-Najua
Disinilah Najua masih tidak sadarkan diri, ditempat yang kecil, seperti gudang lama yang tidak terurus. Dengan tangan dan kaki diikat dikursi Najua masih memejamkan matanya tak lupa mulutnya juga dibungkam menggunakan selotip hitam. Obat bius itu membuat Najua tidak sadarkan diri sudah 2 jam. Ada 5 orang laki-laki yang menjaga dirinya diluar pintu masuk.
Beberapa saat kemudian Najua mulai membuka matanya perlahan, dilihatnya ruangan yang ia tempati sangat gelap. Ia sedikit terkejut karena tangan dan kakinya terikat.
Seorang laki-laki mendekat kearah Najua dengan menggunakan pakaian serba hitam dan juga topeng vendetta yang menutupi seluruh wajahnya. Ia membawa setangkai mawar merah ditangan kanannya dan pisau kecil ditangan kirinya.
"Sudah bangun?" tanyanya. Najua diam dan tidak memperdulikan pertanyaan laki-laki didepannya. Bahkan tidak menanggapinya. Bukan karena ia tidak sopan, tapi mulutnya dibungkam. Bagaiman ia bisa bicara? Hm_-
Laki-laki itu duduk tepat didepan Najua sambil menghidupkan sebatang rokok. Najua menatap tajam kearah laki-laki itu. Tidak ada rasa takut sedikitpun yang Najua rasakan sekarang, yang ia rasakan hanya rasa ingin tau siapa laki-laki dengan topeng didepannya ini dan untuk apa ia menculik dirinya.
"Beberapa kaum ekstrimis berpikir bahwa melebih-lebihkan sesuatu itu adalah suatu hal yang wajar, hanya karena beberapa orang berpendapat demikian.
Ratusan, bahkan ribuan orang menghisap rokok dan secara sengaja mengotori paru-paru mereka serta menambah polusi sekitar. Paru-paru yang berusaha untuk menyaringnya dan menghindarinya dikehidupan nyata"Najua menatap heran laki-laki itu. Apa hubungan dirinya dengan rokok dan paru-paru? Kenapa ia malah membahas tentang rokok dengannya? Pikir Najua.
"Ide berbeda yang dianggap wajar oleh orang lain, mungkin merupakan ide yang gila bagi yang lain. Namun siapa yang menentukan? Siapa yang berhak menentukan mana yang wajar dan mana yang bukan?"
"Setiap hari banyak orang yang melakukan hal yang mungkin tidak masuk akal secara logika, namun dianggap wajar secara norma sosial. Bagaimana jika mereka salah? Dan bagaimana jika aku benar?"
Najua semakin bingung dengan laki-laki didepannya ini. Mengapa laki-laki ini berbicara tidak nyambung dan tidak ada hubungannya dengan dirinya? Dan anehnya lagi, dengan siapa laki-laki itu berbicara? Dengan siapa ia bertanya? Aneh pikir Najua.
Laki-laki itu membuang rokok itu lalu menginjaknya.
"Aku tau kau tidak suka laki-laki perokok bukan? Jadi akan ku hilangkan kebiasaan merokokku itu. Untukmu"Najua memutar bola matanya malas. Jika tidak mengingat dirinya diikat dan mulutnya dibungkam seperti sekarang ingin rasanya ia berkata "Hey bung kau berbicara dengan siapa?"
Laki-laki itu mendekatkan wajahnya dengan wajah Najua, lalu membuka selotip yang membungkam mulut Najua.
"Kau ingin mengatakan sesuatu padaku? Atau kau ingin menanyakan bagaimana kau bisa ada disini?" ucap laki-laki itu.
Ckck sejak kapan laki-laki ini menjadi cenayang yang bisa membaca isi pikiran Najua.
Najua hanya diam sambil menatap laki-laki itu dengan tatapan tajamnya. Laki-laki itu tidak tersinggung bahkan ia tersenyum.
"Mata yang indah, bolehkah aku memilikinya?"
"Kau berbicara dengan siapa?" pertanyaan itu berhasil keluar dari mulut Najua yang sukses membuat laki-laki itu terkekeh.
"Ternyata Tommy benar, kau sangat galak. Tapi kau imut. Aku menyukainya."
Lagi-lagi Najua memutar bola matanya malas membuat laki-laki itu tertawa lagi.
"Tidak, aku hanya ingin bermain denganmu" ucapnya membuat Najua menatapnya penuh ragu.Najua mengalihkan pandangannya dan kini tertuju pada bunga mawar yang dibawa oleh laki-laki itu.
"Kau memetik bunga mawar?""Ya, untukmu"
"Aku tidak suka mawar"
Laki-laki menautkan kedua alisnya bingung. Gadis didepannya ini tidak menyukai mawar? Yang benar saja. Gadis macam apa yanga da didepannya ini? Pikirnya.
"Oh ya? Lalu kau suka bunga apa?"
"Lavender"
"Kenapa?"
"Karena aku tidak suka pada orang yang terlalu banyak bertanya sepertimu"
Laki-laki itu terkekeh. Sungguh galak sekali gadis didepannya ini. Tapi ia menyukainya.
"Kebanyakan orang memetik bunga lalu menaruh bunga tersebut di vas untuk membuat ruangan mereka lebih indah. Tapi kenyataannya yang mereka lakukan adalah memotong dua bagian dengan pisau lalu meletakannya di vas dan mengisinya dengan air hanya untuk membuat tetap hidup sedikit lebih lama."
Najua menaikkan salah satu alisnya.
"Lalu?"Laki-laki itu memainkan mawarnya dan menaruhnya diatas meja.
"Bagaimana jika hal itu terjadi pada manusia? Tubuh kita dipotong menjadi dua bagian dan ditaruh di vas hanya untuk pemuas pemandangan?"Najua mengedikkan bahunya acuh.
"Aku tidak pernah melakukan itu, tapi aku pernah mengajarkan seseorang berenang ditoilet umum" jawab Najua santai."Ingin aku ajarkan cara berenang yang baik? Atau jangan-jangan kau ingin aku ajarkan bagaimana rasanya jadi orang bisu? Agar kau tidak banyak bicara seperti sekarang ini." lanjutnya yang lagi-lagi membuat laki-laki itu terkekeh.
"Hey, kau gadis macam apa hm? Seharusnya kau ketakutan seperti gadis biasanya yang aku culik." ucapnya.
"Wajahmu sudah dipastikan jelek, jadi aku tidak perlu takut" sinis Najua.
"Ckck, jika aku membuka topengku sudah pasti kau akan kagum dengan ketampananku"
"Coba saja" tantang Najua.
Laki-laki itu dibuat kesal oleh Najua. Sungguh ketampanannya terasa direndahkan oleh gadis cantik didepannya ini.
Laki-laki itu membuka topengnya lalu membuangnya kesembarang arah. Rahang tegas, kulit putih bersih, bibir pink sedikit hitam, iris mata berwarna hitam legam dan alis yang tebal.
Najua hanya mengedikkan bahunya acuh. Tidak terlalu tampan dan tidak menarik. Pikir Najua.
"Kau mengagumiku?" tanya laki-laki itu dengan percaya diri membuat Najua memutar bola matanya malas.
"Sudah ku bilang wajahmu jelek, jadi tidak ada kata kagum untukmu" desis Najua.
"Ck ayolah, aku mencintaimu kau juga harus mencintaiku. Belajarlah mencintaiku sepertiku mencintaimu sekarang. Kau hanya milikku sayang"
"Kau ingin dicintai? Kau ingin memiliki? Ck, tanggal berapa kau ulang tahun? Nanti akan ku berikan kaca untuk kadomu. Bila perlu aku akan belikan kaca yang seukuran dengan tubuhmu"
"Untuk apa?"
"Untuk bercermin, pantas atau tidaknya kau memiliki rasa kasih sayang"
KAMU SEDANG MEMBACA
Vengeful Devil
ActionEND (Tahap Revisi) akan ada beberapa adegan akan dihilangkan but jalan cerita sama✓ Wajah polos bukan menjamin sikap seseorang akan polos juga bukan? Ada orang yang memilih menggunakan topeng untuk menutup jati dirinya, begitu juga dengan Najua Anat...