Part 01

1.7K 140 16
                                    

Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan manusia. Seorang pria cantik pernah berpikir demikian, saat ketika dibacakan cerita dongeng. Tak berapa lama hal tersebut terjadi padanya, tanpa terkecuali.

"APA?? Tunangan!"

Seorang pria cantik langsung berteriak ketika mendengar penuturan pria paruh baya yang masih terlihat tampan di usianya.

Pria paruh baya yang ternyata ayah dari pria cantik tersebut mengangguk mengiyakan. Sedangkan wanita paruh baya yang tidak kalah cantiknya dengan pria cantik itu hanya memandang dua pria di depannya canggung.

"Teetee, tenang dulu...." ujar satu-satunya wanita cantik yang tidak lain dan tidak bukan ialah ibunda Tee. Tee mendadak cemberut.

"Bagaimana Teetee bisa tenang, Ma! Papa tiba-tiba saja memberitahu hal sepenting ini...." protesnya "Teetee mau kuliah, Ma.... Teetee tidak mau menikah sebelum Teetee jadi dokter hebat di Thailand" rengeknya. Berharap sang bunda menuruti keinginannya.

"Siapa yang menyuruh Teetee-nya Papa menikah muda!" ujar ayah Tee tiba-tiba "lagipula tunanganmu itu masih muda, masih belum berpengalaman. Papa juga tidak setuju kalau nantinya tunanganmu hanya berpangku tangan pada kekayaan orang tuanya. Papa ingin tunanganmu itu mandiri sebelum menikah dengan Teetee-nya Papa. Kalau tidak biasa..... ya minimal harus lulus kuliah dulu" jelasnya panjang lebar disertai cengirang di wajahnya.

Tee menghela nafas lega. Setidaknya ia punya banyak waktu untuk memikirkan cara bagaimana mengakhiri pertunangannya.

"Kalau tidak setuju kenapa Papa menerima pertunangan ini?" Tee mendengus. Ia menatap tajam ayahnya yang mendadak terlihat canggung "memangnya kapan Papa membuat perjanjian itu?" tanyanya kesal.

"Ehm..... kalau itu....." sang ayah menatap anaknya ragu. Ia melirik ke arah istrinya yang mengangguk samar, tanda bahwa ia memang harus menceritakan apa yang sebenarnya.

Akhirnya dengan berat hati sang ayah menceritakan kejadian yang sebenarnya. Bukan tidak mau cerita tapi ia tidak rela jika putra kesayangannya menatapnya tajam penuh kekesalan.

Dulu, ketika Tee berumur empat tahun perusahaan ayahnya sedang dalam masa sulit. Segala upaya telah dilakukan tapi hasilnya nihil. Satu-satunya cara yakni meminjam. Sang ayah sangat senang ketika mendapat pinjaman dari sahabat baiknya. Bukan hanya keluarganya saja yang senang namun seluruh pegawai yang ada di perusahaannya pun turut senang karena mereka tidak lagi was-was akan pekerjaan mereka.

Tetapi ada satu hal yang membuat sang ayah tidak enak hati. Yakni anak kesayangannya sekaligus putra satu-satunya harus ditunangkan dengan anak sahabatnya sebagai ganti imbal balik pinjaman yang ia terima. Awalnya sang ayah menolak namun mengingat bagaimana wajah bahagia sang putra ketika tertawa, akhirnya ia pun menerimanya.

Sahabatnya pun turut senang. Oleh karenanya pinjaman tersebut tidak perlu dikembalikan.

"Itu namanya Papa menjual anak sendiri!" Tee langsung berteriak setelah ayahnya selesai bercerita. Sang ayah terkesiap kaget.

Tee makin kesal pada ayahnya. Ia seharusnya tidak dilibatkan dalam masalah ini tapi mau bagaimana lagi. Nasi sudah menjadi bubur.

*

"Teetee....." panggil sang ayah. Tee mendengus sembari membuang muka. Sang Mama yang hendak mengantar sang anak sampai ke deapn pintu pun terkekeh canggunng.

"Mama..... Teetee sudah tidak mau bicara lagi sama Papa..... Papa harus bagaimana....... " ujarnya mengadu pada sang istri. Sengaja pria yang tidak lagi muda tersebut mengeraskan suaranya agar sang putra bisa mendengarnya. Sang istri hanya mampu menenangkan dengan mengelus lengan suaminya.

My FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang