Luna bersyukur kini ia dapat menikmati waktu yang memanglah ia butuhkan. Kini ia tengah berada di kantin menikmati segarnya es teh yang membuat tenggorokannya terasa sejuk.
"Akhirnya ya istirahat juga. Bisa mati kali gue kalo terus terusan gini.." Luna berbicara sambil terus meminum es tehnya. Tentu ia memesan mie ayam juga sebagai makanan beratnya. Walaupun tadi pagi setelah hukuman lari 20 kalinya ia sudah makan tapi membayangkan apa yang telah dialaminya saat kegiatan ospek tadi membuatnya sangat kekurangan nutrisi.
"Mending gue kuat. Kalo enggak. Udah pingsan kali. Emang sedeng tuh orang gue udah disuruh lari 20 kali masih aja disuruh nyium bau pete yang nggak ketulungan. Belum cukup gue masih disuruh nyanyi dangdut sambil geol geol lagi." April yang berada disamping Luna sebenarnya merasa kuping yang ia miliki pengang. Dengan gaya bicaranya yang khas Luna bisa membuat orang tidak tahan mendengarkan ocehannya. Namun tidak bagi April. Cewek itu telah mengenal Luna dari lama sehingga ia bisa menghadapi kelakuan sahabatnya itu.
"Lo yang sabar aja ya Lun." April hanya bisa menenangkan Luna sebisanya. Melihat keadaan Luna saat ini April merasa bahwa Luna bakal meledak lebih dari yang pernah ia saksikan.
"Ya gue kurang sabar gimana coba? Gue udah lakuin semua yang orang sialan tuh minta. Tapi masih aja dia nyari kesalan gue. Kalo nggak gara gara ancamannya bakal hukum satu angkatan juga gue bakal tolak tuh. Gue tuh nggak suka penindasan kayak gini." Kini Luna jika diibaratkan animasi maka sudah tumbuh tanduk dikepalanya. Dengan muka merah menahan kesal Luna berkali kali menggeram melampiaskan kekesalannya.
"Lo itu terlalu baik Lun. Terus lo ngapain juga sok sokan nggak bawa tuh barang. Kan jadi gini." April masih menyesalkan sebab dari semua yang dialami Luna.
"Ya kan gue anggep apaan kali disuruh suruh bawa kaya gituan emang dia pikir kita mau mbadut apa. Kan kita mau sekolah. Emang tuh cowok songong aja yang sensian sama gue. Pokoknya bakql gue bales tuh cowok. Huh." Luna berdiri dengan haki menghentak hentak seperti orang kesetanan. Belum lagi nasib sedotan yang berada dalam remasan tangannya.
Suara yang timbul dari kelakuan Luna membuat meja yang ditempati Luna dan April menjadi perhatian semua orang yang berada dikantin.
"Hehe sori semuanya." April meminta maaf atas kelakuan temannya dengan senyum kuda dan ia mengangkat dua jari tengahnya. Peace. Seraya April menarik Luna duduk kembali.
"Mending dilupain aja ya Lun. Kan kasian tuh kak Sam. Dia kan ganteng banget. Lo liat nggak tuh dia punya lesung pipi yang gemesin baget." April membayangkan kakak kelasnya yang penuh pesona itu.
"Eh Pril lo itu dipihak siapa sih sebenernya. Teman lo baru aja ditindas tapi lo malah belain yang nindas. Nggak waras emang lo ya. Lagian cowok tengil kayak begitu lo bilang ganteng. Yang ada ya mau gue giles tuh muka pake pantat panci biar item sekalian. Nggak betah gue liatnya. Enek." Luna merasa tak percaya dengan apa yang ada dipikiran April. Ia merasa dunia bakal kimat sebentar lagi kalau terus terusan begini.
"Hai lo Luna kan? Gue Fani." Sapa cewek cantik yang meredakan perdebatan Luna dan April mengenai Sammuel.
"Iya gue Luna. Emang ada apa?"
"Gue takjub sama ketabahan lo tadi. Btw thanks ya udah nyelametin kita semua."
"Biasa aja kali. Eh ini kenalin April temen gue dari smp."
"Eh hai salam kenal ya." Tanggap April.
"Eh iya gue boleh gabung kan?"
"Silakan aja. Disini bebas kok." Fani langsung duduk disebelah April yang berhadapan dengan Luna. Pesanan Fani tak jauh berbeda dengan milik Luna dan April. Hanya ia memesan jus melon untuk minumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hippo [On Going]
Fiksi RemajaTernyata Sammuel ngga seburuk yang aku kira - Laluna Putri Ayudya Cover by @santias12345