Part 06

996 123 3
                                    

Hi.... long time no see 😅😅😅

***

Tee Thanapon. Pria cantik yang ingin meneruskan jenjang pendidikannya di universitas Harvard harus tertahan lantaran kabar mengejutkan tiba-tiba datang dari ayahnya. Dia ditunangkan dengan seseorang yang tidak dikenalnya. Dan mirisnya sang tunangan tersebut adalah pria, sama sepertinya. Karena hal tersebut Tee harus berpuas hati dengan menimba ilmu di universitas Kasetsart. Universitas dimana sang tunangan misteriusnya menimba ilmu di sana.

Tee menghela nafas lelah. Sejak hari dimana dia diberitahu kenyataan terebut tidur malamnya tidak bisa nyenyak. Dia sering terbangun di malam hari. Tee sering bermimpi buruk dan hal itu tak lain dan tak bukan karena tunangan misteriusnya.

Tee menghela nafas panjang. Hari ini adalah hari pertamanya masuk kuliah. Hari dimana seharusnya dia menghirup udara segar di Cambridge, AS. Kota impian dimana ada universitas Harvard di dalamnya.

Tee kembali menghela nafas panjang saat dirinya sampai di depan pintu rumahnya. Hal pertama yang dilihatnya ialah senyum lembut sang Mama. Tee memeluk ibunya lalu mencium pipi kanannya dan dibalas oleh ibunya di pipi kirinya. Sepasang ibu dan anak tersebut berjalan beriringan hingga sampai di lantai dua, tepat di depan pintu kamar Tee. Sang Mama kembali ke lantai satu setelah Tee masuk ke dalam kamarnya.

"Melelahkan...." ujarnya ketika meletakkan tasnya di atas meja belajarnya.

Dia mengeluarkan note kecil dari dalam tasnya dan membaca tulisan pada halaman pertama. Sembilan petunjuk mengingatkan pada sang tunangan. Satu diantaranya sudah ketemu. Jemari kecilnya menari bersama bolpoin membentuk sebuah coretan pada lembar kedua.

Tee mengetuk bolpoinnya di dagunya. Sembilan petunjuk yang didapatnya sama sekali tidak akurat. Di universitas sebesar itu mustahil dia akan menemukan tunangannya dalam waktu cepat. Impian untuk mengecap pendidikan di Harvard bisa-bisa hilang dan malah menjadi suami orang.

Karena sedikit lelah Tee melempar dirinya ke tengah ranjang. Sambil berpikir mengenai rupa tunangannya, tanpa sadar kelopak matanya menutup perlahan dan alam mimpi menyambut kedatangan jiwanya.

***

Tee terbangun ketika jam menunjukkan waktu makan malam. Dia bergegas mandi dan bergabung bersama orang tuanya di meja makan setelahnya. Tidak ada suara apapun di meja makan kecuali dentingan alat makan yang beradu dengan piring. Setelah menyelesaikan makan malam bersama barulah Tee menjadi yang pertama membuka percakapan.

"Papa—"

"Mama dengar 'kan! Teetee memanggil Papa. Teetee mau bicara sama Papa dan sekarang Teetee tidak marah lagi dengan Papa" ucap sang Papa menyela ucapan Tee. Pria paruh baya itu kelewatan senang karena pada akhirnya sang putra kembali memanggilnya 'Papa' setelah penantian sebulan lamanya.

"Jangan menyela kalimat Teetee. Teetee masih marah sama Papa!" ujarnya mendengus tidak senang. Pria cantik itu mengambil segelas susu coklat dan meminumnya sedikit demi sedikit.

Dan seketika kebahagiaan sang Papa melayang begitu saja. Bagai asap yang hilang di udara. Wajahnya berubah sedih. Saat hendak mengadukan kesedihannya pada sang istri, suara sang putra lebih dulu menahannya.

"Ini soal tunangan Teetee" ucap Tee terkesan malas "tunangan Teetee itu-"

"Jadi Teetee-nya Papa sudah bertemu dengan pria itu?" sang Papa kembali memotong kalimat Tee.

"Eh?!"

Tee membeku di tempatnya. Kata 'pria' membuat otaknya mendadak berhenti berfungsi. Apakah sang Papa salah bicara atau—

My FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang