Capt 14(Sudah di Revisi)

4.8K 219 90
                                    

"Keberangkatan kita ke Indonesia pukul 8.30 malam nanti nona, pesawat pribadi anda sudah siap dan perlengkapan serta barang-barang anda sudah saya kirim ke bandara terlebih dahulu. Tuan Kenzo tadi menghubungi saya, saya diperintah untuk langsung membawa anda keruangannya setelah sampai di Indonesia nanti. Kata tuan Kenzo ponsel anda tidak bisa dihubungi."

Najua berdehem untuk menjawab laporan yang diberikan oleh Rey barusan. Gadis itu kini tengah rebahan santai di sofa dengan posisi yang bisa dibilang sangat tidak elit. Lihat saja, gadis itu tiduran disofa dengan satu kaki naik berada diatas sandaran sofa dan kakinya lagi satu menjuntai dilantai. Kedua tangannya memegang toples berisi makanan ringan dengan pandangan tertuju pada televisi yang menampilkan kartun kucing dan tikus.

Melirik jam dipergelangan tangannya masih pukul 10.00 pagi, Rey berdehem pelan lalu mengambil tempat duduk disofa sebelah Najua. Tersenyum tipis melihat nonanya, Rey cukup tau hampir semua tentang Najua.

Mengingat ucapan Kenzo tadi diseberang sana mengenai ponsel Najua, gadis itu baru saja membuang ponselnya melewati kloset apartemen itu karena Leon berkali-kali menghubunginya, Najua kesal lalu membuangnya.

Menghanyutkannya begitu saja.

Oke, hampir saja lupa Najua bukan termasuk orang miskin jadi itu sudah hal biasa. Sudah termasuk dalam kategori wajar.

"Rey" panggil Najua tanpa mengalihkan perhatiannya dari televisi. Rey menatap wajah Najua saat mendengar panggilan dari bos nya.

"Kau lihat dia?..." Najua menunjuk televisi yang menampilkan seekor kucing berwarna biru.

"Ibaratkan, aku adalah kucing itu dan para korbanku adalah tikus itu." ujar Najua yang mendapat tatapan bingung dari Rey.

Tidak mendapat respon, Najua menoleh kearah laki-laki itu lalu ia berdecak kesal saat tau Rey tidak mengerti ucapannya.

"Aku suka tidur, aku suka makan, aku suka diam dan aku suka diriku sendiri. Sama seperti kucing itu, dia suka dengan kegiatannya. Tetapi ada tikus kecil yang mengganggu ketenangan kucing itu sehingga membuat kucing itu harus keluar dari zona nyaman untuk menghentikan gangguan itu."

"Aku pun begitu, aku tidak suka diganggu ataupun mengganggu. Jadi aku menghabisi mereka yang menggangguku, aku benci mereka."

Rey paham sekarang maksud dari ucapan gadis itu. Cukup mengenal gadis itu, memang Najua tidak akan mengotori tangannya jika saja ketenangan gadis itu tidak di usik. Tetapi jika ada yang mengganggu Najua tidak akan membiarkan targetnya itu lepas, mau kemanapun berlari Najua pasti akan menemukannya.

Najua memang segila itu jika sampai ketenangannya terganggu.

Ia membenci pengganggu.

"Tapi aku tidak sebodoh kucing itu untuk membalaskan dendamnya pada si tikus. Tikus itu terlihat nampak memuakkan, aku ingin mencekiknya jika dia benar-benar ada didunia nyata."

Rey menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan isi kepala Najua, itu sangat diluar pikirannya.

"Kau tau Rey? Didunia ini ada dua jenis manusia yaitu pemangsa dan mangsa, mereka menganggap diri mereka masing-masing spesial. Entah itu kau yang memangsa atau dimangsa." Najua tersenyum miring pada akhir kalimatnya.

"Tentu saja saya memilih untuk menjadi pemangsa nona, seperti dirimu." ujar Rey ikut tersenyum.

Najua menjentikkan jarinya lalu mengangguk puas, ia senang dengan jawaban Rey. Rey memang sangat dapat diandalkan.

"Zaman sekarang ini, tak ada yang bisa menebak kriminal semacam apa yang berkeliaran di jalanan. Sangat tak bijak membiarkan seorang anak kecil berjalan sendirian." ujar Rey dengan santai membuat Najua menoleh kearahnya dengan mata melotot.

Vengeful Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang