Capt 9 (Sudah di Revisi)

6.3K 269 100
                                    

Seorang gadis kini tengah menatap kosong kearah jendela kelasnya. Banyak yang memenuhi pikirannya akhir-akhir ini, siapa anak dari pembunuh keluarganya? Kelas berapa dia? Dan dimana dia sekarang? Sedah satu tahun belakangan ini Najua mencari orang dimasa lalu yang sudah membunuh keluarganya.

Walau ia sudah mendapatkan informasi jika anak dari pembunuh itu kini tengah bersekolah ditempat yang sama dengannya, tetapi Najua tidak tau sama sekali yang mana orangnya dan yang mana harus dicurigai. Ingin mengorek informasi seluruh data siswa disekolah ini, tapi tidak ada gambar orang tua siswa.

Ya, Najua ingin membalaskan dendamnya hanya dengan bermodal ingatan wajah pelaku waktu itu. Ia tidak tau nama, asal, dan siapa orang itu yang ia ingat hanya wajahnya.

Memejamkan matanya saat merasakan ada seseorang yang tengah mengendap-endap kearah dirinya. Menghela nafas lelah lalu berpura-pura tidak tau, ia lelah jika sudah diganggu oleh laki-laki bernama Daniel itu.

Tangannya bergerak mengambil handsfree dari tas nya lalu ia kenakan pada telinganya. Sengaja ia naikkan volume pada ponselnya hingga mencapai volume paling tinggi. Setelahnya Najua menelungkupkan wajahnya diatas meja.

Hari ini ia sedang tidak ingin diganggu.

"Cua mau tidur, jangan ganggu" ucap gadis itu tanpa menoleh kearah laki-laki yang sudah memberi ancang-ancang untuk mengagetkan Najua.

Daniel cengengesan lalu memilih duduk dibangku depan Najua, mengamati wajah Najua yang cantik saat tertidur. Wajah yang sangat polos itu berhasil menutupi jiwa psyco nya hingga membuat semua orang percaya jika Najua seperti gadis pada umumnya.

Daniel tersenyum menyingkirkan rambut Najua yang menghalangi pengelihatannya untuk memandangi wajah cantik Najua. Daniel mengakui jika Najua sangatlah cantik.

"Cantik" lirih Daniel yang masih bisa didengar oleh Najua yang sedang berpura-pura tidur.

Najua merasakan handsfree ditelinga kirinya dilepas, lalu ia merasakan ada kepala yang ikut diletakkan disebelahnya. Najua tau itu Daniel yang ikut merebahkan kepalanya dibangku dan ikut mendengarkan lagu dengan handsfree milik Najua.

Najua membiarkan saja, selagi ia tidak merasa terganggu.

"Gue diusir sama bokap dari rumah"

Najua sedikit membuka matanya hingga ia melihat wajah Daniel yang sangat dekat dengan mata yang tertutup dihadapannya, posisi mereka berhadapan dengan bersandar pada bangku.

Daniel tidak membuka matanya masih melanjutkan ucapannya. "Gue baru tau kalau dulu bokap gue pernah nikah sebelum nikah sama nyokap. Nyokap udah tau terus mereka berantem, bokap ngasih pilihan buat gue sama nyokap mau pergi atau engga dari rumah. Nyokap gue sedih, tapi milih buat tetep diem disana, dia gamau ninggalin laki-laki brengsek yang udah buat dia sakit."

Najua melihat Daniel menghembuskan nafas panjang masih dengan mata terpejam. "Gue kecewa sama bokap, gue coba buat lawan dan akhirnya gue diusir dari rumah. Dan nyokap masih diam disana sendiri."

"Terus Daniel tinggal dimana sekarang?"

"Apartemen"

Beberapa detik kemudia keadaan menjadi hening, tidak ada yang mau membuka bicara.

"Jangan sembarangan cerita masalahmu pada orang lain." ujar Najua membuat kedua mata laki-laki itu terbuka.

"Lo bukan orang lain, lo temen gue" jawab Daniel.

"Teman juga punya teman bukan? Bagaimana kalau Cua bilang ke orang lain?"

Daniel tersenyum "Gue percaya sama lo"

Vengeful Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang