendam. Biar dingin sekalian.

"Aku mau ngasih tau," Yujin menghirup napas dan mengembuskannya kasar. "Cowok tadi tuh, lagi nyari hapenya yang jatuh di sela-sela bangku."

Junho yang semula menunduk langsung menoleh heran. Masa, sih? Orang jelas banget kok kalo cowok tadi itu naroh kepalanya dibahu Yujin.

"Oke," Junho mengangguk.

"Oke?" Yujin mengernyit. "Oke apanya? Kamu harus minta maaf, Cha Junho."

"Aku gak salah!"

Yujin menggeram kesal. Batu banget sih?

"Kamu tuh jelas salah!" kilah Yujin nggak mau kalah.

Junho nggak ngerespon. Ia yang semula berdiri di bagian kiri mobil, berjalan memutari dan masuk ke kursi kemudi. Ia mengambil sesuatu dari dashboard.

"All you can eat?"

"HAH, dasar orang gila!"

Dua buah kupon makan gratis berhaskl mengakhiri perdebatan mereka kali ini dengan damai.










Di dunia ini, Yujin cuma merasa dekat dan percaya pada dua orang. Ini yang di luar ikatan darah, ya! Alias orang asing, yaitu,

Minhee dan Junho.

Yujin nggak bisa ngurutin mana yang pertama atau yang kedua, karena mereka beneran sama pentingnya. Walaupun keduanya suka bikin Yujin naik darah.

Dulu waktu kecil, Yujin sering ngajak Minhee buat nginep di rumah sambil main tenda-tendaan di halaman belakang. Atau nggak, naik sepeda keliling komplek sekalian jajan es potong.

Ya, itu dulu.

Sekarang Yujin lebih sering sibuk sama dunianya, apalagi setelah kenal Junho. Tapi syukurlah, Minhee masih sudi menampung Yujin ketika gadis itu galau atau lagi ada masalah.

Gimana, ya, pokoknya Yujin lebih sering bareng Junho, tapi nggak pernah seterbuka kayak dia ke Minhee. Lagipula, Junho nggak pernah bahas sesuatu yang lebih menyangkut privasi. Jadi ya udah, Yujin juga nggak mungkin tiba-tiba curhat masalah pribadi.

"Ih, itu hoodie kamu kena saos!" Yujin gemas sendiri lihat Junho yang makannya kayak anak bayi.

Junho cuma ngambil tisu dan nempelin ke bagian yang kena saos, kemudian kembali fokus pada makanannya. Lihat kan, mirip bocah banget?

Tanpa pikir panjang, Yujin menarik lengan Junho lalu menggulung lengan hoodie-nya sampai atas sikut secara bergantian. Kalo nggak gitu, Junho bakalan tetap ngotorin hoodie dan Yujin bakal terus kepikiran karena greget.

"Nah gitu kan ganteng."

"Rapih kali, bukan ganteng," sahut Junho nggak bisa diajak bercanda. Ya udah, terserah Kang Mas aja.

Setelah nambah dua kali, akhirnya Yujin tepar juga. Dia lagi buka instagram sekalian nunggu perutnya lapar lagi. Sayang banget dapet gratisan malah makan dikit, pikirnya gitu.

"Instagram kamu jarang dimainin, ya?" tanya Yujin saat sadar tiga postingan terakhir belum Junho like.

Yang ditanya ngangguk, "gak ngerti juga lagian."

"Ih orang gampang banget gitu-gitu doang. Siniin hape kamu," Junho memberikan ponselnya yang memang daritadi tergeletak nganggur di atas meja.

Girls will be girls. Kayaknya udah auto ngelakuin ini kalo ke akun instagram orang. Yap, memberi love ke setiap postingan yang belum disukai.

"Nih, makasih."

Junho nggak terlalu mikirin ponselnya abis diapain. Tapi malah salah fokus ngelihat detail pada profil instagram Yujin.

"Kamu followers segini banyak emang pada kenal?" Yujin menggeleng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu followers segini banyak emang pada kenal?" Yujin menggeleng. Keren banget kalo dia punya teman sebanyak itu.

"Gak takut disantet?" tanya Junho begitu melihat ada wajahnya dan wajah-wajah lain terpampang dengan jelas di sana.

Yujin langsung ngakak, "hahaha enggaklah, ngaco banget."

"Kok gak ada foto bareng si Jomblo?" Junho membuka satu-satu foto yang diunggah.

"Minhee? Gak suka foto dia," Yujin melirik sekilas ke ponsel Junho. "Takut disantet, kayak kata kamu."

The Things What Makes You ThinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang