Semua siswa baru melangkahkan kakinya ke gedung aula ketika mereka mendengar bel masuk sekaligus teriakan panitia kegiatan ospek. Tampak hari ini tampilan mereka lebih manusiawi. Serta ini yang merupakan hari kedua menjadikan mereka lebih santai menghadapi kegiatan ini karena selain mereka telah mengetahui sistemnya mereka juga telah saling berkenalan dengan sesama siswa baru.
"Eh cepetan masuk kegiatan udah mau dimulai." Caca yang hari ini bertugas memandu siswa baru mengarahkan agar mereka cepat memasuki aula sekolah.
"Eh itu udah dipanggil. Ayo cepetan!" April yang mendengar teriakan panitia menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri untuk memahami situasi.
Luna yang masih menyesali tampilannya kini hanya menatap tanah ketika April memperingatinya "Gue malu banget sumpah. Gue juga kesel sama tuh ketos. Tega banget sama cewek seimut gue. Padahal gue udah beriktikat baik buat pake tuh barang jahanam. Sekarang malah kaya drama banget. Gue malu sumpah."
Mendengar ucapan Luna yang sangat lesu April dan Fani menjadi iba. Bagaimana tidak seorang pemilik mulut mercon seperti Luna bisa kehilangan gairah ngomongnya kan itu hal yang tidak wajar.
"Udah lo yang sabar Lun. Kita nggak mandang lo kaya gitu kok." Fani menccoba menenangkan Luna.
"Iya udah ayo masuk." Dukung April agar Luna cepat bangun dari duduknya karena tampak kakak kelas yang kemarin menegurnya kini berjalan kearah mereka.
"Gue nggak mau. Udah kalian aja sana." Luna masih tidak semangat menanggapi kedua temannya.
April yang lama lama gemas dengan perilaku yang tidak biasa dari Luna menarik tangan Luna agar yang punya bangun. "Udah. Stop Lun! Lo jangan lemah gini. Ini bukan Luna yang gue kenal. Luna yang gue kenal tuh nggak kenal sama takut. Nggak kenal sama malu. Nah ini apaan lo kayak gini. Lo beneran Luna? Atau lo cuma imitasi?" Ucap pedas April dengan mengangkat dagu Luna.
"Apa lo bilang?! Gue nggak tau malu? Gue imitasi? Lo nggak liat tadi gue ngamukin pete? Lo masih ngeraguin keorian diri gue? Lagi gue juga.."
"Dek mau disini aja?" Sela Budi yang membuat April dan Fani bersyukur karena mereka tidak jadi mendengar ocehan cempreng Luna di pagi yang cerah ini.
Sontak mereka memandang kearah Budi. "Eh iya kak." Ucap ketiganya serempak dengan menunjukan senyum kudanya.
Mereka lantas menuju ruang aula. Tempat dimana makhluk sejenis ketiga cewek tersebut berkumpul. Luna yang masuk terlebih dahulu langsung menjadi pusat perhatian. Karena bukan hanya kemarin melainkan hari ini ia juga salah kostum. Tampilannya berbeda dengan anak anak kelas sepuluh lainnya.
"Eh itu kan cewek yang kemaren." Bisikan cewek centil yang duduk nomor dua dari depan kepada teman disampingnya kala melihat kearah Luna.
"Eh iya itu yang kemaren dihukum kak Sam."
"Wah mau caper dia."
"Uh cewek kecentilan."
"Wah manis banget."
"Cantik anjir."
"Dasar gatel."
Dan masih banyak bisik bisik tetangga yang dilakukan oleh teman teman seangkatan Luna kala melihatnya. Banyak yang mengatinya mencari perhatian. Banyak juga yang kagum padanya. Bahkan tadi malam ketika ia membuka akun instagramnya ia terkejut karena banyak follower baru. Tak berhenti disitu banyak cacian yang mampir dipostingannya. Lebih lagi hingga ada yang mengirim pesan meminta nomor pribadinya. Mereka mengaku sebagai haters Luna yang didominasi cewek cewek dan juga lovers yang beranggotakan cowok cowok. Ia tak menyangka bahwa dalam sehari saja ia mendadak terkenal begitu di sekolah barunya. Tetapi ia tak banyak menanggapi hal tersebut. Ia justru khawatir jika hal ini akan terus berlanjut maka akan mengganggu ia belajar.
![](https://img.wattpad.com/cover/192753692-288-k76243.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hippo [On Going]
Teen FictionTernyata Sammuel ngga seburuk yang aku kira - Laluna Putri Ayudya Cover by @santias12345